Aku membuka pintu apartemen dan melepas pakaianku. Kupikir dengan mandi air hangat dapat me refresh pikiran. Aku mengambil handuk lalu berjalan menuju bilik kamar mandi. Berdiam diri dibawah shower selama 10 menit dan melepas semua beban dikepalaku. Malam ini aku memakai pakaian casual dari kain sutra, berhubung malam ini sangat dingin, jadi kuputuskan untuk sekedar untuk menghangatkan diriku,
Aku memakai mantel kulit dan boots-ku lalu berjalan menuju cafe di lantai bawah. Suasana dijalanan kota NY begitu sepi, padahal biasanya ramai oleh lalu-lalang kendaraan
Pun aku membuka pintu cafe, suasananya sedikit ramai tapi masih sunyi. Aku berdiri untuk memesan-Hm, kurasa kopi hitam tidak terlalu buruk. Lalu aku memasukkan tanganku ke dalam saku mantel untuk mengecek.. Tunggu, tapi dimana dompetku? Tanganku bergerak mengecek ke seluruh saku di jeans ku tapi aku tidak menemukannya. Sial, dompetku tertinggal di apartemen. Mengapa kali ini aku yang ceroboh?
"Ada yang bisa dipesan?" Pelayan cafe didepanku berkali2 bertanya seakan geram menungguku. Ia tersenyum hangat.
Begitu aku akan membuka mulut, suara dorongan pintu terdengar, menandakan cafe ini kedatangan seorang pelanggan. Aku membalikkan tubuhku dan mengerjap beberapa kali ketika mengalami kontak mata dengan seseorang yang muncul dari balik pintu. Aku dengan cepat membalikkan tubuhku ke posisi semula. Harry belum pulang juga?
Oh, tiba2 rasa takutku melunjak lagi. Harry benar2 orang yang misterius. Bagaimana kalau dugaanku benar bahwa ia akan mencelakaiku?
Author POV
Rasa penasaran mulai memenuhi pikiran gadis itu. Dapat dirasakan suara langkah kaki yang terdengar semakin dekat kearahnya. Dan suara langkah kaki itu terhenti tepat di sebelah Maddy.
"Aku pesan secangkir espresso."
Maddy melirik ke arah Harry sekilas. Sadar akan lirikan Maddy, Harry dengan cepat menangkap kedua bola mata Maddy tengah memperhatikannya. Ia mengerutkan alis.
"Apa?" Tanyanya dingin.
Tak mengubris, Maddy memutuskan untuk pulang ke apartemennya, ia melangkah menuju pintu namun tiba2 suara Harry kembali terdengar di pendengarannya,
"Kau mau kemana?"
Maddy dapat merasakan tangannya yang bergetar begitu Harry berbicara padanya dengan logatnya yang arogan. Ia menghentikan langkahnya lalu berbalik badan sehingga mereka berhadapan,
"Duduklah. Minumlah kopi bersamaku dulu"
"Harry, aku-"
"Aku pesan secangkir espresso lagi."
******
Maddy menempatkan bokongnya di sebuah kursi kayu dengan ukiran indah dan design modern, yang menurutnya cukup nyaman. Dan Harry duduk dihadapannya.
"Kau mengapa belum pulang? Atau jangan2 kau sengaja memata2iku?" Maddy menatap wajah Harry dengan tatapan mengintimidasi.
Harry tertawa, "Kau pikir aku tidak ada urusan lain selain menjadi mata2mu, begitu?" Ia asyik memainkan handphone nya lalu menaruhnya di atas meja. Maddy mendengus kesal.
Matanya menuju kearah ponsel Harry yang tadi ia letakkan diatas meja. Ia melonjak kaget ketika melihat wallpaper pria itu adalah gambar seorang wanita. Menyadari hal itu, Harry dengan cepat mengambil handphone nya.
Apakah gadis itu adalah tunangan Harry? pikirnya. Keadaan semakin canggung ketika tidak ada seorangpun dari mereka yang berbicara. Maddy membuang pandangan dari Harry sementara Harry menatap gadis itu sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Emergency Couple // h.s
FanfictionHarry dituntut untuk segera memiliki pasangan diusianya yang ke 21. Tapi Harry menolak karena belum dapat melupakan mantan kekasihnya. Akankah ia menyewa seorang gadis untuk ia jadikan 'pacar palsu'? lalu bagaimana ketika perasaan mereka berubah sek...