𝗕𝗔𝗕 𝟮𝟬. KEMBALI KE SEKOLAH

3 1 1
                                    

“Mungkin gue adalah orang yang bersalah untuk semuanya, tapi aku mohon lo kembali seperti dulu.”
— ALVARO to MARCEL

HAPPY READING.

Huaaa, Mentari baru saja bangun dari tidurnya yang nyenyak. Semalan ia habis telponan dengan Queen yang bacotnya patut di apresiasi.
Tak lama, Mentari mengecek HP nya sekedar melihat jika ada penting. Dan ya. Sebuah pesan dari Alvaro untuknya.

Alvaro Sean Samudera
Tar, lo jemput gue yah.tolong.

Setelah melihat pesan Alvaro, Mentari lalu keluar ke kamar mandi. Karena waktu terus bergerak tak mungkin membiarkan dirinya tenang sebenar.

Dalam kamar mandi, Mentari terus memikirkan Alvaro yang meminta dirinya menjemputnya sedangkan dirinya saja harus di jemput sama Queen. Yaudalah kita berangkat bertiga aja.

Setelah keluar dari kamar mandi Mentari bergegas memakai seragam putih Abu-Abu nya. Tak lupa dasi dan topi dengan rambut yang sudah di sisir rapi.

"Oke next time, tinggal nunggu Queen. Tapi eh tumben kok Queen belum datang yah?" di depan rumah masih menunggu Queen datang menjemput.

Tidak lama kemudian, sebuah mobil merah bergerak cepat datang lalu berhenti di depan rumah Mentari. "Ayo tar masuk, entar kita terlambat!" teriak Queen, Mentari langsung masuk ke dalam mobil Queen.

"Huff," pintu mobil sudah tertutup. Beberapa saat kemudian. Mobil sudah melaju kencang. "Queen."

"Hmm apa?" sahut Queen masih fokus menyetir.

"Kita ke rumah Alvaro dulu, jemput dia yah. Dia ngechat gue tadi pagi," ujar Mentari dibalas dengan anggukan kepala Queen.

Mobil lalu belok ke arah rumah Alvaro yang berada di kompleks elit, biasalah rumah anak pengusaha pasti tinggalnya di kompleks. Tidak lama mobil sudah berhenti di depan rumah Alvaro. Queen sudah membunyikan klason beberapa kali.

Pintu rumah Alvaro sudah terbuka, terlihat Alvaro berjalan mengendap-endap lalu masuk ke mobil Queen. Queen melirik Mentari yang merasa aneh dengan kelakuan Alvaro yang beda dengan biasanya.

"Ayo berangkat! Kita telat nanti," Alvaro memperbaiki rambutnya. Mentari juga sedang fokus begitupun dengan Queen. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Yang ada hanya keheningan. Semuanya berada dalam pikiran masing-masing.

****

SMA GALAKSI.

mereka sudah sampai di SMA Galaksi. Dimana semua orang sudah masuk ke dalam kelas. Mentari langsung turun dari mobil begitupun Alvaro. Mereka berjalan berdua beriringan. Hingga semua murid heboh. Apalagi yang ciwi-ciwi yang sudah histeris melihat Alvaro yang masih sangat tampan di mata mereka.

"ALVARO!" teriak mereka begitu memekik telinga. Begitu lah fens Alvaro di sekolah. Semuanya berebut ingin menjadi kekasih Alvaro tak terkecuali dengan Mentari. Ia sebenarnya beruntung karena bisa dekat dengan Alvaro walaupun dekat karena harus bekerjasama dalam Olimpiade nanti.

"Ciee Mentari, deket deket mulu udah jadi pacar Alvaro yah?" salah satu dari mereka berteriak pada Mentari. Mentari hanya mendengar dengan ekspresi datar. Ia tak ingin Alvaro tiba-tiba menjauhi dirinya.

Dari kejauhan, di dekat salah satu tembok. Seorang laki-laki sedang mengamati mereka berdua. "Liat aja, kalian akan habis di tangan gue Alvaro sean samudera!" laki-laki itu lalu pergi. Setelah Alvaro juga sudah menghilang.

****

Kelas 12 IPA 1.

Suasana begitu teduh, eh salah maksudnya suasana begitu ramai karena kedatangan Alvaro ke kelas Mentari, sontak menjadi perhatian mereka.

"Alvaro jarang banget datang ke kelas kita," unggahnya. "Iyaa bener banget!" timpal salah satu dari mereka.

"Oke tar, gue ke kelas dulu," sahut Alvaro keluar dari kelas Mentari. Tak lama juga kedatangan bu Rani ke kelas mereka.

***

Suasana kelas tampak diam, hari ini bu Rani tengah mengadakan ulangan harian dadakan. Membuat semua terkejut dan tidak bisa menjawab soal yang diberikan. Semuanya langsung secara spontan.

Perempuan di depan Mentari, Queen. Tengah menggaruk hidungnya yang tak gatal, mencoba mencari tahu supaya agar ada jawaban yang datang tiba-tiba.

Namun tidak, jawaban itu tidak datang malah membuat waktunya semakin sempit sekarang. "Aduhh tolong hamba Tuhan, hamba ingin dapat nilai yang bagus tapi nggak mau belajar," do'a Queen. Tampak absurd sekali yah. Apakah malaikat akan tertawa mendengarnya?

"Waktunya selesai, sekarang kumpulkan kertas ulangan kalian, sekarang!" perintah bu Rani, membuat semuanya bergerak cepat. Jika tidak. Satu kelas akan dihukum satu hari.

Untung saja Mentari sudah belajar tadi malam, jadi ia tahu sedikit dengan materi yang masuk hari ini.

****

"Oke tar, gue ke ruang OSIS dulu," Queen berlalu meninggalkan Mentari di perempatan lorong. Queen harus ke ruangan OSIS dulu baru ke kantin menemui sahabatnya itu.

"Huff gerah juga ternyata," Queen mengipas-ngipasi wajahnya yang sudah mulai bermandikan keringat. Suasana di luar sangat panas. Apakah nanti akan berujung hujan. Cuaca sekarang sangat mengerti dengan perasaan kita. Tadinya cerah eh nantinya hujan. Sekarang manis nantinya udah nangis karena diselingkuhin. AWok gini nih cuaca jaman now kali yah.

Sesampainya di ruangan OSIS, Queen membantu beberapa anggota OSIS lainnya yang sedang mengangkat barang-barang. Hingga Alvaro tiba-tiba datang dari luar membantu Queen.

"Eh lo kok tumben dateng?" Queen melirik Alvaro saat mereka berdua mengangkat satu kardus yang tampaknya sangat berat.

"Iyalah orang gue ketuanya," sinis Alvaro lalu berjalan pergi ke ruangannya. "Sombong banget anda," kekeh Queen lalu menyimpan jas OSIS nya.

****

Queen bergegas berlari ingin segera makan. Tak lama mencari keberadaan Mentari, karena Queen tau betul  Mentari hanya akan duduk di situ.

"Sumpah gue capek banget," keluh Queen, sudah duduk di samping Mentari. Mentari kelihatan sekali jika Queen betul-betul capek. Wajarlah dia kan ketos.

"Tuh makanannya, silahkan dimakan tuan putri," Kata Mentari mempersilahkan, ala-ala kerajaan. Queen tiba-tiba tertawa melihat tingkah aneh Mentari untuknya.

"Huaa, gue terhuar liatnya. Makasih bestie," Queen memeluk Mentari yang tengah meminum es teh nya. Tentu membuat Mentari hampir keselek.

"Huek huek, lo meluk apa nyekek sih." Hampir saja Mentari pingsan di tempat gara-gara Queen.

"Maafin kaga tau aje, gue kan emang gini orangnya, hahaha." Lagi-lagi Mentari harus bersabar dengan sahabatnya yang satu ini.

***

"Udah cel, lo balik aja ke rumah. Gue sama ayah rindu sama lo," Alvaro tengah membujuk Marcell untuk pulang ke rumah. Di bawah pohon tak ada yang berani mendengar pembicaraan mereka.

"Nggak, gue nggak sudi deket dan tinggal sama pembunuh kayak lo. Paham?" tegas Marcel. Ia ingin sekali meninju Alvaro sekarang. Tapi ia sadar jika dirinya tengah berada di sekolah bukan diluar.

"Mungkin gue adalah orang yang bersalah untuk semuanya, tapi aku mohon lo kembali seperti dulu." Alvaro mencoba mengenggam tangan Marcel. Marcel melihat tangan Alvaro yang sedang memegang tangannya. Dengan tersenyum sinis ia menghentakkan tangannya hingga genggaman Alvaro terlepas dari tangannya.

"Gue nggak mau di pegang sama pembunuh kayak lo, gue harus pergi. Mending ll nggak usah temuin gue lagi," Marcel langsung pergi meninggalkan Alvaro di bawah pohon sendiri. Alvaro hanya bisa menatap punggung kakaknya itu.

"Gue akan berusaha lagi buat lo kembali seperti dulu dan kembali ke rumah, Marcel!" gumam Alvaro, lalu pergi juga dari bawah pohon. Dari sisi kanan pohon, seorang perempuan sudah mendengar pembicaraan mereka.

𝗕𝗘𝗥𝗦𝗔𝗠𝗕𝗨𝗡𝗚...

HALO GUE MAU NGASIH TAU JUDULNYA
YANG MENGEJAR CINTA KETOS TAMPAN BERGANTI MENJADI ALTAR.
tau nggak apa artinya ALTAR?

ARTINYA ADALAH ALVARO DAN MENTARI.
SEE YOU GAES.

ALTAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang