SEBELUM BACA VOMENT DULU YAH
UDAH? TERIMAKASIH.“Aku nggak tau lagi mau ngapain, untung saja kemarin ada orang baik yang nolongin”
— MENTARI TRI UTAMI.Rumah tampak sepi, Mentari menatap nanar sekeliling rumah. Ia merasa hampa dan kurang bergairah ke sekolah. Namun karena dirinya sudah beberapa hari tidak ke sekolah bisa membuat nilainya menurun.
Setelah bersiap-siap, Mentari menutup pintu rumah lalu mengunci agar lebih aman. Dan berjalan kaki ke sekolah. Uangnya sekarang sudah habis tak bersisa. Untuk makan aja dirinya harus banting tulang, bekerja keras. Apalagi dirinya harus berfikir keras karena masalah yang ia timpa sekarang dan juga Olimpiade yang akan ia ikuti bulan depan.
****
SELAMAT DATANG DI SMA GALAKSI.
Kata sambutan di depan gerbang. Semua bergegas masuk ke dalam sekolah. Karena sebentar lagi pelajaran akan dimulai. Suasana begitu gelap. Mungkin sebentar lagi akam turun hujan yang lebat.
Mentari masuk ke dalam dengan menunduk kepala. Ia tidak ingin dilihat oleh siapapun. Tidak ingin menjadi bahan pembicaraan satu sekolah. Langkahnya dibuat berhenti saat seseorang tengah berdiri menghalangi jalannya. Mentari hanya melihat sepatunya, terlihat mirip dengan sepatu Queen.
Mentari mendongak, terlihat Queen dengan matanya yang sudah berkaca-kaca melihat dirinya. "Tari!" pekik Queen, langsung memeluk Mentari. Mentari terdiam. Ia tidak merasa aneh karena ia memang menghilang beberapa hari ini tanpa kabar apapun.
"Tar, lo darimana aja. Gue kangen tau pas lo nggak ada. Lo tau nggak sih gue nggak bisa kalo nggak ada lo di sekolah. Keknya gue nggak punya temen," bisik Queen di telinga Mentari. Ia tidak menyangka reaksi Queen setelah dirinya beberapa kali menghilang.
"Ikut aku sekarang," Queen memegang tangan Mentari, ingin mengajaknya pergi.
"Nggak bisa Queen, gue harus ke kelas dulu. Lo tau kan gue udah beberapa hari enggak ke sekolah. Pasti bu Rani marah banget sama aku," Mentari merasa sedih. Ia tidak berdaya jika bu Rani memarahinya. Ataukah nilainya yang menjadi taruhan.
Queen melepaskan tangan Mentari. Ia setuju debat perkataan Mentari. Di sisi lain suasana lorong sudah mulai sepi. Mereka berdua akhirnya berjalan ke kelas. Di perjalanan ke kelas tampak Mentari dan Queen terdiam. Tidak ada yang memulai pembicaraan duluan.
Mentari terus memikirkan ibunya yang berada di rumah sakit. Namun ia juga harus ke sekolah untuk menuntut ilmu. Apalagi dirinya yang akan mewakili sekolah di Olimpiade nanti. Diantara dua permasalahan namun belum mendapatkan suatu jawaban.
****
Seorang guru perempuan masuk ke dalam kelas IPA 1. Dengan jalan yang anggun dengan konde khas dikepalanya. Bu Rani memang beda dari yang lain di sekolah ini. Tatapan bu Rani tertuju pada Mentari. Ia melihat Mentari kemudian mengedarkan pandangannya ke keluar.
"Oke anak-anak, buku buku fisika nya sekarang. Ibu akan memberikan soal untuk hari ini, karena tenggorokan ibu sedang sakit maka ibu hanya akan memberikan tugas," Bu Rani lalu melihat bukunya.
"Buka halaman 188, di situ ada soal. Nah coba kalian kerjakan. Kalo sudah kumpul di meja ibu nanti. Mentari ikut Ibu ke ruang guru," sambung bu Rani. Menatap Mentari sekilas kemudian berdiri lalu berjalan keluar.
Mentari tertegun. Ia rasa bu Rani akan memarahinya. Namun ia harus membuang fikiran negatif seperti itu. Tanpa rasa takut ia melangkah ikut keluar. Berjalan mengikuti bu Rani dari belakang.
****
Suasana ruang guru tampak sepi. Mungkin karena ini jam pelajaran jadi semuanya sedang mengajar di kelas. Mentari hanya mengikuti bu Rani masuk ke dalam ruangannya.
Mentari cemas jika memang bu Rani akan marah dengannya. Ia takut beasiswa yang sudah diberikan pada-Nya akan dicabut.
"Mentari, ibu perhatikan beberapa hari yang lalu kamu tidak masuk ke sekolah? Apa benar begitu?" Bu Rani menatap intes. Mentari terdiam ia takut salah kata jika Bu Rani sedang serius.
"Jawab Mentari, sebenarnya kamu ada masalah apa sampai begini?" Bu Rani sedikit membentak.
Dengan menghela nafas, Mentari mulai memberikan diri berbicara di depan bu Rani.
"Jadi beberapa hari yang lalu, ibu saya pingsan bu dan saya larikan ke rumah sakit. Nah ternyata ibu saya harus dioperasi. Dan butuh dana yang cukup banyak. Saya yang tidak punya tabungan mau tak mau harus mencari uang bu agar ibu saya segera dioperasi. Alhamdulillah bu ada orang baik yang mau menolong saya kemarin, dan di hari itu juga ibu saya di operasi," Mentari menceritakan semua kepada bu Rani. Ia tidak ingin jika bu Rani memandangnya berbohong.
"Yasudah, ibu percaya sama kamu. Pasti kamu butuh biaya banyak untuk biaya Operasi ibu kamu?" bu Rani sedikit bersimpati atas kondisi Mentari sekarang.
Mentari hanya mengangguk membenarkan ucapan bu Rani. "Maaf bu saya tidak bisa menghubungi ibu soalnya pulsa HP saya sudah habis. Saya tidak memiliki uang untuk membeli pulsa bu," sambungnya. Bu Rani merogoh sakunya lalu mengambil dompet. Mengeluarkan sepuluh lembar uang seratus dan menyerahkannya untuk Mentari.
Mentari terkejut saat bu Rani menyodorkan uang itu kepada-Nya. Ia tidak enak hati untuk menerima uang yang tidak harus ia ambil. "Ini uang apa bu?" Mentari bertanya saat bu Rani menyodorkan uang itu kearahnya.
"Ambil saja, mungkin ini cukup untuk kebutuhan kamu selama sebulan, ibu nggak bisa berbuat banyak. Ibu do'akan ibu kamu cepat sembuh."
Mentari merasa air matanya ingin tumpah. Ia terharu melihat keikhlasan bu Rani memberikan uangnya. Mentari sedikit malu-malu langsung mengambil uang itu tak lupa berterimakasih kepada bu Rani.
****
Di lorong sekolah. Suasana begitu padat karena siswa-siswi SMA Galaksi sedang berjalan ke araj kantin. Tempat favorit semua siswa di sekolah. Begitupun Queen yang sudah begitu antusias mengajak Mentari makan bersama.
"Ouh iya tar, lo tau nggak sih beberapa hari ini gue nggak nafsu makan soalnya lo nggak ada di samping gue, gue ngerasa ada yang beda gitu," papar Queen terlihat dari wajahnya begitu gembira. Mentari hanya tersenyum simpul.
****
"Sebenarnya lo kenapa sih tar, Tiba-tiba menghilang kek gitu?" tanya Queen memakan Mie Ayam yang sudah ia pesan.
"Ibu gue lagi di rs dan gue harus cari biaya buat dia. Dia mau di operasi."
Alvaro yang sedang lewat tak sengaja mendengar pembicaraan mereka berdua. Ia tahu jika biaya operasi tidak murah. Ia merasakan beban apa yang dirasakan oleh Mentari.
"Kok lo nggak bilang ke gue sihh."
Queen merasa tidak berguna. Ia benar-benar sahabat yang tidak mengerti dengan keadaan sahabatnya sendiri. "Gue merasa bersama karena nggak tau lo ada masalah. Harusnya lo ngasih tau gue," timpal Queen. Berusaha menatap Mentari.
"Udahlah nggak usah, gue malu minta tolong sama lo. Lagian juga gue nggak mau jadi beban lo. Gue nggak mau berhutang sama lo."
Alvaro yang mendengar itu langsung pergi begitu saja. Sedang Queen dan Mentari tidak merasa kehadiran Alvaro tadi.
𝗕𝗘𝗥𝗦𝗔𝗠𝗕𝗨𝗡𝗚...
JANGAN LUPA FOLLOW AKUN AKU DULU YAH.
UDAH? VOMENT DULU DONG!
MAKASIH BANYAK YANG BUAT KALIAN.DAPAT SALAM NIH DARI ALVARO BUAT KALIAN .
Alvaro Sean Samudera.
Halo para readers, makasih udah baca kisah aku yang ini. Iloveyou yang baca.GIMANA? SENANG KAN UDAH DISAPA?
YAUDAH SPAM NEXT UNTUK LANJUT
BYE SEE YOU GAEES.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAR [END]
Teen FictionSEBELUM BACA ADA BAIKNYA FOLLOW DULU YAH. A cerita by Ahmad Fitrah Sinopsis : Lahir dari keluarga miskin tidak menjadi penghalang bagi seseorang untuk berprestasi. Begitupun juga dengan Mentari, seorang siswa SMA Nusantara, cantik dan berprestasi...