Tak terasa Devan telah memejamkan matanya. Kini giliran Ana yang memperhatikan wajah Devan.
'Tuan muda memang sangat tampan, pasti di luar sana banyak sekali wanita cantik yang mengincar dan menginginkan Tuan muda," gumam Ana dalam batin.
Waktu terus berlalu ...
Dan tak terasa Ana juga tertidur dengan posisi kepalanya berada di ranjang dan tubuhnya yang terduduk di sebuah kursi dekat ranjang.
Tengah malam ...
Ana samar-samar mendengar suara Devan yang tengah menggeruguh. Dan al hasil Ana terbangun, Ana mengucek matanya perlahan dan melihat bahwa saat ini tubuh Devan tengah menggigil.
Ana panik. Rasa ngantuknya tiba-tiba langsung hilang seketika. Ana kemudian langsung spontan menempelkan tangannya di dahi Devan.
"Ya, ampun. Panas banget," ucap Ana cemas. Ana buru-buru menyiapkan air hangat untuk mengompres Devan.
Ana melihat jam menunjukkan pukul dua malam. Ia kini masih fokus mengompres Devan dengan begitu telatennya.
Beberapa menit pun berlalu ...
Ana bersyukur ketika Devan sudah tak menggigil lagi.
Ana kemudian kembali menempelkan tangannya di dahi Devan untuk mengecek keadaannya.
"Alhamdulillah, udah sedikit turun panasnya," gumam Ana, ia jadi merasa sedikit lega.
Meski panasnya sudah turun, Ana tetap menempelkan kain kompres itu di dahi Devan.
Dan perlahan Ana kembali duduk di kursi seperti semula. Ana belum bisa tertidur karena kepanikannya tadi membuat rasa ngantuknya hilang begitu saja.
Ana duduk terdiam sembari kembali memperhatikan wajah Devan. Dan tanpa sadar, Ana menerbitkan sebuah senyuman. Dan entah apa yang ada di dalam fikiran Ana saat ini.
Jam terus berputar dan kini sudah menunjukkan pukul setengah lima pagi.
Ana mulai menguap dan matanya mulai sayup. Ana pun perlahan meletakkan kepalanya di pinggir ranjang dan di alasi dengan kedua tangannya yang di tekuk.
Tap! Tap! Tap!
Sedetik kemudian, mata Ana pun terpejam karena ia sudah tidak bisa lagi menahan rasa ngantuknya itu.
***
Pagi harinya ...Mata Devan perlahan terbuka. Yang pertama Devan lihat adalah Ana yang masih tertidur dengan posisi duduk dan kepalanya diletakkan di pinggir ranjang.
Pagi ini Devan merasa tubuhnya sudah lebih membaik. Devan perlahan mengubah posisinya menjadi duduk. Tak lupa Devan mengambil kain kompresan yang ada di dahinya.
Bisa Devan pastikan bahwa Ana lah yang sudah mengompresnya tadi malam.
Devan memperhatikan wajah Ana yang tertidur dengan sangat tenang itu. Tangan Devan pun perlahan bergerak menyisihkan rambut Ana yang sedikit menutupi wajahnya ke belakang telinga Ana.
Devan tersenyum, "Maaf sudah merepotkanmu semalam," gumam Devan.
Devan perlahan-lahan turun dari ranjang. Ia mengangkat tubuh Ana dan memindahkan Ana di ranjang. Ana sama sekali tak terganggu dengan pergerakan Devan. Mungkin saja karena sangking ngantuknya.
Devan kembali memandangi wajah Ana sebelum ia pergi untuk membasuh tubuhnya.
"Cantik sekali!" gumam Devan. Kemudian, setelah berbicara seperti itu, Devan pun beranjak pergi untuk ke kamar mandi dan segera melaksanakan ritual mandinya.
15 menit pun berlalu ...
Devan sudah berganti pakaian. Ia melihat Ana masih tertidur dengan pulas dan masih dengan posisi yang tak berubah. Devan pun tak berniat membangunkan Ana, karena Devan sangat paham pasti Ana sangatlah mengantuk dan lelah karena semalam ia menjaga dan merawatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Cintai Tuan Muda Majikan(End)
Genç KurguDevanka Bagaskhara adalah Putra kedua dari pasangan Bagaskhara Adi Pradipta dan Diva Seftiana. Devanka adalah penerus perusahaan Bagaskhara group, dia berusia 29 tahun. Di usianya yang sudah ingin menginjak kepala tiga, Devan sama sekali tak ada nia...