DCL - Part 32

825 123 29
                                    

Gita membuka pintu kamarnya, lalu menghela napas panjang saat mendapati Trisha sudah berbaring santai di atas tempat tidurnya. Boneka beruang besar yang tadi diberikan Revan dipeluk erat oleh adiknya itu, wajahnya tampak penuh kebahagiaan.

"Trisha? Ngapain kamu di sini?" tanya Gita sambil meletakkan tas kecilnya di meja.

Trisha menoleh dengan senyum polos namun jahil. 

"Mau tidur di sini, Kak. Bonekanya empuk banget, pas buat dipeluk" jawabnya sambil mengusap kepala boneka beruang yang lebih besar dari tubuhnya. 

Gita meletakkan kedua tangannya di pinggang, menatap adiknya dengan tegas. 

"Ini kamar Kakak. Sana balik ke kamar kamu. Udah malam" titah Gita.

Namun, bukannya menurut, Trisha malah membalikkan badan, memeluk boneka itu lebih erat. 

"Nggak mau, Kak~" jawabnya manja. 

"Tapi, Kak Gita tadi sweet banget, ya!" lanjut Trisha tiba-tiba.

Gita menghentikan langkahnya, wajahnya berubah bingung sekaligus curiga. 

"Sweet? Sweet kenapa?" tanya Gita dengan nada penuh kehati-hatian.

Lantas Trisha bangkit untuk duduk, dan senyum jahilnya makin lebar. 

"Aku ngintip Kakak sama Kak Revan dari balik jendela ruang tamu. Aku lihat semuaaa-nya!" katanya sambil menahan tawa.

Mata Gita membesar seketika, wajahnya memerah. 

"TRISHA!" serunya setengah berteriak.

Trisha tertawa kecil, melipat kakinya di atas tempat tidur. 

"Aku liat, Kak. Kakak tadi cium Kak Revan terus Kakak langsung ngusir dia. Lucu banget, Kak! Mukanya merah kayak tomat, hihihi!" balas Trisha.

Gita langsung menghampiri tempat tidur, menatap Trisha dengan wajah panik. 

"Kamu nggak cerita ke siapa-siapa 'kan? Jangan sampai Mama, Papah, atau siapa pun tahu!" tanya Gita.

Trisha memiringkan kepalanya, pura-pura berpikir sambil mengetuk dagunya dengan jari. 

"Hmm... belum sih. Tapi..." jawab Trisha.

"Tapi apa?" potong Gita, suaranya meninggi.

"Tapi aku mau tidur di sini malam ini. Kalau Kakak usir aku ke kamar, siapa tau aku lupa soal rahasia ini" jawab Trisha santai, senyum nakalnya tidak hilang dari wajahnya.

Gita menatap adiknya dengan frustasi, tahu bahwa membantah hanya akan memperpanjang drama ini. Akhirnya, dia duduk di tepi tempat tidur, menangkup wajahnya dengan kedua tangan. 

"Oke, oke. Kamu boleh tidur di sini. Tapi janji nggak cerita ke siapa-siapa" ucap Gita.

Trisha langsung tersenyum lebar, berbaring kembali sambil memeluk boneka beruangnya. 

"Janji!" katanya sambil mengulurkan kelingking kecilnya.

Gita menatap kelingking itu sejenak sebelum akhirnya mengaitkannya dengan milik Trisha. 

"Kalau sampai kamu cerita ke siapa pun, Kakak nggak bakal maafin kamu" ancamnya dengan nada serius.

"Iya, iya, tenang aja, Kak. Aku janji, kok" jawab Trisha ceria.

Gita menghela napas lega, lalu melemparkan dirinya ke sisi tempat tidur yang lain. Dia berharap Trisha berhenti bicara, tetapi harapannya pupus ketika adiknya kembali bersuara.

"Tapi, Kak, serius deh" panggil Trisha.

"Apa lagi?" Gita menoleh dengan lelah.

"Kakak tadi sweet banget. Aku kira Kakak tuh nggak berani, tapi ternyata malah Kakak yang cium duluan" goda Trisha, tawanya kembali pecah.

Diary : Called Love? (DelGit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang