Chapter 12

4.8K 458 28
                                    

"Pegangan yang erat."

Tegasnya begitu aku menaiki motornya. Harry memakai helmnya. Aku melingkarkan tanganku di sekitaran pinggangnya. Ia menancap gas lalu motor yang ia kendarai melaju cepat meninggalkan tempat.

"Kita akan kemana?"

"Aku akan ke supermarket dulu. Kau tunggu disini saja." Jawabnya seraya menghentikan motornya. Aku mengangguk. Harry melepas helm nya lalu melenggang pergi.

Membawa tubuhku turun dari motor, aku bersandar di jok sambil menyilangkan tangan di dada. Mataku menyapu ke sekitar, mengamati keadaan yang sudah sangat sepi dan gelap membuatku tersadar bahwa ini sudah sangat larut dan aku harus segera pulang. Uh, Harry lama sekali.

"Wow"

Suara berat dari arah belakang langsung menyadarkanku. Sebuah cahaya dari lampu motor membuatku menyipitkan mataku begitu aku menoleh.

Bryan.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanyaku bertepatan dengan motornya yang berhenti disebelahku. Ia membuka helmnya dan menyisir rambutnya yang basah dengan tangannya. Matanya terlihat sayu dan ada lingkaran hitam dibawahnya seperti kurang tidur, kurasa ia memang terlalu sering berpesta hingga larut malam.

"Mengikutimu." Lirihnya dengan nada menggoda, membuatku ngeri.

"Tidak, aku serius."

"Apa kau baru pulang berkencan bersama Harry?" Bryan menyengir lebar, wajahnya lebih terlihat seperti menginterogasi.

"Bukan urusanmu, Bryan." Ucapku dengan nada sesantai mungkin, "Sekarang pergilah."

"Wow, kau mengusirku?" Ia tergelak tidak percaya, alisnya bertautan, "kau sudah berani rupanya?" Bryan turun dari motor dan berjalan kearahku hingga tidak menyisakan jarak diantara kami. Terlalu dekat hingga aku dapat mencium aroma mint dari tubuhnya, "Aku akan mengantarmu pulang."

"Apa? Tidak, kau tidak bisa--...Ah!" Aku mendesah pelan begitu Bryan mendorongku hingga badanku yang hampir dalam posisi terlentang menabrak motor, ia menarik daguku dan mengelus bibirku dengan tangannya, perlahan lalu mengecupnya. Tangan kanannya berada di pinggangku sementara tangan kirinya menopang daguku. Bryan menciumku. Ia semakin memperdalam ciumannya. Tangannya yang nakal beralih menjelajah bokongku dan mencubitnya pelan. Sialan. Mengapa aku malah terkesan menikmatinya.

"Brengsek!" Dengan cepat, aku mendorong tubuhnya menjauh. Ia kembali menarik pinggangku. Bryan membawa tubuhku terduduk di atas motor.

"Bryan.. Hentikan, kumohon.." Lirihku sambil menahan batinku yang terus menjerit. Bryan menciumku semakin dalam.

Tepat sebelum ia akan membuka kancing bajuku, sebuah hantaman mendarat di wajahnya dan membuat pria itu nyaris tersungkur ke aspal. Aku dengan cepat menorehkan kepalaku.

"Har--ry?" Teriak Bryan kaget, sama kagetnya denganku. Ia memegangi wajahnya yang lebam akibat pukulan yang dilontarkan dari tangan Harry. Hey, tunggu, ada apa ini? aku menggelengkan kepala tidak percaya. Harry baru saja memukul sahabatnya sendiri? Ini gila! Apa yang sebenarnya terjadi?!

"Hey, sobat, apa yang kau lakukan?" Bryan tergelak, membuka kedua tangannya dan menggendikan bahu bingung. Dalam hati, aku berpikir, apa Bryan tidak tahu bahwa aku pacarnya? Atau ia berpura2 tidak tahu?

"Tidak usah berpura2 tidak tahu, bajingan." Tegas Harry sambil merapikan kerah bajunya. Aku membungkam mulutku kaget. Astaga, drama macam apa ini? Harry mengatakan bahwa sahabatnya sendiri adalah seorang bajingan. Ia lantas berjongkok, menyesuaikan posisi Bryan yang masih terduduk heran di aspal. Harry menatap pria itu tajam seakan ingin membunuh pria dihadapannya itu. Bryan berdiri, diikuti dengan Harry. Aku melangkah mundur menyaksikan adu tatap diantara dua pria yang mana semakin sengit dan panas. Aneh, pasti mereka memiliki masalah yang serius, bukan?

Emergency Couple // h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang