chap 32

2.3K 410 148
                                    

Sehun terdiam, menatap lantai 4 di depannya yang telah runtuh sebagian dan--tubuh Jaemin yang jatuh ke lantai 3..

Hanya satu lantai, namun pecahan keramik dan reruntuhan berhasil melukai anak itu yang kini terkulai lemah berlumur darah.

"Mundur, ini bahaya," Xiaojun menarik Sehun untuk mundur kala melihat retakan di depan mereka.

"Jisung, SELAMATKAN JISUNG DI BAWAH!" Teriak Sehun panik.

"Xiaojun, panggil anggota ke sini," Lanjut Sehun, masih terpaku pada tubuh Jaemin yang tergeletak di atas reruntuhan.

Nafas Sehun tersendat, menatap tak percaya ke sekeliling nya.

"Gue bakal selidikin soal bom," Ucap Xiaojun seolah paham tatapan Sehun. Namun pria itu lebih dulu melotot panik kala Sehun luruh begitu saja dengan air mata yang mulai mengalir.

"Sehun--"

Sehun menggeleng, menepis tangan Xiaojun, "Bantuin adik gue, gue--baik baik aja."

Sehun--hanya terlalu takut, rasa cemasnya kembali muncul, teringat saat pertama kali melihat keadaan Yoona dan Donghae.

____________________________

"Dia mati?"

"Sepertinya tidak tuan muda Haruto, kami masih belum mendapat kabar, dia sedang mendapat penanganan oleh dokter."

"Ah Jisung, ini sebanding sama yang lo lakuin ke Jeongwo. Udah gue bilang, kita--cuma main."

Haruto menyeringai, "Kenapa lo terlalu serius sama permainan kita? Kalau lo serius, gue juga bakal se serius ini."

Lelaki tersebut terkekeh, merobek foto di tangannya dengan puas, "Selesai, ah enggak.."

"Belum selesai kalau lo belum mati, tapi--apa mungkin lo selamat?"

Tatapannya beralih pada foto di nakas, fotonya dan beberapa orang yang masih memakai seragam SMP.

"Padahal kalau lo langsung pergi tanpa perlu sakit hati atas pembully an yang cuma setahun itu, gue gak bakal bertindak sejauh ini."

Rahang Haruto mengeras, "Tapi beraninya lo nyingkirin Jeongwo?"

"Kekuasaan lo--gak sebanding sama kekuasaan gue, Lee Jisung."

Tok tok tok

"Kekuasaan lo--juga gak sebanding sama kekuasaan gue, tuan muda."

Haruto mendongak, menemukan Chenle tau tau sudah bersandar di pintu ruangan pribadi salah satu perusahaan cabang sang ayah. Lelaki bermarga Zhong itu menyeringai dengan sorot kesal.

"Mau adu kekuasaan?"

"Tuan muda Haruto, tuan besar--"

Chenle berbalik dan melepas kacamata hitamnya, menatap pria berseragam yang kini terdiam.

"Oh, apa sudah ada panggilan dari kepolisian?"

Tawa mengejek terdengar, tatapan Chenle jatuh pada Haruto, "Sorry, gue emang paling suka sama kekuasaan gue sendiri."

"Semoga bisa lepas--Haruto."

____________________________

"Gak apa, semua bakal baik baik aja," Lucas mengusap bahu Hendery menenangkan. Lelaki itu jelas shock berat mendapati kabar Suho, Irene, dan Jisung yang masuk rumah sakit dengan luka parah.

Tak jauh darinya ada Sehun, pria itu jelas lebih kacau. Duduk di kursi tunggu bahkan dengan tangan terinfus, menatap pintu ruang operasi dengan kosong.

Kedua adiknya di dalam sana, dua duanya..

Dark SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang