Bab 11

1.1K 19 1
                                    

Malam ini Devan sedang berada di ruang kerja Virgo. Di sana juga ada Dinda yang tengah menemani sang suami yang sedang lembur kerja.

"Kak Vir, aku pinjem Kak Dinda bentar. Ada yang mau aku omongin sama dia," ucap Devan pada Kakak iparnya.

Belum sempat Virgo menjawab, Dinda sudah nyerocos duluan.

"Ngomong aja langsung di sini, Van. Aku lagi mager nih," ucap Dinda.

"Ckk!" decak Devan. Devan lantas duduk di sofa.

"Mau ngomong apa?" tanya Dinda.

"Besok sibuk nggak?" tanya Devan balik.

"Aku?" tanya Dinda sambil menunjuk dirinya.

"Sibuk nggak?" tanya Devan dengan wajah yang terlihat mulai kesal.

"Nggak-nggak. Emang ada apa?" tanya Dinda.

"Besok ajak Ana pergi belanja," pinta Devan.

Dinda mengerutkan keningnya.

"Tapi, jangan bilang kalau aku yang nyuruh," sambung Devan.

Dinda kemudian langsung paham dengan maksud Adiknya.

"Hayoo, kamu sebenarnya naksir yah, sama Ana?" celetuk Dinda sambil menatap Devan dengan tatapan mengintimidasi.

Devan memanglingkan wajahnya, "Mau nggak?" tanya Devan dengan wajah datar.

Dinda tersenyum, "Yang penting ada ...,"

Mengerti akan maksud Dinda, Devan langsung mengeluarkan kartu black card-nya.

"Nih!" ucap Devan sambil memberikan kartu berwarna hitam itu pada Dinda.

"Nah, kalo gini yah jelas aku mau," ucap Dinda sambil tersenyum girang.

Devan hanya menghela nafasnya.

"Kamu tenang aja, besok Kakak bakal belanjain Ana mulai dari pakaian, make up dan pokoknya semua keperluan perempuan," ucap Dinda.

Devan menganggukkan kepalanya, "Atur aja semuanya," ucap Devan.

"Okey siap!" ucap Dinda.

Devan pun kemudian beranjak pergi.

"Kak Vir, makasih," ucap Devan berterima kasih pada Virgo, sebelum dia keluar dari ruangan itu.

"Santai aja, Van. Kamu kaya sama siapa aja," ucap Virgo tersenyum.

Setelah itu, Devan pun pergi dari ruang kerja Virgo.

***

Devan berjalan menuju kamarnya, akan tetapi belum sampai di kamar Devan merasa tenggorokannya begitu kering.

Devan pun melangkah kan kakinya menuju dapur untuk mengambil air minum.

Saat sampai di dapur, Devan melihat Ana berada di sana.

Tap! Tap! Tap!

"Kamu buat apa?" tanya Devan tepat di telinga Ana.

Ana yang awalnya sedang fokus langsung terkejut dan spontan menyikut Devan.

Duggh!

"Arghhh!" keluh Devan.

Ana membalikkan tubuhnya, Ana melot0t, "Astaga. Tuan muda. Maaf saya nggak sengaja," ucap Ana ketika mengetahui bahwa Devan lah yang ada di belakangnya.

Devan hanya mengelus-ngelus perutnya yang terkena sikutan dari Ana.

"Maaf Tuan muda. Saya tadi kaget dan spontan menyikut perut, Tuan muda. Apa perut Tuan muda masih sakit!?" tanya Ana dengan raut wajah khawatir dan bersalah.

Di Cintai Tuan Muda Majikan(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang