"Oyy.. ! Lo manusia apa bukan ?" Teriak seseorang yang tidak jauh dari belakangnya.
Dengan cepat, Naiara menghapus air matanya.
Seseorang itu pun mendekati Naiara. Ia tidak terlihat seperti dalam kondisi sadar sepenuhnya.
"Ooh, ternyata lo manusia."...
Secepat itu lo jadi asing kayak gini. Atau gue yang masih berharap lo seperti dulu.
Bima yang semalaman tidak tidur karena mengurus masalah perusahaannya, membuatnya sangat kelelahan. Ia tidak pulang ke rumahnya dan memilih menginap di hotel.
Tidak lama, bel pintu berbunyi.
Dilihatnya, Juna sudah tiba di depan kamarnya.
"Gimana hasilnya ?" Tanya Bima, setelah membukakan Juna pintu.
"Ternyata dugaan pak Bima benar. Semua itu adalah rencananya pak Aldrich untuk menjatuhkan pak Reynand. Mereka sengaja melakukan hal itu agar pak Reynand tidak menentang mereka lagi."
"Sebenarnya apa sih mau nya kakek. Mereka udah punya segalanya. Apalagi yang kurang ?"
"Dari beberapa mata-mata kita, sepertinya pak Aldrich sedang mengincar buku besar yang ada pada pak Reynand."
"Buku besar ?"
"Saya juga tidak tahu apa isi buku besar itu. Sepertinya sangat penting bagi pak Aldrich. Dan mereka juga sudah menyiapkan pernjanjian ulang supaya pak Reynand tidak melawan mereka kembali."
"Sepertinya kita harus kembali ke perusahaan. Aku harus temui kakek." Segera mengambil ponselnya, lalu bergegas turun. Diikuti Juna di sampingnya.
***
Setiba di rumah sakit, dilihatnya dua orang polisi sedang berjaga di depan pintu kamar Reynand.
Melihat itu, Arvin pun segera masuk ke dalam.
"Pa.." Dengan wajah khawatirnya.
"Masih ingat kamu punya papa ?"
"Pa.. Maafin Arvin pa. Arvin terlambat."
"Bukan salah kamu. Papa juga gak bisa berharap apa-apa dari kamu. Sebaiknya kamu pulang aja jagain mama kamu. Papa bisa menyelesaikannya sendiri."
"Pa.."
"Vin, ayo keluar. Ada yang mau kakak bicarain sama kamu." Ajak Aline yang keluar terlebih dahulu.
"Kak, sebenarnya apa yang terjadi. Kenapa papa bisa jadi seperti ini ?"
Aline pun menjelaskan kejadiannya sedetail mungkin pada Arvin. Agar Arvin juga bisa mengambil keputusan dalam menyelesaikan masalah perusahaan mereka.
"Sekarang sebaiknya kamu pulang dulu. Biar kakak yang temenin papa disini. Kamu tau kan emosi papa kalo lagi banyak pikiran seperti apa ? Kakak gak mau liat papa tambah sakit."
Tidak lama, dari kejauhan tampak seorang pria dengan dua orang anak buahnya beserta pengacaranya sedang berjalan menuju ruangan Reynand.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Naiara yang melihat keberadaan orang itu jadi panik seketika. Ia bingung harus bersembunyi dimana.