Bab 7

697 12 0
                                    

Keesokan paginya ...

Devan sudah menunggu Ana. Tapi, Ana tak kunjung juga datang. Katanya, kemarin dia akan datang pagi-pagi sekali, tapi nyatanya sampai saat ini belum juga datang.

"Kemana dia?" gumam Devan.

Devan lantas mengambil pakaian kerjanya sendiri dan kemudian Devan segera berganti pakaian.

Devan keluar kamar dan menuruni anak tangga dengan terburu-buru.

"Devan!" panggil Diva.

Devan menengok ke arah Diva.

"Devan, maafin Mama," ucap Diva menghampiri Devan dan meminta maaf atas kejadian kemarin.

Devan tak menjawab. Dan malah menanyakan Ana.

"Ana mana?" tanya Devan datar.

"Kamu belum jawab permintaan maaf Mama," ucap Diva.

"Hmmm, Devan udah maafin. Mulai sekarang Mama nggak usah suruh Ana lagi buat ngerjain pekerjaan dapur. Ana udah jadi asistenku harusnya dia lebih fokus mempersiapkan semua keperluanku dan termasuk mengantarkan bekalku ke kantor," ucap Devan.

Diva tersenyum bahagia saat Devan dengan cepat memaafkannya, "Kamu beneran udah maafin, Mama!? Okey, Mama bakal suruh Ana fokus buat mempersiapkan keperluan kamu. Tapi, untuk beberapa hari ini Ana nggak masuk kerja dulu," ucap Diva.

"Kenapa?" tanya Devan cepat.

"Dia lagi berduka. Ibunya meninggal semalam," ucap Diva.

Deg!

Yah, pagi-pagi tadi Ana menelfon Areta agar  memberitahu Diva kalau Ana meminta izin untuk beberapa hari ini tidak masuk bekerja, karena ia sedang berduka.

Devan langsung melenggang pergi meninggalkan Diva.

"Hmmm, kebiasaan," gumam Diva saat melihat Putranya melenggang pergi begitu saja meninggalkannya.

"Selamat pagi Tuan," sapa Ferdian sambil membukakan pintu mobil untuk Devan.

"Kita kerumah Ana sekarang Fer," ucap Devan.

"Ana? Ana pekerja yang masih belum lama kerja di sini itu, Tuan?" tanya Ferdian.

"Iyah, memangnya ada Ana lagi selain dia!?" celetuk Devan kemudian memasuki mobil.

"Yah siapa tau Ana ada dua," gumam Ferdian, kemudian menyusul Devan memasuki mobil.

"Rumahnya dimana Tuan?" tanya Ferdian di perjalanan.

"Mana aku tau. Kamu lacak saja," ucap Devan yang pikirannya sudah mulai tak karuan karena memikirkan bagaimana keadaan Ana sekarang.

"Haishh, kirain tau rumahnya," celetuk Ferdian.

"Jangan banyak omong. Kamu mau gajimu aku potong!?" ucap Devan kesal.

"Jangan gitu dong, Tuan," ucap Ferdian.

Setelah beberapa menit ...

Ferdian telah mengetahui dimana letak rumah Ana, tanpa menunggu lama Ferdian segera menuju ke lokasi tersebut.

Cit!

Devan langsung keluar dari mobil saat sampai di rumah Ana.

Sesi pemakaman ternyata sudah usai.

Rumah Ana terlihat sudah sepi karena para tetangga dan orang-orang yang membantu pemakaman Ibu Ana sudah berpamitan pulang.

Devan sudah berada tepat di depan pintu bersamaan dengan itu Ana yang baru saja dari kamar mandi kembali ke ruang tamu dan Ana melihat Devan berdiri di sana.

Di Cintai Tuan Muda Majikan(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang