𝗕𝗔𝗕 𝟮𝟱. TIBA-TIBA BENCI?

3 1 0
                                    


“orang baik belum tentu baik!"
— ALTAR.

HAPPY READING.

Alvaro ketua OSIS SMA Galaski sedang berjalan di menuju ke kelas. Tak sedikit dari mereka meminta foto atau nomor telpon. Alvaro bahkan terkekeh melihat mereka semua. Bahkan dirinya merenung apa penyebab mereka mengincarnya. Dari kejauhan Queen tiba-tiba datang hingga hampir mengagetkan Alvaro.

"Al kita ke kantin gimana? Temenin gua makan dong, pliss!" Queen mengatupkan tangannya. Meminta tolong agar Alvaro menemaninya ke kantin.

Karena tidak ingin menolak wakilnya itu. Mau tak mau dia harus ikut. "Hmm." Seketika wajah Queen berubah tak ingin menyia-nyiakan waktu. Queen memeluk tubuh Alvaro hingga menjadi pusat perhatian kembali dari mereka.

"Ayo!" dengan datar Alvaro berjalan duluan. Ia sedikit risih dengan kelakuan Queen yang beda dari biasanya. Apakah Queen kesambet jin tomang atau apa?

"Lo nggak sakit kan?" Alvaro bertanya saat mereka sedang dalam perjalanan ke kantin. Queen menggeleng tanda tidak. "Ngga lah mana pernah gue sakit?" cerocos Queen memegang tangan Alvaro. Alvaro melihat tangannya yang sudah di pegang.

"Ngga pa-pa kan?" Lagi-lagi Queen memelas tentu membuatnya tak sampai hati. Apalagi Queen adalah partner kerjannya.

Mentari yang juga sedang lewat langsung dipanggil oleh Alvaro. "Mentari!" panggil Alvaro berharap agar si empunya nama mendengar teriakannya.

Mentari menoleh, melihat Mentari dan Queen di ujung sana. Tentu perempuan itu langsung bergegas menghampiri mereka. Tapi bukan raut wajah senang yang diperlihatkan oleh Queen.

"Eh Queen kok lo ada di sini, kirain ke kelas. Btw kok lo nggak jemput guee sih?" heran Mentari. Namun berusaha positif tingking saat Mentari melihat Queen yang tatapannya tak enak dipandang.

"Serah gue lah, ouh iya mulai sekarang gue ngga akan antar jemput lo lagi kek biasanya," ujar Queen. Alvaro yang disamping Queen heran begitupun Mentari yang syok. Ia merasa ini bukan Queen sahabatnya.

****

Di kelas pelajaran matematika namun berhubung kerana guru nya sedang tidak masuk maka kelas hanya santay saja. Begitupun dengan Queen yang sibuk dengan ponselnya sedang Mentari sibuk menulis.

"Queen pinjam tipe-x nya dong!" pinta Mentari, berharap jika perempuan itu tidak marah dengannya.

Tanpa berbicara perempuan itu memberikan Tipe-x pada Menteri, walaupun tidak menoleh sedikitpun. Tapi Mentari bersyukur karena Sahabatnya itu masih meminjamkan tipe-x nya walaupun entah kenapa sifat Queen berbeda dari biasanya.

Setelah selesai menulis Mentari langsung membereskan semua bukunya karena jam pulang akan segera berbunyi. "Queen lo kenapa sih kok dingin banget sama gue? Apa gue punya salah sama lo?" Mentari ingin tahu apa yang menjadi alasan gadis itu menjauhinya. Apakah Mentari punya salah? Tapi apa.

"Nggak, lo nggak punya salah." Setelah mengatakan itu, Queen langsung menerobos pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun untuknya.

Padahal jika dulu Queen selalu setia menemani Mentari. Mentari yang selalu butuh bantuan ada Queen yang sigap sedia menolongnya. Tapi sekarang sudah berbeda. Queen sudah acuh dengannya. Apakah Queen punya sahabat baru dan ingin melupakannya?

"Ayo pulang kok malah bengong sih," seorang perempuan memegang bahu Mentari. Mentari hanya tersenyum reflek. Ia sebenarnya punya banyak teman tapi cuma Queen yang menjadi sahabatnya.

****

"Mentari, gue antar pulang yah!" seorang pria dengan jiket hitam melekat di badannya. Mentari menolak. Ia sebenarnya tidak ingin ikut tapi karena Alvaro yang memaksa yaudah Mentari ikut.

Dalam diri, Mentari sebenarnya berfikir kenapa Queen tiba-tiba berubah seperti itu kepadanya. Apa karena dirinya punya salah, tapi apa salahnya hingga sahabatnya itu terlalu begitu.

"Lagi mikirin Queen yah?" tiba-tiba Alvaro bertanya kepadanya tentang Queen. Tentu Mentari terkejut. Bagaimana mungkin Alvaro tau apa yang dipikirkan dirinya.

"Lo kok lo tau sih?" ia lalu memilih mengalihkan pandangannya. Alvaro memberhentikan motornya ke pinggir jalan lalu melepas helmnya.

"Gue tau karena dari tadi lo diam, biasanya juga cerewet minta ampun," ungkap Alvaro dengan tatapannya yang datar namun kuat. Tentu Mentari tak terima jika dirinya dibilang cerewet.

MAKSUDNYA APA TOLONG, GUE NGGAK CEREWET. GUE ITU ANAK ALIM YANG KELAKUAN CUMA KEKANAK-KANAKAN.

"Ayo jalan Al, gue mau pulang. Gue laper tau!" Alvaro langsung tertawa saat mendengar suara perut Mentari yang sudah meminta jatah. "Lo lapar yah?" skatmat. Pipi Mentari sudah sangat merah karena Alvaro mendengar suara perutnya yang memang sudah kelaparan.

"Hehehe iya Al," jawab Mentari dengan kekehan. Alvaro kembali menyalahkan motornya lalu melaju. Tak lupa Mentari memegang perut Alvaro. Uhhh gimana yah rasanya.

****

"Enak nggak baksonya?" Alvaro melihat Mentari sudah melahap bakso beranak nya yang mengugah selera banget.

"Emmm enak banget, fiks gue mau nambah deh!" ujarnya lagi lalu memasukkan baksonya ke dalam mulutnya. Lagi-lagi Alvaro dibuat terkekeh saat melihat mulut Mentari yang sudah penuh dengan saus dan juga kuah bakso.

Tanpa di suruh Alvaro mengambil tissue yang ada di sampingnya. Lalu mengelap mulut Mentari yang sudah sangat belepotan. Mentari yang asik-asik makan langsung mengerjap kaget.

'Sumpah ini Alvaro kan? Uwww romantis!'

"Kalo makan pelan-pelan aja, kayak nggak pernah makan sebulan tau nggak," Alvaro membuang tissue nya di tong sampah. Mentari kembali tersadar.

"Ouhh iyaiya, makasih yah udah di bersihin. Yaudah ah makan tuh baksonya kalo nggak buat gue aja," Mata Mentari tak habis-habis melihat bakso Alvaro yang tampaknya masih utuh.

****

"Ekhemm!" Alvaro dan Mentari yang sedang mengobrol langsung menoleh mencari suara itu berasal.

"Marcel, ayo sini gabung," Mentari mengajak Marcel ikut gabung bersama Alvaro. Namun ia hanya tersenyum sinis. Lalu mendekati Mentari.

"Lo nggak usah dekat-dekat sama Alvaro, dia itu munafik," setelah berkata itu, Marcel langsung pergi. Namun ada tanda tanya besar dari Mentari. Maksudnya Marcel ngomong kepada dirinya tadi membuatnya semakin pusing.

Karena tahu Mentari sudah mulai terbius oleh kata-kata kakaknya Alvaro langsung mengatakan ini pada Mentari, "lo nggak usah dengerin Marcel, dia itu kadang ngawur soalnya!"

"Hah? Ngawur gimana anjirr!" Menteri menggaruk tengkuknya. Sekarang nafsu makannya sudah hilang. Ia langsung meneguk air gelasnya sampai habis.

"Ayo pulang Al, gue pusing," perintah Mentari dengan nada datar namun cukup menyentak Alvaro. Alvaro hanya menganggur lalu memasang kembali jaket kebanggaan nya.

****

"Assalamu'alaikum bu," Mentari sudah mulai masuk kembali ke dalam rumah namun tak ada sahutan dari dalam.

"Ibu kemana biasanya juga ada, pintu juga kekunci untung bawa satu," tak menunggu lama Mentari mulai masuk ke dalam kamar. Namun pandangannya fokus pada foto dirinya dengan Queen yang sedang duduk manis bersama berdua.

"Queen marah sama aku, yaudah ah gue chat aja siapa tau dia lagi PMS," Mentari langsung mencari handphonenya. Tak lama ia masuk ke dalam aplikasi hijau berlogo ponsel lalu mencari nomor Queen.

Mentari Tri Utami
Queen, lo kenapa di sekolah tadi? Lo marah sama gue?
Mentari Tri Utami
Kalo lo marah bilang aja, kasih tau apa kesalahan gue. Biar gue bisa perbaikian.

Setelah mengirim chatnya, Mentari merebahkan tubuhnya di kasur. Hari ini sangat melelahkan.

𝗕𝗘𝗥𝗦𝗔𝗠𝗕𝗨𝗡𝗚...

oment dulu dong. Ingat yah udah baca harus voment, hargai gue yang udah nulis capek tau mana nggak dapat cuan lagi.
Oke next time.
    See you 💔

ALTAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang