Dok dok dok!!
Suara ketukan pintu terdengar keras. Kinal melirik jam di dinding. Pukul 10 malam. Siapa yang bertamu malam malam seperti ini? Mungkin brandon mengambil sesuatu yang teringgal.
"ada yang ketinggalan Don?" ucap kinal sambil membuka pintu.
Namun kinal tercekat. Mencoba meyakinkan dirinya dengan sosok laki-laki tinggi di depannya sekarang. Jelas dia bukan Brandon. Basah kuyup dan dengan temaramnya pencahayaan kinal berusaha meyakinkan dirinya lagi.
"Aron?"
Bruk!!"
Aron bersimpuh di depan kinal. Tubuhnya bergetar tanda air mata mengalir deras.
"tolong kak Ve, kak Kinal"
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sudah bertahun-tahun aku tidak datang ke rumah megah ini. Terakhir kali mungkin saat liburan kuliah dan disini sedang musim gugur. Menonton baseball bersama Aroon dan Veranda.
Ku eratkan genggaman tanganku terhadap aroon. Aku takut..
"semua akan baik-baik saja, kak Kinal. Ada Aroon"
Begitulah kata aron sambil tersenyum ke arahku.
Langkahku terasa berat. Tujuanku seakan menjadi lebih jauh padahal seharusnya menjadi lebih dekat. Aku merasa ratusan pasang mata tengah melihatku dengan tatapan mematikan. Padahal semua itu tidak ada. Yang ada hanya para pelayan yang menyapaku dengan hangat.
Aroon membuka pintu besar di depannya, lalu mengajakku naik ke tangga dan membuka satu pintu yang menjadi penghubung ke suatu kamar.
"mama, aroon pulang"
Tante selvi berbalik, meninggalkan dua wanita disana. Langsung berlari dan memeluk tubuhku erat. Menangis sejadi-jadinya, mengatakan maaf dan tolong berulang kali.
"maafin tante gabisa berbuat apa-apa kinal"
"tolong tante, tolong veranda"
Aku masih mematung. Bahkan untuk membalas pelukannya, aku tidak bisa. Mataku masih lurus menatap wanita yang tengah duduk di kursi roda menghadap ke jendela bertirai putih yang menampilkan tetesan salju yang mengakibatkan embun tebal di kaca jendela. Ada juga seorang gadis yang tengah berjongkok di depannya yang aku perkirakan usianya sama dengan aron.
Dia berdiri, tersenyum dan berjalan ke arahku.
"kak kinal kan?"
Aku mengangguk, namun untuk membalas senyuman dan tatapannya aku tak bisa. Pandanganku tidak berubah dari tadi. Tetap kepadanya.
"aku Christi"
"kinal"
Ku sambut uluran tangannya sebentar lalu melanjutkan langkahku yang semakin berat. Aku mendekat ke arahnya. Sejenak kemudian aku mendengar suara pintu tertutup. Aku yakin mereka semua meninggalkanku sendirian disini, bersama wanita berkursi roda.
Aku berjongkok di depannya, memegang pegangan kursi roda sambil terus memandang wajahnya yang terasa menyayat hatiku.
Aku bersimpuh, kepalaku lemas di pahanya. Menangis sejadi-jadinya. Menyalahkan diriku dengan semua yang sudah terjadi.
"maafin aku...."
Flashback On
"kak"
Suara aron memecahkan konsentrasiku saat aku sedang mengobati luka dan demamnya dengan kompres. Tangannya memegang tanganku yang seolah mencoba tidak mempedulikan ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Jessica Veranda.
FanfictionNo words can describe how much I love you, Jessica Veranda.