𝗕𝗔𝗕 𝟭𝟲. KEMARAHAN PAK YOGA

5 2 0
                                    

HAPPY READING
BACA AJA NGGAK USAH VOTE
NGGAK MAKSA GUE.

“Siapapun yang melakukan itu pada Alvaro dia akan membayar akibatnya nanti.”
— YOGA PRAMANA.

Pintu ruangan ICU sudah terbuka lebar. Terlihat Seorang dokter dan Suster keluar dari ruangan. Pak Yoga langsung menghampiri Dokter untuk menanyakan kondisi Alvaro.

"Dokter bagaimana dengan anak saya, apa dia baik-baik saja. Saya takut anak saya kenapa-napa dokter!" ucap pak Yoga betul-betul khawatir dengan kondisi Alvaro. Mentari dan Queen hanya menyimak dari belakang.

Dokter hanya menghembuskan nafas kasar. Mereka harus tau yang sebenarnya.
"Jadi sebenarnya anak bapak sekarang sedang mengalami masa kritis, di masa masa tersebut antara hidup dan mati."

Pak Yoga tidak tahu harus bagaimana lagi. Ia berjalan mundur, kembali duduk. Begitupun Mentari dan Queen yang sudah sejak tadi mereka di sana.

"Tar, ayo pulang udah sore ini. Kita harus bersih-bersih. Nanti gue bermalam di rumah lo yah. Gue takut lo sendirian," ujar Queen mengajak Mentari untuk ikut pulang. Mentari hanya mengikuti langkah Queen tak lupa berpamitan dengan pak Yoga.

****

"Silahkan duduk pak," seorang polisi menyuruh pak Yoga duduk di kursi pemeriksaan.

"Ada yang bisa kami bantu pak?" seorang polisi baru saja datang, kemudian duduk di meja yang sama.

"Begini pak, anak saya baru-baru ini kecelakaan. Saya ingin membawa kasus anak saya ini ke jalur hukum. Saya sudah menyewa pengacara untuk mengurus kasus anak saya ini pak, nanti pengacara saya yang akan menjelaskan semuanya."

Pak Yoga menjelaskan semuanya kepada pak polisi. Pak polisi hanya menyimak sesekali menulis sesuatu di bukunya.

"Baik Pak, laporan bapak akan kami proses. untuk ditindaklanjuti selanjutnya," katanya lalu menutup buku.

"Yasudah kalo begitu pak, saya permisi dulu." Pak Yoga bangkit dari kursi kemudian berjalan keluar dari kantor polisi.

****

Jam sudah menunjukkan pukul 18.30 wib. Mentari baru saja sudah menaikan shalat magrib. Ia merasa ada yang mengawasinya dari balik jendela. Ia lalu menoleh melihat siapa yang sedang mengawasinya namun tidak ada siapa-siapa.

Pippp!

Suara mobil Queen sudah terparkir di dedepan rumah Mentari, Mentari langsung membuka mukenah dan berjalan keluar membukakan pintu untuk Queen.

"Cepet banget datangnya?" Mentari heran karena Queen datangnya secepat yang ia kira. Namun ia tak peduli.

"Gue datang awal soalnya males di rumah. Sepi banget. Mending cepet datang ke sini biar kamu ada temennya, ouh iya gue udah bawa makanan nih buat kita berdua."

Queen membuka makanan itu di depan Mentari. Mentari menbuka salah satu box makanan yang mulai tercium bau masakannya.

"Emmm ...  Harum banget. Kita makan yuk gue udah laper," Queen memegangi perutnya yang sudah berbunyi sejak tadi.

"Yaudah gue ambil piring sama sendok dulu," Mentari lantas masuk ke dalam untuk mengambil piring dan sendok.

Di luar Queen sedang menonton TV. Ia memindahkan ke chanel ikan terbang. Di sana mereka sedang menonton sinet yang sudah lama namun alurnya makin ngawur.

Queen langsung mengambil piring dan sendok dari tangan Mentari. Mereka berdua makan bersama sambil menonton TV. Di saat menonton mereka merasakan ada yang mengawasi mereka.

Mentari melirik Queen yang berhenti makan krupuk saat mendengar suara sendok terjatuh dari dalam dapur.

"Itu suara apa!" tubuh Queen mulai panas dingin membayangkan yang tidak-tidak.

"Udah abaikan aja, ayo lanjut nonton. Eh btw lo udah ke rumah sakit jenguk ibu lo nggak?" tanya Queen bertanya.

"Nggak sempet, keknya besok deh. Ibu juga mungkin udah bisa pulang," ujar Mentari sudah menghabiskan makanannya.

Tok tok tok...

Mentari melirik Queen. Saat mereka mendengar suara ketukan pintu dari luar. Queen mendekati Mentari. Ia benar-benar takut sekarang.

"Gue takut banget tar," dengan ekpresi takut Queen memeluk Mentari. Mentari juga ketakutan mereka akhirnya berpelukan. Suara ketukan pintu itu lalu pindah ke jendela lalu di atap rumah. Hingga lampu rumah tiba-tiba mati.

Terdengar suara langkah kaki dari dalam mengarah ke ruang tamu. Queen langsung membaca ayat kursi agar mendapatkan perlindungan dari allah SWT. Setelah membaca ayat kursi. Lampu rumah kembali menyala.

"Alhamdulillah ya Allah," mereka berdua bernafas lega setelah lampu kembali menyala.

****

Suasana sekolah berbeda kali ini. Banyak karangan bunga berjajar di depan SMA dan juga di lapangan untuk menghormati ketos mereka. Alvaro sean samudera yang sedang koma di rumah sakit.

"Astaghfirullah nggak nyangka gue kak Varo bakal begit," sahut salah satu dari mereka.

"Iya bener banget, tega banget sih tuh orang. Awas aja kalo kita tau orang yang ngelakuin itu sama kak Varo kita akab buly dia terus," ujar salah satu teman Alvaro.

Queen sedang meminta untuk semua anggota OSIS dan para siswa untuk berkumpul di lapangan SMA Galaksi. Ia akan menyampaikan kabar yang cukup mengejutkan mereka semua.

Semua sudah berkumpul termasuk Marcel yang sudah berada di barisan belakang. Agar dirinya tidak dicurigai oleh siapapun.

"Oke semuanya mohon perhatiannya sebentar!"

"Mungkin di antara kalian ada yang tau kalo ketos SMA Galaksi sedang di rumah sakit, iya betul sekali Alvaro sedang di rumah sakit. Dia sedang koma. Belum tahu kapan dia sadar kembali. Untuk itu beberapa hari ini saya akan mewakili ketos kita Alvaro dalam berbagai urusan seperti kegiatan OSIS dan lain-lain. Mungkin cukup sekiat yang bisa saya sampaikan kalo ada pertanyaan silahkan."

Semua saling menoleh satu sama lain. Mentari hanya berdiri menatap Queen berdiri di depan mereka.

"Kak apa kejadian ini sudah di bawa di jalur hukum? Dan kita harus tangkap pelakunya," ujar salah satu siswa dengan suara yang lantang. Membuat yang lain ikut bersuara.

Queen mengerti dengan semua ini. Ia paham jika efforts Alvaro memang sangat besar di sekolah. Hingga banyak yang peduli dengannya.

"Iya ayah Alvaro sudah menuntut melalui jalur hukum. Kita semua hanya menunggu hasil investigasi selanjutnya," ujar Queen menatap seluruh siswa.

"Yaudah mungkin itu saja yang bisa saya sampaikan, kalian semua sudah boleh bubar kembali ke kelas masing-masing," sambung Queen berjalan ke arah Mentari.

"Ayo ke kelas, entar lagi pelajarannya pak bambang entar dimarahin lagi loh," ujar Mentari menarik paksa lengan Queen yang sudah ingin ke kantin.

Queen benar-benar kesal. Ia tidak ingin ke kelas. Ia mau ke kantin. "Ayo tar temenin sebentar, gue haus banget," katanya memelas lalu terbatuk. Mentari tahu drama Queen. Ia hanya mengiyakan saja. Mereka berdua akhirnya ke kantin.

Marcell tiba-tiba nongol di depan mereka hingga minuman yang sedang dipegang Queen tertumpah di bajunya.

"Aaah...!" Queen merasakan dingin di bajunya. Biasa kan juga es.

"Maaf-maaf gue nggak sengaja," setelah mengucapkan maaf Marcel langsung pergi tanpa berkata sepatah lagi. Queen dan Mentari heran dengan perilaku Marcel yang aneh.

𝗕𝗘𝗥𝗦𝗔𝗠𝗕𝗨𝗡𝗚...

SATU KATA UNTUK BAB INI
SEE YOU GAES.

ALTAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang