Bab 32

863 8 0
                                    

Devan terbangun dari tidurnya, ia merasakan sedikit pusing di kepalanya, jemarinya pun bergerak untuk memijat keningnya.

Hingga, Devan pun mengingat kejadian yang telah ia lakukan pada Ana semalam.

"Ana!" ucapnya sembari dengan spontan mengganti posisinya menjadi duduk.

Mata Devan pun tertuju pada berc4k d4rah yang menempel di seprei putihnya itu.

Devan lantas mengusap wajahnya dengan kasar, semalam ia benar-benar sudah tak kuat lagi menahan untuk tak melakukan hal itu. Karena, efek ob4t per4ngs4ng itu telah menguasainya.

Kepala Devan menoleh ke arah jam yang kini telah menunjukkan pukul 07:40. Dan, yah. Mengapa Ana belum ke kamarnya untuk mengerjakan tugas seperti biasanya?

Devan menggeleng-gelengkan kepalanya dengan pikiran negatif yang tengah berputar di ot4knya.

Devan pun langsung menuruni ranjangnya. Dengan penampilan yang masih berantakan ia keluar dari kamarnya guna untuk menuju ke kamar Ana.

Dengan langkah tergesa-gesa, Devan pun akhirnya sampai di depan kamar Ana. Devan mengetuk pintu kamar Ana dan terus memanggil namanya.

Tok! Tok! Tok!

"Ana!" panggil Devan.

"Ana, buka pintunya!" ucap Devan lagi.

Banyak kali ia memanggil dan mengetuk pintu, namun pintu tak kunjung terbuka dan Ana pun tak menjawab panggilan Devan.

Devan semakin berfikir yang tidak-tidak, ia pun mencoba membuka pintu dan ternyata pintunya tak terkunci.

"Ana!" panggil Devan sembari matanya mencari keberadaan sang punya nama.

Namun, hasilnya nihil. Ternyata kamar Ana kosong, Devan pun juga membuka kamar mandi tapi Ana juga tak ada di sana.

Devan kebingungan, ia pun langsung menuju dapur untuk mengecek. Namun, Ana tetap tidak ada.

Pikiran Devan sangat kalut, ia takut gara-gara kejadian semalam Ana frustasi dan pergi dari mansion. Begitulah kira-kira isi pikiran Devan saat ini.

Areta yang ingin menuju dapur, berpapasan dengan Devan.

Baru kali ini Areta melihat penampilan Devan berantakan seperti sekarang ini. Padahal, biasanya penampilan Devan selalu terlihat rapi. Akan tetapi, walaupun penampilannya saat ini sedang berantakan, Devan masih sangat terlihat tampan.

"Tuan muda, apa anda membutuhkan sesuatu?" tanya Areta pada Devan.

"Areta, apa kamu melihat Ana?" ucap Devan melayangkan satu pertanyaan.

'Oh, jadi ternyata Tuan muda sedang mencari Ana," batin Areta.

Areta tersenyum, "Ohh, Ana tadi pergi bersama Nyonya Diva, Tuan," ucap Areta.

Devan mengernyitkan keningnya, "Pergi kemana?" tanya Devan lagi.

"Saya juga kurang tau, Tuan. Nyonya Diva hanya bilang ingin pergi dan minta di temani Ana," jawab Areta.

Devan mengangguk, "Terimakasih," ucap Devan, kemudian pergi meninggalkan Areta.

Areta pun yang berniat menuju dapur langsung kembali melanjutkan langkahnya.

"Mama mengajak Ana pergi kemana?" gumam Devan.

Devan takut terjadi sesuatu pada Ana. Karena, Devan tau betul kalau Diva tak menyukai Ana. Dan tidak mungkin Diva berubah secepat itu, kan?

Devan menuju balkonnya dan mondar mandir tak jelas karena menunggu Diva dan Ana pulang.

***

"Saya minta kamu pergi dari kehidupan Putra saya," ucap Diva dengan tatapan tajam yang ia layangkan pada Ana.

Di Cintai Tuan Muda Majikan(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang