Chapter 20

2.8K 296 23
                                    

Aku segera menutup wajahku dengan tangan, berharap Harry ataupun Gemma tidak akan menyadari keberadaanku. Sialan, mengapa mereka bisa ada disini?? untung saja posisi duduk Harry membelakangiku, meskipun hanya berjarak 3 meter dari tempatku berdiri. Dan kini Bryan menghampiriku, sepertinya urusannya dengan si pelayan tadi sudah selesai. Aku bahkan tidak tahu apa yang mereka bicarakan.

"Bryan, bisakah kita mencari restoran lain? Kurasa tempatnya kurang nyaman, dan.." aku menghela nafas, mendekatkan wajah ke telinganya, "sepertinya makanan disini mahal2." Dustaku. Lututku melemas, takut terjadi hal2 aneh jika mereka bertiga bertemu. Karena tiga manusia ini saling berkaitan. Bryan pernah mencintai sekaligus menyakiti Gemma, Gemma adalah kakak Harry. Sementara Bryan dan Harry saling menaruh benci.

Ia terkekeh, "Oh ayolah, aku yang akan membayar semuanya."

"Tidak, bukan itu maksudku.."

"Lalu apa?" Bryan mengerlingkan matanya, terlihat geram dengan tingkah lakuku yang menurutnya serba salah.

Pria itu lalu membawaku menuju sebuah meja khusus 2 orang yang terletak di paling ujung--lumayan jauh dari Harry. Sepertinya tempat ini memang sudah dibooking, buktinya ada seorang pelayan wanita yang sudah berdiri disamping meja itu tepat sebelum kami sampai disini.

"Silahkan, Mr. Connor."

"Terimakasih." Bryan tersenyum singkat lalu ketika si pelayan dengan rambut dikuncir kuda itu pergi, Bryan menjegat tangannya lalu menghampirinya. Oh tidak.. jangan katakan kau cemburu, Mads. Bryan hanya.. memberi uang tip? Dasar orang kaya. Ia mudah sekali menghamburkan uangnya untuk hal yang tidak terlalu penting.

Setelah si pelayan tadi berterimakasih lalu pergi, Bryan lalu menarik kursi untukku, mempersilahkanku duduk duluan, "Silahkan, nyonya."

Aku terkekeh. Lantas memandangi pemandangan alam begitu menoleh ke kanan--sebuah gunung yang puncaknya tertutup oleh awan keabu2an--tepat saat Bryan duduk dihadapanku. Ada beberapa lampu neon yang menghiasi taman disekitar kaki gunung. Menatap kearah langit, aku dapat melihat bintang2 yang membentuk rasi bintang menghiasi malamku, juga bulan yang terasa begitu dekat. Seolah memintaku untuk merenggutnya, dan memeluknya. Kuhirup udara malam yang berhembus, lalu tersenyum. Ini begitu indah..

"Kau tahu? Tempat ini adalah tempat paling istimewa karena view nya langsung tertuju pada alam." Bryan ikut menatap kearah yang sama denganku.

Aku hanya mengangguk mengiyakan, mataku masih tertuju pada pemandangan alam ciptaan tuhan yang begitu mengangumkan. Katakan saja aku berlebihan, tapi memang begini adanya.

Tiba2 aku ingat akan keberadaan Harry yang tempatnya juga tidak terlalu jauh dari kami. Aku lalu melemparkan pandangan kearah pria itu. Seluruh tubuhku melemas begitu kami mengalami kontak mata. Harry juga sedang menatapku! astaga..

Cepat2 aku membuang pandangan kearah Bryan yang kali ini menatapku heran. Sebuah ide cerdik muncul di benakku.

"Bryan.." panggilku dengan suara lembut, tidak tahu apakah rencana ini akan berjalan lancar dan membuat Harry membawaku kembali kepelukannya. Atau justru malah membuat Bryan bahagia karena mendapat kesempatan besar. But i'm out of control, now. Aku menghela nafas kemudian mendekatkan wajahku, "Cium aku."

Bryan terlihat heran, entah karena alasan apa tiba2 aku memintanya untuk mencimku. Baginya ini terlihat langka karena aku bukan wanita yang seperti itu. Aku ini wanita berprinsip dengan pendirian teguh, tidak akan mungkin mencium sembarang pria. Wajah kebingungannya kini berganti menjadi sebuah senyuman penuh kemenangan begitu aku memanyunkan bibirku, "For my pleasure."

Aku menutup mataku, berharap Harry melihatku. Bodoh, ini benar2 rencana gila. Astaga, aku tidak siap untuk ini.

BUUKK

Emergency Couple // h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang