Chapter 24

2K 212 24
                                    

Lelaki itu berjalan santai dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku, wajahnya tertunduk kebawah dengan hoodie maroon yang ia kenakan, membuatnya nampak seperti seorang penjahat kelamin yang sedang mencari mangsa. Matanya menatap lurus kearah seorang wanita berambut blonde yang terlihat sedang mencari taxi, lalu menyunggingkan senyuman licik. I got you, babe.

Wanita itu terkesiap ketika tiba-tiba sebuah lengan mengunci gerakan tangannya. Ia tergelak, menatap pria itu bingung, "Sorry? Who are you?"

Dengan segelintir rasa penasaran dan rasa was-was yang memuncak, wanita itu mencoba menelaah wajah si lelaki misterius. Disaat itu juga, lelaki itu langsung membuka hoodie di kepalanya, menampakkan wajahnya dan membuat wanita itu membeku di tempat. Ia mendekatkan wajahnya ke kuping wanita itu, "We need to talk." Bisiknya.

***********

Wanita itu duduk, menyilangkan tangannya didepan dada, menunggu pria didepannya melontarkan kata-kata. Lantas ia berdehem, mendengar tidak ada satu patah katapun yang ia dengar, "Apa lagi yang mau kau bicarakan?" Ujarnya sambil meneguk kopi dihadapannya.

"Gemma.."

"Apa? Dari tadi kau hanya menyebut-nyebut namaku tanpa mengatakan sesuatu." gumamnya geram. Gemma membuka ponselnya, mengabaikan keberadaan pria didepannya, membiarkan Bryan diam menatapnya dengan penuh penyesalan. Bryan tertawa parau,

"Kau berubah."

"Kau juga," Gemma menaruh ponselnya di tas lalu tersenyum miring, menyiratkan kekecewaan yang mendalam, "Kau berubah semenjak kau mengenal gadis itu, Bryan. Tidakkah kau menyadarinya?" Gemma menatap Bryan tepat di manik mata. Butuh waktu beberapa detik untuk Bryan mencerna perkataannya. Hingga akhirnya Bryab sadar, gadis yang dimaksud oleh Gemma adalah Maddy. Bryan mengerjapkan matanya dua kali,

"Dan satu lagi, bisakah kau lepaskan hoodie mu? Because you look like a jerk. Oh, i mean. Kau memang seorang bajingan." Gemma tertawa puas, diikuti Bryan yang tergelak tidak percaya.

Mengesankan. "Kau benar-benar berubah, Gemma."

"Begitu, ya?" Gemma memberengutkan bibirnya, membuat Bryan terkekeh, mencoba sebisa mengurungkan niatnya untuk meninju wajah menyebalkan gadis itu. Jika saja Gemma adalah seorang pria, mungkin ia sudah mati di tangan Bryan, "Kau pikir? Kenapa aku berubah?" Lanjut Gemma dengan mata menyala, melirik Bryan seolah menunggu jawabannya.

Bryan menggeleng ironi, senyuman heran terukir di wajahnya yang datar tanpa ekspresi. Pria itu benar-benar bingung apa yang terjadi pada gadis dihadapannya selama ia meninggalkannya, "Aku tahu.. ini semua salahku." Akhirnya Bryan tunduk, memijat keningnya dan menggaruk tengguknya yang tidak gatal,

"Aku minta maaf. Aku menyesal, Gems."

"Kau menyesal? Oh, hebat." Gemma mengangguk lalu bertepuk tangan. Melihat Bryan yang seperti ini jelas membuat hatinya senang tak karuan. Kapan lagi seorang Bryan meminta maaf?, "Oh, aku juga minta maaf, Bryan. Tapi kekasihku sudah menjemputku."

"Apa?"

Bagaikan petir yang menyambar di siang hari, Bryan terperanjat, diam seribu bahasa. Ia menatap Gemma tepat di manik mata, alisnya bertautan dan nafasnya seolah terhenti ketika Gemma mengatakan hal itu.

"Kau punya yang lain?"

"Memang kau saja yang bisa punya kekasih lain?" Gemma terkekeh geli, melihat wajah Bryan yang nampak sangat terkejut. Bryan diam, tak habis pikir. Tatapan herannya kembali pada Gemma.

"Are u fucking kidding me? Gems, kau pasti bercanda."

Gemma tertawa, memutar matanya jengkel, "Untuk apa aku menunggu yang tidak pasti?" Ujar Gemma dan semakin membuat Bryan membeku, tak habis pikir. Ada seraup rasa kesal sekaligus sesal dalam hati Bryan. Namun, semuanya sudah terlambat. Gemma yang sekarang bukanlah Gemma yang dulu ia kenal. Bukan lagi Gemma yang setia menunggunya, bahkan disaat Bryan mengencani dan meniduri seribu wanita. Bryan sadar, Gemma telah menutup rapat pintu hatinya untuk dirinya.

Emergency Couple // h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang