“kita terlalu lelah hingga tak sadar waktu cepat berlalu.”
— ALTAR.HAPPY READING.
"Udahlah, gue lelah Queen. Entar aja yah kita ke mall nya," Mentari benar-benar pusing sekarang. Antara mengikuti Queen atau beristirahat. Apalagi sebentar lagi mereka berdua akan mengikuti Olimpiade sekolah. Tentu membutuhkan waktu yang banyak untuk belajar dan istrahat.
Queen yang sangat senang karena bisa berbelanja di mall ditemani Mentari langsung memudar, senyuman yang ia berikan tiba-tiba hilang begitu saja. "Yah kok gitu sih, yaudah deh besok aja. Biar lo bisa istrahat. Gue ngerti kok!" Mentari mengangguk.
Mentari tahu jika Queen emang pengertian. Ia tak akan memaksakan kehendak demi kepentingannya sendiri tanpa melihat orang lain. "Thanks yah Queen," Queen hanya mengangguk lalu kembali menjalankan mobil. Segera pulang ke rumah.
****
Alvaro sekarang sedang berada di ruang tamu, melihat foto-foto kenangan dirinya dengan Marcel. Ia tahu kenangan itu tidak mungkin kembali terulang, sangat mustahil. Marcel sudah sangat menjauhi dirinya.
"Cel, andai lo tau seberapa sayangnya gue sama lo. Gue rindu lo di rumah cel, gara-gara gue, akhh!" Alvaro tak melanjutkan ucapannya. Ia lalu berlalu meninggalkan foto di diatas meja. Kembali ke kamarnya.
Beberapa saat sebuah notif masuk untuk Alvaro.
Ayah Yoga
Ayah tau kamu pergi sekolah tadi kan?Alvaro tercengang melihat pesan dari room chat ayahnya. "Kok ayah bisa tau? Apa ini semua karena CCTV atau ada mata-mata ayah di sini?" Alvaro menatap ke sekeliling kamar, mencoba mencari tahu apa yang bisa ia lihat di sana.
Namun tidak ada, Alvaro lalu keluar dan menutup ponselnya. Ia sekarang hanya bisa berbaring. Walaupun tubuhnya belum pulih seratus persen tapi Alvaro sudah bergerak hingga rasa sakitnya masih ada.
Ting, notif kembali terdengar berbunyi dari ponselnya. Alvaro kembali membuka ponselnya melihat siapa yang chat dirinya.
Mentari Tri Utami
Al, lo udah makan belum? Kalo belum gue bawain makanan yah biar lo makan.Alvaro memang belum lapar, tapi karena Mentari ingin ke sini, yaudah terpaksa Alvaro mengiyakan, ia lalu membalas chat dari Mentari.
Alvaro Sean Samudera
Oke, gue tunggu.Setelah itu Alvaro kembali berbaring di atas kasurnya, ia benar-benar butuh istirahat.
****
Alvaro Sean Samudera
Oke, gue tunggu.Mentari sangat senang karena Alvaro membalas chatnya, ia langsung saja ke dapur untuk memasakkan Alvaro. "Syukurlah tuh anak masih mau gue bawain makanan," seru Mentari. Namun kedatangan Dewi membuatnya berhasil kaget.
"Astaghfirullah ibu! Ibu kaget aja deh," Mentari mengusap dadanya. Ia benar-benar bisa gagal jantung nanti. Dewi yang mendengarnya hanya terkekeh lalu melihat Mentari yang sedang memasak.
"Loh kan Mentari tadi udah makan, kok masak lagi untuk siapa nih?" Mentari yang sedang memasak langsung terhenti karena pertanyaan ibunya.
"Ini bu untuk Alvaro, ketos Mentari di sekolah. Dia lagi sakit dan di rumahnya nggak ada orang, jadi Mentari berinisiatif untuk bawain Alvaro makanan! Gapapa kan bu?" Mentari sangat takut jika ibunya tiba-tiba melarang.
Dewi bisa melihat raut wajah Menteri yang seperti sedang di intimidasi. "Boleh dong. Selagi itu perbuatan baik. Apaa sih yang nggak boleh," ujar Dewi, bijaksana.
Huff, akhirnya bisa bernafas lega juga. Mentari hanya mengangguk lalu melanjutkan acar masaknya hingga beberapa saat siap diantar ke rumah Alvaro.
****
"Gue ajak Queen nggak yah?" Mentari sekarang sudah bersiap-siap. Tinggal menunggu tukang ojek yang akan membawanya ke rumah Alvaro.
Sempat terdiam. Ia lalu melihat jam di dinding rumahnya yang sudah menunjukkan pukul 13.05 wib.
"Gue harus cepat cepat nih sampenya, jangan sampe Alvaro is dead gara-gara kelaparan," tak lama kemudian ojek pesanan Mentari sudah siap sedia di depan rumah. Mentari langsung let's Go.
****
"Di sini aja pak!" Mentari memberhentikan tukang ojeknya di depan pintu gerbang rumah besar Alvaro yang bercat putih.
Setelah menbayar, Mentari lalu ke arah pintu gerbang, seraya ingin masuk ke dalam kawasan rumah Alvaro yang sangat besar, layaknya istana di negeri dongeng. Namun sepi itulah kekurangan nya.
Eh tapi yang penting bukan hati para pembaca yang sepi, nanti mati rasa loh. AWok.
"Loh gerbang ny nggak ke kunci?" heran melihat gerbang rumah Alvaro yang tak terkunci. Ia lalu masuk kemudian menutupnya kembali, agar tidak ada yang masuk.
"Alvaro!" teriak Mentari, sudah berada di depan pintu rumah Alvaro. Namun tidak ada sahutan beberapa detik kemudian. Yang ada hanya suara jangkrik terus bersahut-sahutan.
"Loh pintunya juga nggak ke kunci, berarti Alvaro benar-benar ada di dalam dong," Mentari tentu saja melenggang masuk ke dalam tanpa ada rasa takut sedikitpun. Ia tentunya senang bisa masuk kembali ke rumah Alvaro sejak terakhir mereka belajar bersama.
"Masuk aja," suatu Alvaro dari dalam kamarnya. Mentari mengangguk setelah tahu kamar Alvaro di mana.
Krek. Pintu kamar terbuka perlahan-lahan memperlihatkan Alvaro yang sedang terbaring sesekali meringis kesakitan.
"Misi ini makanannya tuan Alvaro," ucap Mentari sudah berada disamping Alvaro. "Alvaro terkekeh melihat Mentari berkata seperti itu. Terasa lucu bukan?
"Ayo makan atau gue suapin!" bentak Mentari saat Alvaro tidak ingin makan makanannya. Tentu memancing emosi bukan. Dirinya sudah capek masak, capek ke sini hanya untuk membawakan makanan untuk ketos tercinta. Ouhh sosweet deh.
"Nggak, gue nggak mau!" Alvaro menggeleng, ia terlihat seperti anak kecil saja. Makin membuat amarah Mentari semakin meningkat.
"Makan atau gue suapin!" Mentari menberikan pilihan.
"Suapin aja deh," kekeh Alvaro, malah membuat mata gadis itu membulat sempurna.
****
Brakk, sebuah buku jatuh ke meja Mentari. Siapa lagi kalo bukan bu Rani yang menyerahkan nya.
"Sumpah gue capek!" Mentari melihat buku-buku yang sudah berjunjung tinggi. Queen juga menatapnya dengan malas. Ia sangat bersyukur tidak termasuk orang pintar seperti Mentari dan Alvaro.
Tak lama, seorang cowok berperawakan tinggi masuk ke kelas Mentari, menimbulkan keriuhan dari luar. Siapa lagi kalo bukan Alvaro, ketos SMA Galaksi.
Alvaro tersenyum tengil melihat Mentari yang seketika cemberut, melihat kedatangannya ke kelasnya. "Ngapain ke kelas gue sih. Lo kan punya kelas sendiri!" dengan halus, Mentari berniat mengusir Alvaro.
"Dih, pede banget lu. Gue cuma mau ngajak lo belajar bareng, tapi kalo lo nggak mau yah yaudah sih. Gue nggak maksa!" balas Alvaro. Sudah ingin beranjak pergi. Namun. "Tunggu! Lo mau ajak gue belajar bareng?" Mentari menaikkan alisnya. Ia tidak menyangka sih.
"That's right," Alvaro menaikan bahunya.
"Udahlah gue keluar aja, siapa tau dapat jodoh cogan kek jungkook," Queen langsung pergi keluar kelas, sedangkan Alvaro dan Mentari sangat heran. Biasanya kan Queen yang nyerocos terus.
****
"Ini salah, tau. Harusnya begini!" Alvaro mengambil buku Mentari, lalu mencoba memperbaiki jawaban yang salah.
Mentari bergeming di tempat. Ia melirik sepintas Alvaro yang tengah membantunya.
"Nah udah bener tuh, lo bisa nggak sih belajar yang bener, gimana mau menang nanti!" kesel Alvaro. "Iya iya, bacot lu ahh," balas Mentari lalu pergi.
"Woii lo mau kemana?" Alvaro melihat pergerakan Mentari.
"Mau ke rahmatullah," balas Mentari sekenanya.
𝗕𝗘𝗥𝗦𝗔𝗠𝗕𝗨𝗡𝗚...
HALO SIAPA YANG BACA KISAJ ALTAR?
VOTE AND KOMEN YAH.Part selanjutnya mau diapain lagi yah?
See you gaes.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAR [END]
Teen FictionSEBELUM BACA ADA BAIKNYA FOLLOW DULU YAH. A cerita by Ahmad Fitrah Sinopsis : Lahir dari keluarga miskin tidak menjadi penghalang bagi seseorang untuk berprestasi. Begitupun juga dengan Mentari, seorang siswa SMA Nusantara, cantik dan berprestasi...