Griya City, Indonesia
29 September 2022.
________Gemuruh tepuk tangan memenuhi udara pagi di aula SMA Awan, seakan merespons kegembiraan yang terpancar dari wajah Pak Andrian, kepala sekolah yang kini berdiri di atas panggung. Rautnya nampak bahagia dengan senyuman yang tak memudar dari wajahnya sedari tadi. Di tangannya, sebuah mikrofon berbentuk bulat tergenggam erat, siap untuk memberitahu apa yang sudah membuatnya tersenyum hari ini.
"Hari ini, seperti biasa...." Pak Andrian memulai pengumuman. "Sekali lagi, Heyrin berhasil melambungkan nama sekolah kita lewat keberhasilannya di Olimpiade Bahasa Inggris dengan SMA Internasional Jakarta! SELAMAT!" Lanjutnya, melengking namun tetap terdengar tegas.
Suara tepuk tangan terdengar lagi.
"Heyrin, kemari lah!" Pak Andrian meminta.
Tap, tap. Seorang murid perempuan dengan rambut tergulung dari arah barisan paling belakang, berwajah datar namun tegas melangkah maju menuju podium. Para murid langsung terbelah menjadi dua bagian, seolah memberi ruang khusus agar AYRA AI HEYRIN lewat. Begitu dia naik ke atas tangga, barisan menyatu kembali seperti semula.
Heyrin naik ke tangga, berdiri di sebelah kepala sekolah. Wajahnya tenang namun tidak terbaca. Ketika kepala sekolah bertanya apakah Heyrin ingin menyampaikan sepatah dua kata untuk teman-teman nya, gadis itu memberikan respons yang sudah bisa ditebak oleh semua orang.
"Tidak ada," katanya, singkat, padat dan langsung dipahami.
Kepala sekolah tidak terkejut lagi dan karena itulah dia mencairkan suasana. Pria paruh baya yang berumur 47 tahun itu— yang memegang sebuah piala berukuran besar ikut berdiri di sebelah Heyrin. Dia akan berfoto bersama dengan murid berprestasinya ini.
"Heyrin, ayo senyum! Mau bapak foto ini!" Seru seorang guru yang sudah bersiap dengan kameranya.
Pak Andrian spontan melebarkan bibirnya, namun murid di sebelahnya tampak berekspresi sama. "Apa ini? Kamu gak senyum, Rin?" Tanyanya, berbisik. Yang ditanya hanya menoleh sekilas tanpa mengubah raut wajahnya.
Cekrek.
Heyrin memandang kamera tanpa senyuman sebelum lampu flash menyala dan kamera berbunyi.
Pak Andrian melanjutkan. "Tidak hanya itu, hari ini kita semua menerima penghargaan besar dari SMA Internasional Jakarta karena mengirimkan salah satu murid terbaiknya untuk belajar bersama kita selama satu semester ini. Kepada ananda AIHARA silahkan naik ke podium!"
Merasa terpanggil, seorang siswa berjalan dengan sopan menuju podium, teriakan para siswi terdengar histeris lantaran paras rupawan yang Ia miliki. Bukan hanya paras nya, namun cara Aihara berpakaian dengan rapi menunjukkan bahwa ia adalah murid teladan di sekolah nya.
Aihara menghadap ke seluruh murid SMA Awan usai mengangguk penuh penghormatan pada kepala sekolah yang sudah memberinya kesempatan. "Halo semuanya. Nama saya Aihara, saya murid kelas sebelas jurusan IPS di SMA Internasional Jakarta. Semoga kita bisa berteman dengan baik. Kepada bapak dan ibu guru mohon bimbingannya."
Pak Andrian mengangguk mantap.
Aihara menoleh ke arah Heyrin sebentar. "Untuk kamu, selamat, ya," ucapnya tulus dengan senyuman kecil.
Heyrin mengangguk kaku, lalu keduanya turun secara bersamaan diiringi dengan tepuk tangan yang kembali menggema.
****.
Senyuman tak berhenti memudar dari bibir kepala sekolah. Dia melipat tangan, menatap puas piala tinggi yang diraih murid terbaiknya di dalam lemari. Matanya bergerak ke arah piala lain. "Heyrin, kamu gak main-main rupanya," gumamnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/370822935-288-k590778.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BULAN DI ATAS KOTA
Teen Fiction(Ketika Merindukannya Adalah Luka) Ayra Ai Heyrin adalah siswi terpintar di SMA Awan. Selain itu, Ia juga merupakan gadis paling misterius di sekolah nya. Tidak ada yang tahu rahasia besar apa yang disembunyikan gadis itu. Sedangkan Aihara adalah si...