"Jaemin--"
"Abang bohong, abang bohong sama aku!" Jaemin berteriak dalam pelukan Sehun.
"Kenapa abang bohong? Ji gak baik baik aja, abang bohong!" Teriak Jaemin parau, kembali terisak dengan air mata yang terus mengalir.
"Abang..aku mau Ji, adek aku.."
Sehun berusaha menahan air matanya, mengusap punggung Jaemin lembut, "Iya, abang tau."
"Terus? Gimana? Abang tau dan sekarang gimana? Buat Ji sadar!"
"Jaemin denger--"
"Buat Ji bangun, buat dia sadar--"
"JAEMIN JISUNG UDAH GAK ADA!"
Deg
Jaemin terpaku, menarik diri dari pelukan Sehun dan menatap pria itu dengan tatapan tak percaya, "Abang gila ya? ADIK AKU MASIH HIDUP!"
Deru nafas Jaemin yang tak teratur terdengar di tengah keheningan tersebut, Sehun kehabisan cara menenangkan anak itu yang terus menangis setelah nyaris pingsan di depan ruang Jisung.
"Jaemin--"
"Jisung bakalan terus hidup, dia pasti bakalan bangun!" Tangan Jaemin gemetar, tak peduli meski kini Sehun menatapnya dengan sorot lelah.
Pria itu juga sama kacaunya, apalagi melihat Jaemin dan Jisung dalam keadaan seperti ini.
"Jaemin dengerin abang," Sehun kembali mendekat dengan hati hati, mengusap air mata Jaemin yang terus mengalir.
"Jaemin gak mau Jisung kesakitan, kan? Jaemin mau Jisung bahagia kan?"
Jantung Jaemin berdetak cepat kala melihat air mata Sehun yang kini juga mengalir, pria itu menarik senyum manis.
"Seminggu, minggu depan--kita lepasin semua alat--"
"GAK MAU!" Sela Jaemin berteriak kala tau kemana arah pembicaraan Sehun.
"Abang mau buat adik aku pergi hah?! Aku gak izinin, abang gak punya hak buat itu!"
"Aku gak bakal izinin siapapun--"
DOR
Baik Sehun maupun Jaemin sama sama terdiam kala mendengar suara tembakan, mungkin tak terlalu jauh dari ruangan Jaemin ini. Sehun dengan panik segera berlari keluar, Jaemin pun sama, mencabut infus di tangannya dan segera berlalu keluar, menuju suara tembakan tadi.
PRANGG
Langkah Jaemin terhenti, suara tersebut terdengar tak jauh di depannya, mungkin di belokan koridor depan dan itu, "--Jisung?"
Jaemin dengan panik berlari, lantas--ia lagi lagi di buat terpaku dengan keadaan di depan ruangan Jisung.
Penuh darah--dan pecahan kaca. Bodyguard tergeletak tak sadarkan diri di mana mana dengan luka tembak, begitu pula dengan Suho yang kini tergeletak tak sadarkan diri.
"Jisung?" Jaemin dengan tertatih berjalan kian mendekat, seluruh tubuhnya gemetar ketakutan, menatap tak percaya pada brankar yang penuh darah, adiknya tak ada di sana..
Seisi ruangan kacau, mesin EKG bahkan sudah terlempar ke sudut ruangan, bercak darah memenuhi seisi ruangan, di dalamnya Sehun terdiam dengan pandangan kosong, berusaha menahan kesadaran juga kewarasannya sendiri.
Siapa--yang melukai Jisung bahkan walau adik bungsu nya itu sudah berada di ambang kematian?
"Abang.."
Sehun berbalik, menemukan Jaemin jatuh berlutut di antara genangan darah, pandangan lelaki itu terpaku pada beberapa kuku berdarah di tangannya. Mungkin di tarik paksa hingga tercabut dalam keadaan utuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Side
Teen FictionJika Jaemin ada di sampingnya,Jisung rasa ia akan selalu baik baik saja Jika Jaemin yang mengatakan bahwa semuanya akan baik baik saja,maka Jisung akan percaya. Tak peduli,meski Jaemin adalah musuh abang dan keluarganya sekalipun Dan Jisung akan mel...