Bab 39

469 5 0
                                    

Malam pun telah tiba ...

Bagas, Diva, Dinda serta Virgo kini tengah berkumpul di ruang tamu. Mereka semua tengah menunggu Devan pulang.

"Dinda, coba kamu hubungi lagi Adikmu, siapa tau sudah bisa di hubungi," ucap Diva yang mulai merasa cemas, karena sejak kejadian pagi tadi, Devan sama sekali belum pulang ke mansion dan ponselnya sama sekali tak bisa di hubungi.

Dinda mengangguk dan segera kembali menghubungi Devan. Namun, hasilnya tetap sama. Ponsel Devan masih juga tak bisa di hubungi.

"Pa, gimana ini? Papa jangan diem aja dong. Papa cari Devan sana," ucap Diva pada Bagas.

"Papa harus nyari kemana? Tadi juga Papa sudah hubungi Ferdian, tapi dia juga nggak tahu keberadaan Devan," jawab Bagas.

Devan memang memberitahu Ferdian agar tak mengatakan keberadaannya saat ini yang masih berada di rumah sakit bersama Ana.

Diva semakin cemas, di tambah perkataan Bagas tadi pagi terus terngiang-ngiang di benaknya.

'Apa aku memang egois dan sudah keterlaluan pada Devan?' batin Diva bergumam.

Tak terasa ...

Malam semakin larut dan sampai detik ini tak ada tanda-tanda ataupun kabar sedikit pun tentang Devan.

Diva pun sampai tak bisa tertidur malam ini, sangking khawatirnya.

***
Di rumah sakit ...

Yah, Ana masih harus di rawat pasca mengalami keguguran, mungkin saja besok ia baru di perbolehkan pulang.

Ana saat ini sudah tertidur dan Devan sedang memperhatikan wajah Ana dengan tatapan sendunya.

"Aku akan berusaha agar Mama mau menyetujui hubungan kita," gumam Devan. Ia harus berjuang demi hubungannya dengan Ana. Entah dengan cara apa, Devan akan berusaha membuat Diva bisa menerima Ana.

Devan lantas berdiri, kemudian melayangkan satu kecupan di kening Ana.

Cup!

Setelah itu, Devan sedikit menjauh dari Ana. Ia ingin mengecek ponselnya yang sudah satu hari ini sengaja ia nonaktifkan.

Saat ponselnya sudah aktif, banyak sekali panggilan serta pesan masuk ke ponselnya.

Devan mengabaikannya. Kini ia memilih untuk menghubungi sang Kakak.

Devan:
[Kak?] ucap Devan dalam pesan.

Dinda yang tengah berbaring sembari memegang ponsel itu pun langsung berganti posisi menjadi duduk saat mendapat pesan dari Devan.

Dinda:
[Van, kamu dimana? Kita semua khawatir] balas Dinda.

Devan:
[Aku di rumah sakit. Jangan bilang Mama kalau aku hubungi Kakak]

Dinda:
[Kamu kenapa, Van? Kenapa di rumah sakit? Apa terjadi sesuatu sama kamu? Oke. Kakak nggak akan kasih tau Mama]

Devan:
[Ana, keguguran dan aku sekarang lagi menemani dia]

Dinda terkejut ketika membaca pesan Devan.

Dinda:
[Hah! Maksud kamu Ana h4mil dan sekarang dia keguguran?] tanya Dinda memperjelas.

Devan:
[Hmmm]

Dinda:
[Kamu yang h4milin dia?] tanya Dinda lagi.

Devan:
[Memangnya mau siapa lagi. Aku hubungi Kakak mau minta bantuan]

Dinda:
[G!la kamu, Van. Bantuan apa? Sekarang keadaan Ana, gimana?]

Devan:
[Ana baik-baik aja. Bantu aku supaya Mama menyetujui hubunganku dengan Ana]

Dinda:
[Oke, Kakak bakal bantuin. Kakak juga bakal minta bantuan sama Papa biar Mama bisa menyetujui hubungan kalian]

Devan:
[Makasih, Kak]

Dinda:
[Hmm, apa kamu nggak ada niat buat pulang dulu?]

Devan:
[Aku bakal pulang kalau Mama udah menyetujui hubunganku sama Ana]

Dinda:
[Ya, udah. Titip salam buat, Ana. Kakak di sini bakal berusaha buat bantuin kamu bujuk Mama]

Setelah berbalas pesan dengan Dinda, Devan pun menghela nafasnya pelan, ia berharap semoga Dinda berhasil membujuk Mamanya agar menyetujui dan merestui hubungannya.

Devan melihat ke arah Ana yang masih tertidur. Devan pun kemudian merebahkan tubuhnya di sofa.

Ia benar-benar merasa lelah sekarang. Lelah badan dan lelah pikiran. Devan mencoba perlahan memejamkan matanya sembari memijat keningnya dan beberapa menit kemudian, Devan pun tidur terlelap menyusul Ana.

Bersambung.

Di Cintai Tuan Muda Majikan(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang