Jay membuka matanya perlahan saat merasakan cahaya matahari perlahan masuk ke dalam indera penglihatannya. Ia meregangkan tubuhnya yang terasa kaku karena tidurnya terlalu pulas semalaman.
Jay melirik jam dinding di kamarnya. Waktu menunjukkan pukul setengah 8 pagi. Samar-samar Jay mendengar sebuah ketukan pintu yang tak kunjung berhenti.
Kenapa gak dibukain pintu, sih? Masih pagi udah ganggu aja, protes Jay dalam hati.
Ia berpikir, di manakah ibunya? Apakah ia sudah pergi ke tempat kerjanya? Mengapa sepagi ini?
Lalu, di manakah bodyguardsnya? Mengapa tidak ada seorang pun rasanya di rumah ini.
Jay menghela nafas panjang. Ia beranjak dari kasurnya, mengambil ponselnya yang baru ia charge semalaman, serta mengambil pistolnya untuk berjaga-jaga. Ia pun berjalan keluar dari kamarnya, menuruni tangga, dan berhenti tepat di belakang pintu utama rumahnya.
Rasa kantuknya hilang. Ia mendadak menjadi gugup. Genggamannya pada pistol di tangan kanannya mengerat.
Jay pun membuka pintu utama rumahnya. Seorang gadis dengan rambut menjuntai ke bawah dan sedikit bergelombang berdiri di tengah-tengah teras rumah Jay. Gadis itu hanya berdiri tegak tanpa membawa apa pun di tangannya. Ia hanya berdiri di sana dengan pakaian yang belum pernah Jay lihat sebelumnya.
"M-Mirae?" Jay tergagap.
Dengan cepat Jay menjatuhkan pistol yang ia bawa. Ia memeluk Mirae dengan erat. Tanpa berpikir panjang, Jay menangis sembari memeluk gadis itu.
"Rae... Rae... Thank God you're okay...," gumam Jay.
Jay memeluk Mirae selama kurang lebih 5 menit sebelum akhirnya ia tersadar Mirae hanya diam tanpa membalas pelukannya atau mengatakan sepatah kata apa pun.
"Rae? Lo gak apa-apa, kan?" tanya Jay, ia tersenyum tetapi khawatir di saat yang sama.
Jay menatap ke sekeliling rumahnya. Tidak ada siapa pun. Mirae datang sendirian.
"Kita masuk du-"
"Stop pretending like you're a live saver, Jay," potong Mirae.
Kedua alis Jay terangkat. Ia terdiam sejenak.
"Rae?" Jay kebingungan.
Mirae menatap Jay dengan tatapan yang tidak bisa Jay artikan.
"M-masuk dulu, ya? Kita ngobrol di dalam," pinta Jay. "Are you hungry? Sudah sarapan? Mau minum teh hangat? Ada yang luka, nggak?"
"I said enough, Jay," ulang Mirae. Nadanya tidak seperti Mirae yang biasanya.
Kini kepala Jay dipenuhi kebingungan. Ada apa dengan Mirae? Kenapa gadis itu berubah drastis seperti ini?
"Aku ke sini bukan untuk kembali ke kamu, tapi aku mau bilang selamat tinggal," ujar Mirae.
"Ini kali terakhir aku lihat muka kamu dan kali terakhir kamu lihat mukaku," sambungnya.
"R-Rae? Apa, sih, maksud lo? Ada apa?" tanya Jay bertubi-tubi.
"Cukup dengan topeng kamu itu, Jay," jawab Mirae. "You're a jerk."
Kening Jay mengerut.
Apa ini karena Jake? Apa yang dia bilang ke Mirae? tanya Jay dalam hatinya.
"Ya, oke, apa pun itu, masuk dulu ke dalam, kita bicara- Wow... Wow.. Wow... Put that goddamn gun down."
Jay sontak mengangkat kedua tangannya begitu Mirae menodongkan sebuah pistol ke hadapan wajah Jay.
KAMU SEDANG MEMBACA
Retrieved || Park Jongseong (Jay) [17+]
FanfictionSEASON 2 OF "Forgotten" by Bogochimda ----------------------- "Lo enggak akan pernah selangkah lebih maju dari gue." Jay ingin sekali mengulang waktunya ke masa-masa musuh bebuyutannya, Jake, tak kembali hadir di hidupnya dan mengacaukan segalanya...