Bab 4

730 14 0
                                    

Ana saat ini sudah berada di rumah kediaman Bagaskara. Ana sengaja berangkat lebih pagi untuk segera membantu para pekerja lain yang tengah menyiapkan sarapan untuk keluarga Bagaskara.

Terdengar suara langkah kaki Diva yang sedang menuruni anak tangga. Diva menuju ke arah meja makan dan ia ingin juga menemui Ana untuk membicarakan sesuatu.

Bersamaan dengan itu, Diva ternyata melihat Ana yang sedang menyiapkan piring dan gelas di meja makan tersebut. Al hasil ia tak perlu repot-repot untuk mencari Ana.

"Ana!" panggil Diva.

Ana langsung membungkukkan badan dan menyapa Diva. "Selamat pagi, Nyonya. Apa ada yang bisa saya bantu!?" tanya Ana sopan.

"Pagi juga. Ah begini Ana, berhubung pagi ini asisten yang sedang pulang kampung itu akan kembali lagi kesini, jadi kamu tidak perlu lagi mengerjakan pekerjaan yang kemarin Areta beritahu padamu," ucap Diva.

Deg!

Ana langsung mendongak, kemudian Ana kembali menunduk lagi.

"Ba-baik Nyonya," jawab Ana dengan lemah.

'Bagaimana ini!? Apa aku di pecat? Lalu bagaimana caranya aku mengembalikan uang Tuan muda,' batin Ana sedih.

"Saya mau kamu menjadi asisten anak saya. Tugas kamu membantu merapikan kamarnya dan beberapa keperluannya," lanjut Diva.

Ana mendongak lagi, "Nyonya, nggak memecat saya?" tanya Ana antusias.

Diva langsung tersenyum kala mendengar ucapan Ana, "Nggak dong. Saya lihat kamu itu rajin dan pekerjaan kamu sangat rapi. Saya nggak mungkin pecat kamu Ana," ucap Diva.

Ana langsung tersenyum sumringah dan ia membungkukkan badannya untuk berterimakasih.

"Terimakasih Nyonya," ucap Ana.

Diva mengangguk, "Ya sudah. Sekarang kamu ke kamar anak saya dan kamu bereskan kamarnya dan membantu menyiapkan beberapa keperluannya," ucap Diva.

"Siap laksanakan, Nyonya!" ucap Ana semangat. Ana pun langsung beranjak menuju kamar Devan.

"Ana tunggu!" panggil Diva.

"Iyah, Nyonya?" tanya Ana sambil berbalik.

"Jangan lupa beritahu Devan untuk cepat turun dan sarapan," ucap Diva.

"Baik Nyonya," ucap Ana. Kemudian, Ana kembali berjalan menaiki tangga untuk ke kamar Devan.

Sesampainya di depan kamar Devan. Ana mengetuk pintu tiga kali. Akan tetapi, pintu itu tak kunjung terbuka.

Ana yang sudah lumayan cukup lama menunggu, mencoba untuk membuka kamar Devan.

Ceklek!

"Ehh, nggak terkunci!" gumam Ana.

"Tuan muda!" panggil Ana sambil memasukkan kepalanya ke dalam kamar Devan.

"Tuan muda!" panggil Ana sekali lagi, tapi tak ada sahutan.

Ana pun kemudian dengan keberaniannya memasuki kamar Devan. Tak lupa ia menutup kembali pintunya.

"Tuan muda, kemana?" gumam Ana saat melihat ke arah ranjang yang sudah kosong. Namun, saat melihat ke arah kamar mandi dan mendengar suara gemericik air barulah Ana tau kalau Tuan mudanya pasti sedang mandi.

"Berantakan banget!" gumam Ana ketika matanya tertuju ke seluruh kamar Devan. Ana juga melihat ada pecahan kaca yang berserakan di lantai.

Yah, itu adalah kaca bekas bingkai foto yang kemarin Devan pecahkan. Tapi, Devan membiarkan kaca itu berantakan seperti itu.

Di Cintai Tuan Muda Majikan(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang