Ana masih setia menemani Raffa bermain.
"Ehh, Ana kamu lagi jagain Raffandra," ucap Areta saat melihat Ana di taman dengan Raffandra.
"Iyah Kak," jawab Ana.
Areta menghampiri Ana yang duduk di sebuah bangku sambil memperhatikan Raffa.
"Bentar lagi Tuan muda pulang, biar aku panggilin Mira aja yah buat gantiin kamu," ucap Areta.
"Ehh, masih ada waktu kok Kak buat aku jagain Raffa. Palingan bentar lagi juga Nyonya Dinda pulang," ucap Ana.
"Hmm, ya udah kalo gitu," ucap Areta. Dan Ana mengangguk.
"Ana," panggil Areta.
"Iyah, Kak. Kenapa?" tanya Ana.
"Emmm, aku ngerasa Tuan muda itu suka sama kamu," ucap Areta.
Ana lantas menatap Areta, kemudian ia terkekeh, "Haha, Kak Areta apaan, sih. Mana ada Tuan muda suka sama pembantu kaya aku begini," ucap Ana.
"Hmmm, yah itu cuma menurut pandangan aku aja, tapi kalau emang itu beneran, kamu beruntung banget," ucap Areta.
Ana hanya menanggapi dengan sebuah senyuman.
"Ehh, ya udah kalo gitu, An. aku tinggal masuk duluan yah," ucap Areta.
"Iyah Kak," jawab Ana sambil mengangguk. Kemudian, Areta pun pergi meninggalkan Ana.
Ana saat ini malah jadi kepikiran dengan ucapan Areta.
'Ahh, mana mungkin sih Tuan muda suka sama pembantu kaya aku. Tapi kalau pun iya, ya kamu harus sadar diri, Ana. Bahwa kamu nggak pantes di sukai sama Tuan muda yang sudah terlihat berbeda jauh sekali dengan kamu,' gumam Ana dalam batin.
Ana yang tak mau memikirkan hal itu lagi lantas menghampiri Raffa.
"Raffa, mainnya udahan yuk!" ucap Ana.
"Yahh, Raffa kan masih mau mainan Aunty," ucap Raffa cemberut.
"Mainnya besok lagi yah, sekarang waktunya udah sore, Raffa harus mandi," ucap Ana mencoba merayu Raffa.
Namun, Raffa tetap cemberut dan terdiam.
"Jangan cemberut dong! Kalau Raffa cemberut, Aunty nggak mau ngajak Raffa main lagi lo," ucap Ana lagi.
"Nggak, Aunty. Raffa nggak cemberut. Raffa mau mandi dan mainnya besok lagi," ucap Raffa.
Ana langsung mengelus pucuk kepala Raffa.
"Pinter," puji Ana.
Devan yang sudah tiba beberapa menit yang lalu hanya memperhatikan interaksi antara Ana dan Raffa dari kejauhan.
"Ana!" panggil Devan.
Ana lantas menengok ke arah sumber suara.
"Ehh, Tuan muda udah pulang!?" ucap Ana.
"Om Evan, aku habis main sama Aunty Ana," pamer Raffa.
Devan langsung berjongkok di hadapan Raffa.
"Emang kamu mainan apa?" tanya Devan.
"Main t3mbak-t3mbakan. Aunty Ana pinter lo Om mainnya," ucap Raffa dengan lugunya.
Devan tersenyum mendengar ucapan Raffa. Devan mengelus pucuk kepala Raffa dengan perlahan.
"Om Evan juga pinter main t3mbak-t3mbakan," ucap Devan sombong.
"Kalau gitu besok kita bertiga main t3mbak-t3mbakkan aja. Nanti Om Evan t3mbak Aunty Ana," celetuk Raffa dengan semangat.
Devan mengangguk," Iyah nanti Om Evan t3mbak Aunty Ana," ucap Devan sambil melirik ke arah Ana.
Ana yang tersenyum langsung salah tingkah saat di lirik oleh Devan.
"Raffa!" panggil Dinda yang baru saja tiba.
"Mama!" ucap Raffa berlari ke arah Dinda.
"Kamu belum mandi, ya. Ayok kita mandi dulu," ucap Dinda. Dan Raffa mengangguk.
"Ana, makasih yah kamu udah jagain Raffa," ucap Dinda.
"Sama-sama, Nyonya," ucap Ana sambil tersenyum.
"Mama ayok mandi!" ucap Raffa.
"Iyah, ayok!" ucap Dinda.
Kemudian Dinda pun mengajak Raffa memasuki mansion.
"Ayok kita masuk!" ajak Devan.
"Iyah Tuan," ucap Ana.
Devan pun melangkah lebih dulu dan di ikuti Ana di belakangnya.
Sesampainya di kamar Devan ...
"Kamu capek!?" tanya Devan tiba-tiba
"Haaa!" Ana terlihat cengo.
"Kamu capek habis jagain, Raffa?" tanya Devan lagi.
"Ehh, nggak kok Tuan," ucap Ana sambil menggeleng.
"Pengasuh Raffa pergi kemana?" tanya Devan.
"Ada kok Tuan," jawab Ana.
"Kenapa bisa kamu yang di suruh jaga Raffa?" tanya Devan lagi.
Ana pun menjelaskan kalau tadi Raffa menangis karena tidak di perbolehkan ikut pergi dengan Dinda. Dan Ana membujuk Raffa dan mengajaknya bermain di taman.
Setelah menjelaskan itu, Ana hendak menyiapkan handuk untuk Devan.
Namun, Devan lebih dulu mencegah Ana dengan memegang pergelangan tangan Ana.
Ana lantas melihat ke arah tangan Devan yang memegang pergelangan tangannya.
"Saya mau siapkan handuk dulu, Tuan," ucap Ana gugup.
"Bantu aku dulu membuka kancing baju," pinta Devan.
Ana tampak loading.
'Aduh, kenapa harus bukain kancing baju segala, sih,' batin Ana.
"Kamu mau sampai kapan diam begitu!?" ucap Devan. Dan Ana langsung tersadar.
"Ehh, maaf Tuan," ucap Ana.
"Cepat bantu aku," ucap Devan.
"Iyah Tuan," ucap Ana. Ana langsung mendekat ke Devan dan pertama-tama Ana melepas jas Devan. Kemudian, setelah jas terlepas Ana pun mulai membuka kancing baju Devan satu persatu.
Devan memperhatikan wajah Ana dengan jarak yang begitu dekat. Seulas senyuman pun sampai terbit di b!b!r Devan.
"Sudah Tuan muda," ucap Ana. Kemudian, Ana sedikit memundurkan tubuhnya.
"Kenapa cepat sekali!?" gumam Devan.
Apa Ana tidak salah dengar?
"Haaa?" ucap Ana dengan ekspresi bingung.
Devan langsung tersadar dengan ucapannya barusan.
Devan takut Ana akan berpikir macam-macam setelah mendengar ucapannya.
"Cepat siapkan handukku!" perintah Devan.
"Ehh, siap Tuan!" ucap Ana. Ana langsung melaksanakan tugasnya.
"Bisa-bisanya aku keceplosan!" gumam Devan pelan.
Tak lama kemudian ...
"Sudah siap Tuan," ucap Ana. Devan pun mengangguk, kemudian segera berjalan memasuki kamar mandi.
Sedangkan Ana, Ana langsung sibuk menyiapkan baju ganti untuk Devan pakai nanti setelah mandi.
Bersambung.
![](https://img.wattpad.com/cover/370752035-288-k37080.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Cintai Tuan Muda Majikan(End)
Novela JuvenilDevanka Bagaskhara adalah Putra kedua dari pasangan Bagaskhara Adi Pradipta dan Diva Seftiana. Devanka adalah penerus perusahaan Bagaskhara group, dia berusia 29 tahun. Di usianya yang sudah ingin menginjak kepala tiga, Devan sama sekali tak ada nia...