Aku menghela nafas panjang. Tanganku bergerak mengecek iPhone ku untuk yang keseribu kalinya, berharap Harry meneleponku untuk memberikan kabar--tapi nyatanya tidak. Waktu sudah menunjukkan pukul 23.45, dan menurut Louis, pria itu belum juga pulang.
Aku berjalan kearah dapur lalu mengeluarkan snack dari dalam kulkas--tidak peduli apakah cemilan di malam hari dapat membuat tubuhku gemuk. Oh, bahkan aku ingin sedikit gemuk. Karena.. kau tahu, aku terlalu kurus. Dan tinggi yang kumiliki, tentu saja ini adalah gen dari dad yang notabene nya adalah seorang binaragawan.
Aku berjalan kearah sofa dan menyalakan tv--mungkin dengan menonton tv dapat membuat kegelisahanku berkurang.
Berita terkini, dikabarkan polisi telah menangkap pelaku yang diduga dalang dari kerusuhan antara peserta balapan liar di bawah jalan layang. Dua orang mengalami luka berat dan empat lainnya dibawa ke rumah sakit terdekat.
Aku memiringkan wajahku, mencoba menelaah. Jika tidak salah, mataku menangkap sesosok Bryan dalam tv. Sial, itu benar Bryan. Lalu dimana Harry? Terakhir kali, ia pergi bersama Bryan. Astaga, semoga saja ia tidak termasuk kedalam enam korban balapan liar tadi. Tiba2 saja kekhawatiranku terhadapnya muncul lagi. Kepalaku terasa nyeri, aku terlalu banyak pikiran. Bahkan aku tidak seharusnya mengemil dan menonton tv tengah malam seperti ini. Well, yang kubutuhkan sekarang adalah istirahat.
Tok tokk
"Damn!" Desisku. Siapa lagi itu? Siapa yang mengetuk pintu malam2 seperti ini? "who's there?" Tanyaku
Tidak ada suara.
Shit, ini membuatku semakin takut. Bagaimana jika yang mengetuk pintu itu adalah... Astaga. Aku menampar pipiku kebawah. Tidak, Mads. Berpikirlah positif. Penasaran, lantas aku melangkah pelan2 kearah pintu. Kuraih gagang pintu dan menariknya pelan2. Mataku menyipit begitu pintu terbuka dan nampaklah seorang pria dengan rambut keritingnya yang berantakan. Kudapati ada luka sobek di sudut bibirnya dan lebam di bawah matanya yang semakin membesar.
"Astaga" aku mendesah lirih, antara terkejut dan bahagia. Syukurlah pria yang kunantikan akhirnya datang juga, ia baik2 saja! Aku sudah menduga Harry akan baik-baik saja. Dan, oh, aku sangat senang, tatkala luka di wajahnya masih membuatku penasaran. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak memeluknya. Aku langsung menghampiri Harry dan berlari kedalam pelukannya.
"Kau baik-baik saja."
"Aku sudah katakan aku akan baik-baik saja." Gumamnya seraya mengelus puncak kepalaku. Rasanya begitu nyaman berada di pelukannya, walaupun tubuhnya sedikit dingin karena angin malam yang menembus kulitnya. Aku melepas pelukannya.
"Kau dari mana saja?" Uh, aku sangat khawatir. Pekik batinku. Aku lalu menarik tangannya masuk kedalam kamarku, "masuklah. Lukamu harus kuobati."
********
"Ah.. Pelan-pelan.." desahnya. Aku menangkup wajahnya dengan tanganku lalu melayangkan kapas yang telah dibasahi alkohol ke wajahnya dengan hati-hati. Harry begitu banyak bergerak, membuatku sulit untuk menghindari agar kapas tidak mengenai bibir dan matanya.
"Apa yang terjadi?"
Tanyaku penuh kekhawatiran. Harry mendelik, menatapku dari balik bola matanya, "Bukan urusanmu."
Aku mendengus kesal lantaran Harry selalu menyembunyikan segala sesuatunya dariku. Memang apa salahnya jika aku tahu? Bukankah dengan ia memberitahu masalahnya, aku dapat membantunya? Dengan catatan jika ia memang memiliki masalah dengan orang lain.
"Aku akan tinggal disini untuk malam ini." Ujarnya, ia berdehem, "Jika kau berkenan. Oh, tentu saja kau akan mengizinkanku, bukan?"
Aku terkekeh, "Jangan berusaha mengganti topik, Tuan Styles. Aku khawatir padamu karena kau belum juga pulang tengah malam lalu kau membiarkanku tidak mengetahui apa yang terjadi? Oh, kau sungguh tega."
KAMU SEDANG MEMBACA
Emergency Couple // h.s
FanfictionHarry dituntut untuk segera memiliki pasangan diusianya yang ke 21. Tapi Harry menolak karena belum dapat melupakan mantan kekasihnya. Akankah ia menyewa seorang gadis untuk ia jadikan 'pacar palsu'? lalu bagaimana ketika perasaan mereka berubah sek...