Cahaya terbit matahari tampak begitu cerah, tapi tak secerah hati Devan pagi ini.
Pagi-pagi begini Devan sudah berada di balkon kamarnya dengan di temani sebotol alk0hol. Yah, tadi malam Devan tak bisa tertidur. Dan Devan menyuruh Ferdian untuk membelikannya tiga botol sekaligus minuman alk0hol.
Dan pagi ini minuman itu masih tersisa satu botol di hadapan Devan. Devan fokus menatap langit-langit dan entah apa yang sedang ia fikiran. Intinya, dia sedang tak baik-baik saja saat ini.
Ana berada di luar kamar Devan, sebelum membuka pintu, Ana menarik nafasnya dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan.
'Hufff, bismillah,' ucap Ana dalam hati.
Ceklek!
Ana membuka pintu, kemudian ia melihat ke seluruh kamar. Devan sudah tak ada di ranjangnya. Di lantai ada pecahan vas bunga yang berantakan.
Ana semalam tak ke kamar Devan, karena Devan makan malam bersama keluarga. Dan Devan pun mendiamkan Ana dan tak menyuruh Ana ke kamarnya. Al hasil Ana semalam jadi kepikiran dan ia juga sampai susah untuk tidur.
'Apa Tuan muda marah gara-gara aku menolaknya kemarin!?' ucap Ana dalam hati. Ana cemas. Ana pun lantas mencari Devan.
Ana menuju ke kamar mandi, tapi tak ada suara apapun di dalam sana. Ana pun memberanikan diri untuk membuka kamar mandi itu.
Ceklek!
Tak ada siapapun.
"Tuan muda, kemana!?" ucap Ana yang semakin cemas.
Ana pun langsung berlari untuk mengecek di balkon. Dan Ana merasa lega saat melihat Devan berada di sana.
Devan menoleh ke arah Ana yang kelihatan ngos-ngosan karena berlari.
"Kamu kenapa!?" tanya Devan sambil mengernyitkan keningnya.
Ana mendelik, "Haa, ehh, nggak papa Tuan," ucap Ana yang masih berusaha mengatur nafasnya.
Devan pun diam sambil menatap Ana sejenak. Kemudian, Devan mengalihkan pandangannya dan mengambil botol alk0hol di hadapannya.
Ana melihat itu spontan membuka suara, "Ehh, Tuan muda jang ...," Ana langsung menghentikan ucapannya saat sadar ia ingin melarang Devan untuk tak meminum alk0hol itu, tapi dia itu siapa? Apa punya hak untuk melarang-larang. Al hasil Ana tak meneruskan ucapannya.
Devan sudah meneguk alk0hol itu, "Ada apa!?" tanya Devan.
Ana menggeleng, "Nggak jadi, Tuan," ucap Ana ambigu.
Dengan hanya memperhatikan gerak-gerik Ana saja Devan sebenarnya paham kalau Ana ingin melarangnya. Tapi, kenapa Ana tak meneruskan ucapannya, jika Ana melarang pasti Devan langsung tak meminum alk0hol itu.
"Saya permisi mau beres-beres dulu Tuan," ucap Ana berlalu pergi.
"Hufff, untung aja belum ke ucap semuanya," gumam Ana.
"Hmm, aku ingin lari pagi. Siapkan pakaikanku," ucap Devan tepat di belakang Ana.
Ana langsung spontan menoleh, "Si-siap Tuan," ucap Ana gugup.
'Cepet banget geraknya nih orang. Tiba-tiba udah ada di belakang aja,' batin Ana.
Ana langsung melangkah pergi untuk menyiapkan pakaian jogging untuk Devan.
Ana kini merapikan ranjang Devan dan saat Devan keluar kamar mandi dan ingin berganti pakaian, pandangan Ana tak sengaja melihat luka di pinggir tangan Devan.
"Tangan Tuan muda, kenapa?" tanya Ana sambil melihat ke arah tangan Devan. Tadi, perasaan tangan Devan tidak kenapa-napa. Apa Ana saja yang tak melihat kalau tangan Devan itu terluka!?
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Cintai Tuan Muda Majikan(End)
Roman pour AdolescentsDevanka Bagaskhara adalah Putra kedua dari pasangan Bagaskhara Adi Pradipta dan Diva Seftiana. Devanka adalah penerus perusahaan Bagaskhara group, dia berusia 29 tahun. Di usianya yang sudah ingin menginjak kepala tiga, Devan sama sekali tak ada nia...