Tolong Veranda, Kinal.

14.3K 853 123
                                    

Author's POV

Veranda sedang mendorong kursi roda kinal dengan pelan diikuti oleh Ghaida, Shania dan Beby dari kejauhan. Yah, baru 3 hari ini kinal keluar dari rumah sakit. Keadaanya yang belum bisa dikatakan baik, di tambah jahitan di perut bagian kirinya membuat kinal harus dibatasi ruang geraknya.

"kita mau ngapain?" tanya kinal sambil melihat ke belakang. Kepalanya sedikit terangkat untuk melihat wajah veranda yang berada di atasnya.

"gapapa, kita udah lama ga kesini kan?" jawab veranda dengan senyumannya.

Langkah demi langkah diambil oleh veranda. Tempat yang tidak asing bagi mereka berdua. Di depan pintu besar ini, veranda menghentikan dorongannya pada kursi roda kinal. Veranda mengunci kursi roda kinal agar tidak bergerak, lalu dia berjalan duduk dengan lututnya di depan kinal. Menggenggam kedua tangan kinal. Tas sampingnya dia taruh sementara di lantai.

"kinal, kalau ada badai datang menghampiri kita, apa yang sebaiknya kita lakukan?"

"aku akan selamatin kamu dulu"

Verandah terkekeh, wajahnya sempat memerah karena jawaban kinal.

"dengan keadaan yang seperti ini kamu bilang mau selametin aku?"

Kinal mengerutkan keningnya tanda tidak suka.

"habis ini aku pasti sembuh!"

Veranda tertawa. Kinal tau, meskipun tawa adalah saah satu tanda kebahagiaan, namun kali ini veranda tidak dalam keadaan demikian.

"kalau ada badai datang..."

Ada sedikit jeda pada kalimat veranda. Dia mengeratkan genggaman tangannya pada kinal.

"jangan selametin aku aja. Lalu buat apa aku hidup kalo tanpa kamu? Meskipun hampir mustahil, Tapi kita harus berjuang sama-sama untuk melawan si badai. Kamu mau kan?"

Kinal hanya mengangguk sebagai jawaban, namun penuh keyakinan.

Kini veranda dan kinal sudah memasuki sebuah ruangan baca yang cukup besar. Sedangkan Beby, Shania dan Ghaida lebih memilih menunggu di luar.

"hai kinal, veranda. tumben mau kesini ga ngabarin dulu?"

Ucap lelaki paruh baya setelah memutar kursi besarnya menghadap ke kinal dan veranda.

"kenapa harus bilang? Veranda pikir sampai detik ini, rumah ini masih milik veranda juga kan, Pa?"

Lelaki paruh baya itu mengangguk. Iya, dia adalah Erwin Tanumihardja, ayah kandung seorang Jessica Veranda.

"jadi, ada apa? Ada perlu apa kalian kesini? Kita minum teh dulu ya"

Sayangnya tawaran Erwin langsung di tolak oleh veranda.

"gausah Pa, Ve sama Kinal Cuma bentar disini, iya kan sayang?"

Kinal spontan melihat ke arah veranda yang masih memegang kedua kemudi dari kursi roda kinal, kaget dengan apa yang barusan veranda ucapkan.

"kenapa? Kamu mau minum teh sayang?"

"Ve!" ucap kinal tanpa suara ke arah veranda. Namun ve hanya tersenyum sambil mengelus pipi kinal.

"cukup!"

Erwin berdiri dari duduknya, meraih remote kontrol di atas meja lalu menyalakan plasma besar di depan veranda dan kinal.

Mata kinal terbelalak, sedangkan veranda hanya tersenyum miring seakan sudah menebak apa yang terputar di depannya sekarang.

Tayangan yang memutarkan video dan foto dari kebersamaan kinal dan veranda. Sebagai sepasang kekasih, bukan sebagai sahabat.

I Love You, Jessica Veranda.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang