Chenle terdiam, tangannya yang gemetaran menggenggam pistol kian erat, mendongkannya pada dahi Jisung yang masih terpejam.
"Bangun.."
Mata Chenle berkaca kaca, lelaki itu menarik nafas dalam, "Bangun atau gue tembak lo?"
"Gue bilang bangun!"
Chenle berdesis kesal kala suara defribillator terdengar menggema, seolah mencekiknya dalam keheningan ruangan ini yang hanya di isi suara tersebut. Netranya menatap wajah pucat Jisung lekat.
"Gue bilang bangun, jangan lemah!"
"Lo harus singkirin Haruto, kenapa lo malah tidur disini? Ayo bangun dan singkirin orang yang ganggu kita, ini bener bener bukan lo!"
Chenle menekan pistol kian kuat ke dahi Jisung yang terluka, "Bangun Lee Jisung, jangan lemah.."
"Bangun--atau gue bunuh Jaemin?" Anggap saja Chenle gila karena mengancam Jisung yang jelas jelas terbaring dan hanya bertahan karena bantuan alat alat rumah sakit tersebut.
Chenle memang gila, dan tampaknya kali ini dia menjadi lebih gila lagi.
_________________________
"Abang, Ji dimana?" Bisik Jaemin lirih, bertepatan dengan keluarnya dokter yang baru selesai memeriksanya.
Sehun terdiam, mengusap tangan Jaemin lembut, "Istirahat dulu--"
"Ji dimana--ukhh--" Jaemin mengernyit kala bahunya dan kepalanya terasa nyeri.
Sehun dengan panik mengusap rambut Jaemin, "D-dimana yang sakit? Dimana? Abang panggil dokter--"
"Engga, mau liat Ji, aku mau liat Ji abang," Sela Jaemin lirih.
Sehun berpikir sesaat, "Jaemin, Jisung lagi istirahat. Dia baru sadar tadi pagi, biarin dia istirahat dulu ya?"
"Ji baik baik aja?"
Sehun mengangguk walau hatinya meraung, baik baik saja darimana? Jika semua alat penunjang hidup di lepas, Jisung benar benar akan mati. Detak jantung Jisung kini hanya punya harapan dari alat alat tersebut.
Jisung--tak akan pernah bangun, hanya perlu waktu untuk mereka merelakan lelaki itu lalu melepas alat penunjang hidupnya.
Tak ada harapan.
Dan Sehun benar benar merasa putus asa..
Sama sekali tak ada..Namun Sehun ingin egois untuk menahan adik bungsunya itu, setidaknya biarkan Sehun melihat wajah Jisung setiap saat sampai dia benar benar rela melepaskan detak jantung Jisung.
Biarkan Sehun egois kali ini.
Dia hanya perlu waktu..
Jaemin menatap Sehun yang memandangnya, namun tatapan lelaki itu terlihat kosong, "Abang?"
Tak ada jawaban, Sehun masih terpaku.
"Abang?" Jaemin berusaha menarik ujung kemeja lelaki itu.
"H-huh? Iya? Kenapa? Kamu haus?"
Netra hazel Jaemin berkaca kaca, "Abang kenapa? Abang bohong ya?"
Sehun berusaha menarik senyum, "Bohong apanya? Abang masih sedih karena liat keadaan kamu sama Jisung, jangan mikir hal lain."
Sehun mengecup kening Jaemin sekilas, "Kamu lapar?"
"Emang aku udah gak sadar berapa hari?" Jaemin rasa tubuhnya terlalu kaku sekarang.
"4 hari," Jawab Sehun lirih, tatapannya masih penuh rasa takut. Melihat bagaimana kedua adiknya terus terbaring dengan harapan tak jelas kapan mereka akan bangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Side
Teen FictionJika Jaemin ada di sampingnya,Jisung rasa ia akan selalu baik baik saja Jika Jaemin yang mengatakan bahwa semuanya akan baik baik saja,maka Jisung akan percaya. Tak peduli,meski Jaemin adalah musuh abang dan keluarganya sekalipun Dan Jisung akan mel...