BAGIAN 16: BUKAN HARAPAN

18 2 0
                                    

"Kim Ryung?”

Siapa yang dia maksud? Batin Aihara, masih berdiam diri di tempatnya. Mereka saling
berhadapan—kira-kira terpisah oleh jarak 1 meter. Netra Aihara teralihkan dengan kue bolu yang masih utuh.

Dengan telepon yang masih berdering, Aihara mendekat, memperpendek jarak mereka,
semakin dekat dan... Tut. Dia mematikan ponselnya dan menghela napas. “Apa nih? Kamu nyuruh aku ngerayain ulang tahun seseorang?”

Heyrin tersadar dari alam bawah sadarnya—bahwa orang di depannya ini bukanlah
Ryung tapi...

“Ey, tuh kan...” Aihara menjentik pelan kening Heyrin. “Jangan melamun. Di sebelah
kita ini ada pohon besar. Kamu gak takut apa?”

Beralih kepada kue bolu dengan tulisan cantik di atasnya. “Selamat ulang tahun Kim Ryung... Wah.. Kim Ryung itu siapa? Idol kesukaanmu, ya? Memangnya dia pernah main drama apa?” dan duduk di sebelah Heyrin dan seenaknya memotong kue yang masih utuh.

Menyebalkan. Heyrin mendesis.

“Jadi, kenapa nelepon aku? Karena ini, ya? Kita makan kue bareng gitu? Karena Idol mu
ulang tahun? Wah, aku gak nyangka juga…”

Ocehan Aihara tak ditanggapi oleh Heyrin. Karena gadis itu masih berperang dengan
kepalanya untuk menemukan jawaban.

“Jadi, bener dugaanku. Orang aneh itu kamu.” Heyrin menekan kata-katanya dengan kesal.

“Orang aneh? Aku?” Aihara menunjukkan layar ponselnya. Tertera nama "Heyrin‟ di
sana, dan karena Heyrin tak merespons, Aihara tanpa izin mengambil ponsel itu dan layarnya tertulis...  "orang aneh‟.

“Wah... Ini sih keterlaluan. Aku punya nama bagus dan langka. Sulit loh nemuin nama
orang yang namanya sama kayak namaku.” Aihara pura-pura marah dan membuang wajah.

Lamat-lamat memperhatikan pohon mangga di sebelah pohon Flamboyan, Aihara memberitahu. “Di sini rupanya ada sarang burung hantu. Ey, Heyrin. Rumahmu ini pasti sangat disukai hewan, ya?”

Heyrin tak berkomentar dan akan menuntut kejanggalan pikirannya. “Sekarang ceritakan kenapa ponsel itu bisa ada samamu.”

“Ini?” Aihara mengangkat ponselnya. Dan karena itu pertanyaan yang tidak perlu di
jawab, Heyrin hanya diam. “Pertanyaanmu juga kan bukan pertanyaan yang harus dijawab!”

Aihara tak akan mau mengalah.
Menghela napas, Heyrin tak akan bertele-tele. Dia membuka roomchat nya dengan si orang aneh dan menunjukkannya pada Aihara.

Desember 2017. Menelepon dan diangkat. Durasi hanya 1 menit.

Januari 2018. Mengirim foto bulan dan bintang.

Maret 2018. Menelepon tapi tidak diangkat.
September 2018. Mengirim lagi foto bulan dan bintang.

September 2022. “Hai Heyrin. Ini aku, Aihara”
Itulah pesan yang bisa dicerna oleh Aihara dari room chat. Lalu kemudian dia memeriksa ponselnya. Tidak ada percakapan lain sebelum September 2022. Dimana dia dan Heyrin bertukar nomor.

“Bagaimana kamu menjelaskannya sekarang?” Heyrin menuntut tapi kali ini Aihara juga tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Dia tidak pernah tau soal ini.
Mengangkat bahu sambil menggeleng. Respons itu sudah memberikan jawabannya pada Heyrin.

“Aku dapat ponsel itu dari bunda, untuk ulang tahun yang ke enam belas. Waktu itu masih ada kotaknya, keliatan baru. Tapi, itu nomor yang sama kayak nomor handphone ku. Aku juga heran... Memangnya dulu kita pernah ketemu? Sewaktu kecil? Yang memungkinkan semua ini?"

Heyrin mengingat-ingat. "Sama sekali enggak," jawabnya mantap.

Keduanya terhanyut dengan pikiran masing-masing. Ini menambah beban pikiran mereka sekarang.

BULAN DI ATAS KOTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang