Pagi pun telah tiba ...
Sesuai ucapan Devan kemarin, pagi ini ia akan mengantarkan Ana pulang ke kampung halamannya dan berziarah ke makam kedua orangtua Ana.
Ceklek!
Devan baru ingin keluar dari kamarnya, namun pintu kamar Devan sudah lebih dulu terbuka.
Dan Ana lah yang berdiri di sana dengan penampilan yang sudah rapi.
"Kamu udah siap?" tanya Devan ketika melihat Ana.
Ana mengangguk, "Udah Tuan. Tuan muda juga udah siap kan?" tanya Ana balik.
Devan mengangguk juga, "Udah. Kita berangkat sekarang, gimana?" tanya Devan lagi.
"Ayok Tuan!" jawab Ana dengan semangat dan berwajah bahagia.
Devan yang melihat itu lantas tersenyum, Devan merasakan bahagia yang juga di rasakan oleh Ana.
"Ayok!" ucap Devan, kemudian ia memimpin jalan lebih dulu untuk segera keluar dari kamar dan menuruni anak tangga.
Ana mengikuti setiap langkah Devan dan tak selang lama sampailah mereka di halaman mansion.
Di sana mobil Devan sudah terparkir dan siap untuk di gunakan. Devan membukakan pintu untuk Ana.
"Ayok, masuk!" ucap Devan.
"Loh, memangnya nggak papa Tuan kalo saya duduk di depan?" tanya Ana.
Devan tersenyum lagi, "Memangnya, apa ada yang melarangmu untuk duduk di depan, hmm?" tanya Devan.
"Hehe, ya nggak ada sih," jawab Ana sambil nyengir kuda.
"Nah, kalau begitu ayok, cepatlah masuk!" ucap Devan lagi. Ana pun mengangguk dan segera memasuki mobil.
Kemudian, Devan pun menyusul Ana memasuki mobil di bagian pengemudi.
Sorot mata Diva tertuju pada mereka.
"Mau kemana mereka berdua?" gumamnya yang kini tengah berada di balkon kamarnya.
Devan melihat kalau seat belt Ana belum di pasang. Tangan Devan pun spontan bergerak memasang seat belt itu.
Ana memperhatikan wajah Devan yang terpaut beberapa senti saja dengannya.
Glek!
'G!la, Tuan muda kok makin tampan aja yah,' batin Ana bergumam sembari menelan salivanya dengan susah payah.
Deg! Deg! Deg!
Dan jantung Ana semakin berdetak lebih kencang.
'Anj!r! Jantung lo murahan banget sih, Ana. Masa cuma gitu doang udah jedag-jedug ga jelas aja,' sambung batin Ana.
Devan yang awalnya fokus memakaikan seat belt untuk Ana lalu menatap wajah Ana dengan jarak yang begitu dekat.
Ana semakin salah tingkah ketika Devan menatapnya. Ana hanya bisa diam dan ikut pula menatap Devan.
"Melihatnya jangan sampai begitu, aku tau kok kalau aku ini sangat tampan," ucap Devan dengan pedenya.
Mata Ana memb0la ketika mendegar ucapan Devan, "Ckk! Tuan muda kepedean banget," ucap Ana mencoba untuk tenang agar tak semakin salah tingkah.
'Duh, kenapa bisa Tuan muda tau isi batinku,' batin Ana merutuki dirinya sendiri.
"Aku tau, apa yang sedang kamu pikirkan," ucap Devan lagi sambil menggoda Ana.
Ana lagi-lagi mel0tot ketika Devan mengatakan hal tersebut. Perkataan Devan seolah sedang menjawab isi batinnya. Padahal itu hanya kebetulan saja.
Ana memanglingkan wajahnya, "Ka-kapan kita berangkat Tu-an?" ucap Ana gugup dan Ana mencoba mengalihkan pembicaraan.
Devan terkekeh saat melihat wajah Ana yang memerah dan salah tingkah itu.
"Haha, kita berangkat sekarang!" ucap Devan. Devan pun segera menancap gas untuk segera berangkat menuju kampung halaman Ana.
Waktu demi waktu terus berlalu ...
Perjalanan yang cukup panjang telah Devan dan Ana lalui. Saat ini mereka akhirnya sudah tiba di kampung halaman Ana. Mobil Devan terparkir tepat di depan rumah lama Ana.
Ana segera keluar dari mobil begitu juga dengan Devan. Ana pun melihat rumah sederhananya yang sudah lama tak berpenghuni itu.
Wajah Ana mendadak berubah menjadi sedih ketika melihat rumah sederhana yang begitu banyak kenangannya saat dulu kedua orangtua Ana masih hidup.
Ana perlahan melangkah untuk membuka pintu rumah sederhananya.
Kriettt!
Tangis Ana pecah ketika mengingat satu momen bahagia saat dulu sedang berkumpul dengan Ayah dan Ibunya.
"Hiksss! Ayah, Ibu. Ana rindu," gumam Ana. Devan yang sedari tadi hanya memperhatikan Ana, kini ia mendekati Ana dan perlahan membawa Ana dalam pelukannya. Ana hanya pasrah saat itu. Ia menangis di pelukan Devan.
Devan membiarkan Ana menangis, dengan begitu pasti Ana akan merasa lebih lega.
Devan mengelus-ngelus pucuk kepala Ana sampai Ana meredakan tangisnya.
Ana perlahan mengusap bekas air matanya. Kemudian, matanya melihat baju Devan yang basah akibat terkena air matanya.
"Yahhh, baju Tuan muda basah!" ucap Ana saat melihat baju Devan.
Devan ikut melihat bajunya, "Nggak masalah. Yang penting kamu sekarang sudah merasa lega kan?" tanya Devan.
Ana perlahan mengangguk.
"Sekarang gimana kalau kita ke makam kedua orangtua kamu. Sekaligus kita kirim do'a untuk mereka," ujar Devan.
"Iyah, Tuan. Ayok kita pergi sekarang!" ucap Ana. Devan dan Ana pun kemudian bergegas untuk menuju ke makam.
Sesampainya di makam ...
Devan dan Ana mendatangi makam orang tua Ana yang makamnya bersampingan itu. Mereka berdua duduk di sana, mengirim doa lalu setelah itu disusul dengan menabur berbagai macam bunga yang sudah Ana bawa dan persiapkan.
Ana merasa hatinya lebih lega setelah itu.
"Pak, Bu, saya mencintai Putri anda. Tolong berikan saya restu untuk menjalin hubungan yang lebih serius dengan, Ana. saya janji akan menjaga, melindungi dan menyayangi Ana, sampai akhir hidup saya," ucap Devan di depan makam kedua orangtua Ana.
Ana hanya diam dan melongo ketika Devan mengatakan hal itu.
Angin berhembus pelan seolah memberi isyarat bahwa kedua orangtua Ana merestui Devan untuk menjadi pasangan hidup Ana.
"Tuan muda, ngomong apaan, sih!? Ini di makam lo," celetuk Ana.
"Kenapa? Aku sedang meminta restu kepada calon mertuaku," ucap Devan.
"Ish, Tuan muda jangan ngaco," ucap Ana lagi.
"Ana, sepertinya mereka merestui kita berdua," ucap Devan sambil menatap Ana.
"Tuan muda sok tau. Kita pulang yuk Tuan, sudah cukup lama kita di sini," ucap Ana mencoba mengalihkan pembicaraan Devan.
"Ayah, Ibu, Ana pamit dulu. Ayah dan Ibu yang tenang di sana, Ana akan selalu merindukan Ayah dan Ibu," ucap Ana. Kemudian Ana beranjak berdiri.
"Ayok Tuan!" ajak Ana lagi.
Devan pun mengangguk dan kemudian berdiri.
"Hmm, ayok!" jawab Devan.
Ana mengangguk.
Kemudian, mereka berdua pun meninggalkan pemakaman itu.
Bersambung.
![](https://img.wattpad.com/cover/370752035-288-k37080.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Cintai Tuan Muda Majikan(End)
Teen FictionDevanka Bagaskhara adalah Putra kedua dari pasangan Bagaskhara Adi Pradipta dan Diva Seftiana. Devanka adalah penerus perusahaan Bagaskhara group, dia berusia 29 tahun. Di usianya yang sudah ingin menginjak kepala tiga, Devan sama sekali tak ada nia...