𝗕𝗔𝗕 𝟰𝟰. TEMBAKAN

3 1 0
                                    

HAPPY READING.

"Ke kantin yuk, gue udah laper banget anjirr," Aurel memegang perutnya yang sudah meminta tumbal.

"Eleh makan mulu isi pikiran lo."

"Iri bilang bos," Aurel menoyor Queen kemudian berjalan selangkah dari dirinya.

"Ekhemm," mereka bertiga menoleh melihat Marcel sedang bersandar di dinding melihat mereka yang ingin ke kantin.

"Kak Marcel kok udah keluar aja?"

"Iya gue udah keluar, ouh iya btw lo mau ke kantin kan?" mereka semua mengangguk.

"Boleh nggak gue pinjam Queen sebentar, gue mau ngomong sesuatu sama temen kalian ini," Queen terkejut, bagaimana mungkin seorang ketua paskibra ingin berbicara dengannya.

"Boleh kok," Mentari mendorong Queen ke depan Marcel hingga Queen deg-degan.

"Ciee," Aurel menggoda Queen dengan Marcel.

"Udah Rel jangan gangguin mereka, ayo kita ke kantin," Mentari merangkul Aurel ke kantin sedang Queen hanya menatap kepergian mereka.

Marcel tersenyum tipis melihat Queen kemudian berdiri dan memegang tangan Queen. "Gue mau ngomong sesuatu sama lo, ayo!" Marcel membawa Queen pergi daru sana, membawanya ke suatu tempat yang ia tidak tahu.

'Marcel mau bawa gue kemana sih?' Queen harap-harap cemas, ia berfikir jika Marcel ingin melakukan yang tidak-tidak dengannya.

"Ayo duduk," Marcel menyuruhnya duduk di kursi panjang yang memang khusus untuk taman. Queen hanya menurut kemudian duduk di kuris panjang itu, bersama Marcel.

Setelah beberapa kali hening, Marcel maupun Queen tak ada yang memulai pembicaraan hingga sedikit kesal jika ia hanya disuruh duduk di sini tanpa ngapa-ngapain.

"Lo mau apa, bilang ke gue?" Queen mulai membuka suara, ia sedikit kesal karena menurutnya hanya membuang-buang waktu saja.

"Sebenarnya gue mau bilang kalo gue suka sama lo." Katanya secara spontan. Tentu Queen lemas tak bertenaga saat seorang ketua paskibra menembaknya di taman.

'Omg gue mimpi apa semalam, Marcel nembak gue?' diluar prediksi BMKG.

"Kenapa diam? Lo nggak suka sama gue yah?" Marcel merasa jika Queen emang tidak suka dengannya.

"TERIMA, TERIMA, TERIMA!" terdengar suara sorak-sorai sekeliling, mereka semua ternyata melihat dan menangkap basah mereka berdua. Tentu ini ide Aurel dan Menteri.

Alvaro juga sudah berdiri di dekat Mentari hanya memberikan senyuman dan juga semangat untuk Marcel.

"Terima Queen!" teriak Aurel begitu besar suaranya. Semuanya mulai diam. Melihat drama yang jarang sekali terlihat di sekolah itu.

"Hmm... Gue nggak bisa!

"Gue nggak bisa menolaknya." senyum merekah dari bibir Marcel saat mendengar pengakuan Queen yang menerima tembakannya.

"Yess!" Marcel langsung memeluk Queen secara spontan.

Riuhan tepuk tangan dari mereka melihat drama yang begitu langka dan patut diabadikan. Aurel sedikit menitik air mata melihat mereka begitupun Mentari. Alvaro tetap dengan posisinya. Stay cool.

"Marcel mental banget yah, langsung nembak Queen padahal mereka nggak dekat."

Alvaro yang mendengar itu hanya menatap malas. Ia tahu jika Mentari menyindir dirinya yang belum menembak Mentari. "Terus?"

Karena kesal, Mentari langsung pergi. Ia mengerucutkan bibirnya. Mentari benar-benar kesal sekarang dengan Alvaro. Alvaro tidak peka. Apakah crush kalian begitu?

ALTAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang