Bab 14

632 11 0
                                    

"Ohh, shit!" Devan benar-benar menyesal telah menc!um Ana.

"Bisa-bisanya aku hilang kendali," ucap Devan dengan penuh penyesalan.

Devan hanya mondar-mandir tak jelas memikirkan Ana. Devan menebak, Ana pasti marah padanya.

***
Tak selang berapa lama ...

Pintu kamar Devan terbuka. Devan melihat Ana membawa nampan berisi makanan dan minuman untuk Devan.

Ana menyimpan nampan itu di meja.

"Makan siang dulu, Tuan muda," ucap Ana sambil menunduk. Menurut Devan, nada bicara Ana barusan terdengar sedikit berbeda. Padahal menurut Ana, dia bicara seperti biasanya.

Devan langsung mengampiri Ana, "Ana, aku minta maaf. Tolong jangan marah padaku," ucap Devan.

Ana mendongakkan kepalanya, "Emang siapa yang marah?" celetuk Ana.

"Kamu nggak marah karena masalah tadi?" tanya Devan sambil mengernyitkan keningnya.

"Tuan muda, itu nanti makananya keburu dingin," ucap Ana mengalihkan pembicaraan. Ia tak mau membahas lagi masalah tadi, lagian itu juga sudah terlanjur terjadi kan?

Devan mengangguk, "Temani aku makan," ucap Devan.

"Emang biasanya saya nggak nemenin Tuan muda makan!?" celetuk Ana. Karena memang, Ana selalu ada dan menemani Devan ketika sedang makan pagi, siang ataupun malam. Kecuali, Devan makan bersama keluarga, maka Ana tidak akan menemaninya.

Devan hanya menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal ketika Ana berbicara demikian.

"Kenapa kamu nggak bawa makan siang untuk kamu juga?" tanya Devan.

"Saya masih kenyang Tuan muda. Tuan muda  silahkan saja makan siang, saya nggak akan ngiler kok lihat Tuan muda makan," ucap Ana.

"Hmmm!"

Devan tanpa basa basi lagi kemudian menyantap makan siangnya dan meminum minumannya hingga habis.

"Masakanmu selalu cocok di lidahku!" ucap Devan.

"Syukurlah kalau gitu, Tuan," ucap Ana senang, karena Devan menyukai masakannya.

"Kalau gitu saya mau menyimpan ini dulu," ucap Ana yang ingin menyimpan piring dan gelas bekas makan Devan barusan.

Devan menganggukkan kepalanya, "Cepat kembali kesini lagi!" ucap Devan sebelum Ana benar-benar keluar. Ana yang mendengar itu hanya menanggapi dengan anggukan kepala saja.

Jam menunjukkan pukul setengah tiga sore ...

Devan menunggu Ana dari tadi, tapi batang hidung Ana tak kunjung terlihat.

"Dia kemana?" gumam Devan.

Devan yang penasaran lantas keluar dari kamar hanya untuk mencari keberadaan Ana.

Ana dan Devan bertemu tepat saat Ana ingin menuju kamar Devan dan Devan sudah sampai di tangga bawah.

"Kamu dari mana?" tanya Devan sambil menatap Ana.

"Maaf, Tuan muda. Saya tadi sedang membantu Kak Areta makanya saya lama," ucap Ana meminta maaf.

"Hmm!"

"Aunty! Om Evan!" panggil Raffandra.

Ana dan Devan menoleh bersama ke arah Raffandra yang sedang membawa sebuah mainan t3mbak-t3mbakan.

"Hati-hati, jangan lari!" ucap Devan saat melihat Raffandra berlari ke arahnya.

"Om, ayok kita mainan t3mbak-t3mbakan. Katanya kemarin Om Evan pinter main t3mbak-t3mbakannya," ucap Raffandra.

Di Cintai Tuan Muda Majikan(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang