KINAL POV
Seminggu sebelum kepergian orang tua aron ke amerika, aku dan aron semakin dekat. Tak jarang juga ketika ada waktu senggang antara kuliah dan latihan, aku menyempatkan keluar bersama dia. Sekedar makan, bermain, dan menemainya main PS. Aron anak yang menyenangkan, ramah, dan tampan pastinya mirip om tante tanumiharja.
-Flash back on-
Saat itu latihan yang aku lakukan selesai di sore hari. Lumayan, ada banyak waktu untuk mengistirahatkan badanku ini. Dengan headset yang ku pasang di telingaku, aku berjalan sambil menyanyi pelan mengikuti alunan musik jazz yang ku putar. Tiba-tiba sepasang tangan menarikku dari belakang.
"kak Kinal, dari tadi Aron panggilin ga nyambung ih" ternyata Aron lah yang menarik tanganku. Aku tersenyum melihat tingkahnya yang selalu manja terhadapku tapi tidak dengan orang lain. Dia terkesan pendiam dan cool jika berhadapan dengan orang lain.
"maaf ya adek gantengnya Kak Kinaaaal, kak Kinalnya lagi make headset nih" aku berkata sambil tersenyum dengan menyondongkan badanku padanya dan mengacak rambutnya pelan. Iyah, "adik ganteng" memang panggilan sayangku untuknya. Jangan tanyakan kenapa aku memanggilnya begitu. Jika aku seumuran dengannya, mungkin aku akan menyukainya. Haha ngomong apa aku ini.
"jadi, mau apa nih, adik gantengnya kak kinal sore sore gini manggil kak kinal? Bukannya tadi kita udah latihan bareng? Dan hari ini om dan tante juga lagi ga sibuk dan bisa nemenin Aron kan?" tanyaku lagi padanya.
"hari ini Aron mau kak Kinal main ke rumah aron. Temenin Aron main PS baseball kak, aron bosen main sendiri ga seru ah" rengeknya padaku.
Ingin rasanya aku menolak ajakannya dan ingin mengistirahatkan tubuhku. Tapi aku selalu tak pernah tega menolak ajakan dia.
"iyadeh boleh, kak Kinal ambil motor dulu yaa" pamitku padanya.
"eh gausah! Kak kinal naik mobil aron aja" ajak dia.
"terus scoopy kesayangan kak kinal gimana dong dek?" tanyaku sambil menggaruk kepalaku yang tak gatal.
"ah masalah itu, gampang kak. Biar mang udin yang bawa. Kak kinal bisa nyetir kan? Kak kinal bawa mobilnya aron aja sama aron. Atau mau aron yang nyetir?" tanyanya sambil memeasang senyum lebar.
"ga boleh! Aron kan belum punya SIM. Biar kak kinal yang bawa" lalu dia tersenyum sambil girang mendengar persetujuan dariku.
"terus mang udin gimana dong? Mang udin gapapa pak bawa motor saya? Saya jadi gaenak sama mang udin". Tanyaku pada mang udin supir keluarga tanumiharja yang sudah mengabdi 20 tahun.
"gapapa non kinal, biar saya aja yang bawa. Bapak sama ibuk juga pasti udah nungguin non kinal dan den aron di rumah" jawab pak udin dengan bijaknya.
Setelah berada di depan kemudi, aku sedikit gemetar, keringat dingin membasahi dahiku.
"apakah aku bisa? Ini sudah terlalu lama" batinku bertanya pada diriku sendiri
"kak kinal kenapa? Kak kinal sakit?" tanya aron khawatir padaku.
"ah kak kinal gapapa kok dek, yuk" aku pun mulai melajukan mobil mewah milik aron.
Dengan pelan tapi pasti aku membawa mobil aron sesuai dengan petunjuk yang di berikan aron padaku. Sampai akhirnuya aku tiba di bangunan megah yang di sebut rumah oleh aron.
"ini bukan rumah, ini istana" gumamku.
"kenapa kak? Aron ga denger. Ayo masuk, malah bengong." Lalu aron menarik tanganku masuk ke dalam rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Jessica Veranda.
FanfictionNo words can describe how much I love you, Jessica Veranda.