Bab 40

565 6 0
                                    

Pagi pun telah tiba ...

Diva masih mondar-mandir tak jelas, hal itu pun tak luput dari pandangan Bagas.

"Apa mama nggak capek mondar-mandir terus begitu!?" celetuk Bagas.

"Pa, Devan dari kemarin nggak pulang dan nggak ada kabar. Mama khawatir terjadi apa-apa sama Devan dan Papa, kenapa Papa malah biasa-biasa aja!" ucap Diva sedikit kesal pada Sang Suami yang terlihat biasa saja berbeda dengan dirinya yang terus merasa bingung.

Bagas menghela nafasnya pelan, "Hmmm ... Semua itu kan salah Mama sendiri, karena nggak merestui hubungan Devan dengan Ana. Dan sekarang giliran Devan nggak pulang, Mama bingung kan!" timpal Bagas.

Diva berdecak kesal.

"Terus sekarang gimana?" ucap Diva dengan nada sedikit ketus.

Bagas mengangkat bahunya, "Ya, Mama coba telpon Devan atau kirim pesan, bilang kalau Mama merestui hubungannya, asal dia pulang," saran Bagas.

Diva terdiam sejenak, ia masih terlihat ragu dengan saran sang Suami. Apalagi Diva juga dari kemarin sudah berkali-kali mengirim pesan dan mencoba menghubungi Putranya itu, namun tak ada respon sama sekali.

Selang beberapa menit ...

Dinda yang baru saja mengantarkan Raffandra ke sekolah kini ikut bergabung dengan Bagas dan Diva yang sampai saat ini masih menunggu Devan pulang.

"Gimana Ma?" tanya Dinda berbasa-basi.

"Belum ada kabar," ucap Diva dengan raut wajah yang tertekuk. Dinda terdiam.

Kemudian, Dinda mencoba beradu pandang dengan Papanya. Bagas paham kalau Dinda saat ini tengah memberi kode, karena Dinda sudah memberitahunya tentang Devan yang meminta bantuan agar Diva menyetujui hubungannya.

"Mah," panggil Dinda.

"Hmmm!" jawab Diva dengan arah pikiran yang masih tertuju pada Devan.

"Mama kenapa sih nggak merestui Devan sama Ana?" tanya Dinda.

Diva lantas menatap Dinda, "Mama nggak suka sama dia," jawab Diva jutek.

"Tapi Devan suka sama Ana," balas Dinda. Diva langsung mencebik.

"Hmmm, Ana itu baik kok, Ma. Menurut Dinda Ana cocok jadi istri Devan," sambung Dinda.

Sebenarnya selama ini Diva tau kalau Ana itu baik, namun yang di jadikan permasalahannya adalah tentang latar belakang Ana. Diva belum siap jika di cibir oleh orang-orang tentang menantunya yang hanya berlatar belakang pembantu. Maka dari itu selama ini Diva terus-terusan mencari masalah.

"Kalau Mama nggak menyetujui hubungan mereka, apa Mama nggak kasihan sama Devan?" ucap Dinda lagi.

Mendengar hal itu Diva terdiam dan merenungi ucapan Putrinya.

Setelah cukup lama terdiam, Diva pun kembali bersuara.

"Mama belum siap jika harus di cibir teman-teman Mama tentang menantu Mama yang hanya seorang pembantu," ucap Diva dengan tatapan sayu.

"Jadi, sebenarnya Mama setuju kalau Devan sama Ana? Dan yang jadi masalahnya, Mama takut di cibir karena Ana adalah pembantu?" tanya Dinda sambil menatap wajah Mamanya.

Diva diam, ia tampak ragu untuk sekedar menjawab, iyah.

"Memangnya apa salahnya jika Ana hanya seorang pembantu. Yang pentingkan mereka berdua saling mencintai. Dan Ana ... Papa rasa, dia itu perempuan yang bertanggung jawab. Papa jamin dia bisa mengurus suaminya dengan baik kalau sudah menikah dengan Devan nanti. Masalah cibiran? Mama itu sebenarnya takut dengan bayangan Mama sendiri. Belum juga Ana jadi menantu, Mama sudah berpikir bakal di cibir," celetuk Bagas.

Di Cintai Tuan Muda Majikan(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang