Tak Satu Arah

18.3K 903 82
                                    

terimakasih buat kalian yang masih nunggu kelanjutan cerita ini. 

sampai part 21, kalian keren!!

mungkin cerita ini akan berakhir 1 atau 2 part lagi hehe.

oiya, kinal sama ve makin romantis ya? haha

akhir-akhir ini anak-anak combs sering kena semprot kinal gegara FF.

kayaknya cuma gue yang aman karena gue far dan jarang banget mention member wkwk

FF gue di baca ga ya sama kinal? wkwk

mau bikin sad ending ah sesuai pesenan kinal. haha

oke, lets reading^^


VERANDA's POV

Kesadaran mulai hadir, ku buka mataku perlahan, kepalaku terasa berat. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku berulang kali sambil mengingat kejadian sebelumnya. Ini kamarku, kamar apartemenku dengan kinal lebih tepatnya. Aku mencoba menegakkan tubuhku dalam posisi duduk dengan perlahan. Di nakas sudah tersedia bubur dan air putih serta susu. Ada apa sebenarnya denganku?

"kinal"

Tiba-tiba aku teringat tentang dia. Teringat tentang kebodohanku yang membuatnya lebih memilih pergi dariku. Sekarang aku sadar bahwa barang barang milik kinal bahkan sudah hampir bersih dari kamar ini. komputer di meja belajar yang biasa dia gunakan untuk bermain game, gitar yang biasanya tersandar rapi di sofa sudut kamar, topinya yang biasa di gantungkan di sebelah pintu, bahkan selimut kesayangannya, semua barang yang sudah akrab di penglihatanku menghilang dari tempatnya. Air mata ku rasakan mulai menggenang di pelupuk mataku.

Ku raih kembali ponselku yang tergeletak di nakas. Ku tekan angka 1 agak lama lalu terpanggilah kontak dengan nama "Kinal" disana. Namun lagi-lagi tak ada jawaban dari si pemilik nomor.

"kamu dimana?"

Aku menggumam dan lolosah air mata yang sedari tadi ku tahan.

Ku peluk lututku dan membenamkan wajahku disana. Bahkan siapa orang yang telah membawaku ke kamar ini bukan hal yang ingin ku ketahui sekarang. Kinal telah menyita semua isi kepala, dan hatiku tentunya. Rasa bersalahpun kalah telak dengan rasa sakit karena kehilangannya. Harusnya bukan reaksi seperti itu yang aku tunjukkan padanya. Siapa aku berhak marah dengan perasaan yang dimiliki orang lain? Harusnya aku tetap berada di sampingnya saat ini dan berkata bahwa semua akan baik-baik saja.

"kinal, maafin aku"

Air mataku bahkan jatuh dua kali lebih deras dari sebelumnya. Sejauh ini ternyata pengaruh kinal untukku. Ku lirik jam di dinding, sudah pukul 9 malam. Berarti sekitar 3 jam aku tertidur atau lebih tepatnya tidak sadarkan diri.

Dinginnya malam ini membuatku semakin terpuruk dalam kesedihan. Dalam keadaan seperti ini biasanya kinal akan datang dan memelukku, memberi kehangatan jauh daripada selimut yang biasa kami gunakan bersama. Benar saja, pintu balkon sedikit terbuka, angin malam masuk dengan gampangnya.

Aku berjalan gontai ke arah balkon, air mataku bahkan tak bisa berhenti sekalipun aku mengusapnya berulang kali.

"kinal"

Lagi lagi aku menyebutkan namanya tanpa ada kehadirannya. Tanpa ada senyum manis dari si gingsul. Ku pegang besi pembatas balkon, terasa jauh lebih dingin dari biasanya. Aku tertunduk, kembali teringat tetang dia yang sangat manja denganku. Aku tersenyum getir, lagi lagi air mata ini jatuh begitu saja tanpa seizinku.

Ku peluk tubuhku yang sudah sangat lemas ini. menengadahkan kepalaku ke atas. Memejamkan mataku yang sudah membengkak karena air mata penyesalan. Aku mulai berbicara di dalam hati, mengadu kepada tuhan yang ada di atas sana.

I Love You, Jessica Veranda.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang