"Kau terlambat lagi, Ms. Jacquine."
Gumam wanita didepanku ini seraya menurunkan kacamatanya. Mrs. Jane melipat kedua tangannya diatas meja lalu menatapku parau, "Kau akan mendapatkan hukuman."
Aku mendengus pasrah, "Aku minta maaf Mrs. Jane. Baiklah, aku akan menerima hukumannya. Apa hukumanku?"
Ia diam, matanya berputar keatas terlihat berpikir.
********
Aku mengambil serokan di dalam gudang kampus lalu memasukkan sampah yang telah kukumpulkan tadi. Dan membuangnya ketempat sampah. Sungguh, menyapu halaman yang luas seperti ini cukup melelahkan. Aku duduk di bangku taman lalu meneguk air mineralku.
Jika saja tadi Bryan tidak membawaku ke gedung tua itu, mungkin aku tidak akan terlambat. Ini semua karena Bryan. Dan bodohnya, aku lupa bahwa aku harus pergi ke kampus, lantaran terbawa suasana. Ya, kami berciuman hingga lupa waktu. Maksudku--aku sendiri tidak tahu mengapa aku membalas ciumannya.
"Maddy!"
Seru seseorang. Aku menoleh. Alexa berjalan menghampiriku, "Apa yang kau lakukan di taman... sendirian..?"
"Aku baru saja mendapat hukuman, Lex." Ujarku. Aku mengedarkan pandanganku, seluruh siswa berhamburan keluar dari kelasnya. Oh, rupanya mata kuliah terakhir telah selesai. Dan karena hukuman ini, aku tidak bisa mengikuti menit terakhir di kelas sastra ku--menjengkelkan memang.
Alexa duduk sebelahku. Entah kenapa, aku merasa ada yang aneh darinya. Wajahnya terlihat kusut. Dan tidak seperti Alexa yang biasanya ceria dan riang, hari ini ia terlihat murung dan terus melamun. Ada apa dengannya?
"Mads, astaga. Aku sangat sedih, kau tahu? Oh ya tuhan, aku ingin menangis.." Alexa menutup wajahnya dengan kedua tangannya lalu menyandarkan kepalanya di pundakku.
"What happened with u gurl?"
Ia duduk pada posisi semula. Lalu tersenyum kecut, "Aku putus dengan Niall."
Aku mengerjap kaget. Serius, mereka putus? Oh, ini mengejutkan. Aku langsung memeluk Alexa dengan tatapan bersimpati, seraya mengusap punggungnya, "Aku turut prihatin, Lex." Aku tersenyum dan mata Alexa berkaca2, ingin menangis. "Anyway, bagaimana kalian bisa putus?"
"Niall.... kemarin aku melihatnya having date bersama Selena. Uhh, i wanna cry. It's sad when u know ur boyfriend flirting with ur friends. FRIENDS. uh. Aku tidak menduga Niall akan bermain dibelangku dengan temanku sendiri. Ini begitu menyedihkan." Ujar Alexa dengan logatnya yang terkesan lebay.
"Selena? Oh, aku pernah sekelas dengannya pada mata kuliah fisika. Menurutku ia baik, hanya saja ia centil dan senang menggoda pria?" Gumamku lebih seperti pertanyaan
"Oh, itu benar, Mads. Awalnya kukira ia baik. Ternyata ia bercumbu dengan Niall di pesta ulang tahun Jenna. Astaga, siapa yang menaruh bawang disini?" Gerutunya seraya mengipas2 matanya--yang basah karena air mata--dengan tangannya.
"Sudahlah, Lex. Relakan saja Niall bersama Selena. Karena pengkhianat lebih cocok dengan penggoda. Biarkan mereka hancur bersama." Oh, aku begitu bijak..
"Wow. Aku sudah sering mendengar kata2 itu." Ia tergelak lalu mengelap matanya dengan tisu, "Niall brengsek. Aku harus melupakannya."
"Ya, tentu." aku mengendikkan bahu. Begitupun aku juga harus melupakan Harry. Aku mendelik kearah Alexa yang masih menangis, sesekali ia menjerit lalu berteriak, lalu menangis lagi, lalu memanggil nama 'Niall' dan menyebut kata 'bajingan' berulang2. Oh, malang sekali gadis ini.
"All i need is food. Mads, let we found what i needed in cafetaria." Alexa berdiri lalu menarik tanganku. Kami berjalan beriringan menuju kantin. Alexa menarik tanganku secara tidak sabaran, menerobos siswa lain yang sedang mengantri. Dan reaksi mereka, tentu saja marah dan tidak terima. Kau tahu sendiri bagaimana Alexa jika sudah lapar, ia bisa menjadi sangat ganas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Emergency Couple // h.s
FanfictionHarry dituntut untuk segera memiliki pasangan diusianya yang ke 21. Tapi Harry menolak karena belum dapat melupakan mantan kekasihnya. Akankah ia menyewa seorang gadis untuk ia jadikan 'pacar palsu'? lalu bagaimana ketika perasaan mereka berubah sek...