Bab 28

505 7 0
                                    

Setelah selesai dengan ritual mandinya, Ana kini menuju dapur dan akan membuatkan  sarapan untuk Devan.

Saat sedang asyik memasak, Ana di kejutkan dengan tangan kekar yang memeluknya dari belakang.

Deg!

Ana mematung. Ia tak bergerak sedikit pun.

"Hmm, masakanmu baunya sangat wangi, Ana. Perutku langsung lapar," ucap Devan sembari mengeratkan pelukannya.

"Tu-tuan muda! Tolong jangan seperti ini, nanti ada yang lihat," ucap Ana dengan posisi yang begitu gugup dan tegang. Ana juga mencoba untuk melepas tangan Devan dari pinggangnya, namun usahanya gagal.

"Biarkan saja ada yang lihat," ucap Devan. Devan malah menopangkan dagunya di bahu Ana.

Glek!

Ana dengan susah payah menelan salivanya.

"Tu-tuan, saya sedang memasak. Nanti masakannya gosong," ucap Ana lagi.

"Hmmm, apa kamu marah padaku?" tanya Devan.

"Ma-marah kenapa?" tanya Ana balik.

"Karena semalam aku tidur di ranjang," jawab Devan.

"Sa-ya nggak marah. Cuma saya kesel aja sama Tuan muda," celetuk Ana.

"Itu sama saja," ucap Devan.

"Beda! Tolong lepaskan tangan Tuan muda, saya mau memasak dulu," ucap Ana lagi.

"Aku akan lepas kalau kamu nggak marah dan kesal padaku, Ana. Maafkan aku. Jujur saja, aku semalam sudah mau tidur di sofa, tapi malah aku ...,"

"Iyah-iyah Tuan. Sudah, saya mau melanjutkan ini dulu," potong Ana.

"Serius kamu sudah nggak marah dan kesal padaku?" tanya Devan memastikan sebelum ia benar-benar melepas pelukannya.

Ana menganggukkan kepalanya guna untuk menjawab pertanyaan Devan.

Devan pun tersenyum, kemudian perlahan melepaskan pelukannya. Dan Ana pun segera melanjutkan untuk membuat sarapan.

'Bisa-bisa jantungku lepas dari tempatnya kalau terus-terusan begini,' gumam Ana dalam hati.

Devan bukannya kembali ke kamar, akan tetapi ia malah menemani Ana di dapur. Devan tengah memperhatikan Ana yang sedang memasak.

Beberapa menit pun berlalu ...

Masakan yang Ana buat sudah siap. Tak lupa Ana juga membuat jus alpukat kesukaan Devan.

"Sudah siap Tuan," ucap Ana pada Devan.

Namun, Devan malah melamun.

"Tuan muda!" panggil Ana.

"Hmmm," jawab Devan.

"Ini sarapannya udah siap," ucap Ana lagi.

"Aku lihat-lihat kamu semakin cantik," ucap Devan sambil masih menatap Ana.

Wajah Ana langsung bersemu merah ketika mendapat pujian tersebut.

Devan terkekeh ketika melihat perubahan wajah Ana.

Melihat Devan terkekeh, Ana pun dengan spontan mengecek pakaiannya dan merapikan rambutnya. Siapa tau ada yang salah dan membuat Devan tertawa seperti itu.

"Kenapa Tuan tertawa?" tanya Ana mengerutkan alisnya.

"Wajahmu kenapa berubah menjadi merah begitu, hmm?" tanya Devan sambil beranjak dari duduknya.

Ana menjadi salah tingkah ketika Devan mengatakan hal itu.

"Ohh, ini tadi sa-ya pakai itu, pakai apa yah namanya, pakai ... pakai make up yang
... Pokoknya saya pakai make up yang ada merah-merahnya," ucap Ana blepotan.

Di Cintai Tuan Muda Majikan(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang