Bab 30

512 6 0
                                    

Devan dan Ana telah sampai di kantor ...

Devan memasukan satu tangannya di dalam saku celana dan ia pun berjalan dengan gagah memasuki perusahaannya itu.

Ana berada di samping Devan dan terus mengikuti setiap langkah Tuannya itu, hingga mereka sampai di depan ruangan Devan.

"Tuan muda, Ana," sapa Ferdian.

"Klien sudah menunggu di ruang meeting Tuan," sambung Ferdian.

"Ana, masuklah ke ruanganku dulu dan tunggu sampai aku kembali dan menyelesaikan meeting," ucap Devan.

Ana mengangguk pelan.

"Ayok, Fer!" Devan melangkah pergi menuju ke ruang meeting bersama Ferdian dan meninggalkan Ana.

Ana dengan langkah pelan masuk ke dalam ruangan Devan.

Ceklek!

Ana pun mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, kemudian kakinya kembali melangkah untuk menuju sofa.

Ana termenung saat kepikiran tentang momen Devan yang menolong dan menggedong Viona tadi.

"Duhh, kenapa malah jadi kepikiran kejadian tadi sih," rutuk Ana.

"Hmm, kalau di perhatiin, tadi pas waktu Tuan muda gendong Kak Viona, tatapannya kaya penuh arti gitu ...," gumam Ana dengan b!bir yang sudah melengkung ke bawah.

Ana merasa gelisah sendiri, sebenarnya apakah Devan masih memiliki rasa dengan Viona? Dan tentang Devan yang menyukainya itu apa hanyalah di jadikan sebatas pelarian saja?

Cukup lama Ana merenung dengan ekspresi wajahnya yang di tekuk.

Dan tiba-tiba pintu terbuka ...

Ceklek!

Ana menoleh.

Ia mengira Devan yang membukanya. Namun, ternyata bukan Devan, melainkan satu orang wanita yang tak Ana kenal.

"Heh, kamu ngapain ada di ruangan Tuan Devan!" celetuk Sinta sekertaris Devan yang di perintah untuk mengambil sebuah dokumen di ruangan Devan.

"Mmm, saya tadi ...,"

"Lancang kamu masuk-masuk kesini tanpa izin dulu. Sana keluar!" usir Sinta dengan ketus.

"Tapi, saya ...,"

Sinta lagi-lagi memotong pembicaraan Ana, "Cepet keluar!" gertak Sinta.

Sinta benar-benar tak memberikan ruang untuk Ana berbicara, terpaksa Ana mengalah dan segera keluar dari ruangan itu.

Sinta melirik sinis ke arah Ana, kemudian setelah itu Sinta pun segera mengambil dokumen dan kembali ke ruang meeting.

Ana kini duduk di sebuah bangku yang berada di luar ruangan Devan.

Ana menunduk sambil memperhatikan ke arah sepatunya yang sedang ia gerak-gerakkan.

"Lama banget sih meetingnya," gumam Ana lirih sambil kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri melihat ke sekitarnya.

Ana menguap dan rasa kantuk mulai menyerangnya.

"Hoammm!"

Hingga, tak terasa Ana tertidur di bangku itu dengan kepalanya yang ia sandarkan di dinding.

Devan yang telah selesai dengan meetingnya itu, dengan langkah tergesa-gesa segera menuju ke ruangannya.

Ia kepikiran dengan Ana, karena meeting tadi cukuplah memakan banyak waktu. Ana pasti bosan menunggu. Pikir Devan.

Dari kejauhan Devan sudah bisa melihat bahwa Ana tertidur di bangku yang berada di luar ruangannya. Devan mengerutkan keningnya, kemudian sedikit berlari untuk menghampiri Ana.

Di Cintai Tuan Muda Majikan(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang