BAGIAN 3-2: TUMBUH BERBEDA

25 3 0
                                    

Langit sudah gelap. Mobil yang ditumpangi Ny. Hera tiba di pelataran rumah megahnya. Dia duduk diam menunggu sang manajer membukakan pintu. Wanita itu membuka ponselnya dan menyunggingkan senyum. "Ah, jadi ini..."

Mereka berdiri saling berhadapan. Manajer Al memberikan paper bag milik nyonyanya. "Masuklah Bu dan istirahat. Besok, kita melakukan perjalanan jauh," Nasihat nya, tentang pekerjaan Ny. Hera.

"Yah, okey."

"Saya sudah melihat jadwalnya, Bu. Besok, Heyrin akan mengadakan ulangan sosiologi." Manajer Al menyampaikan.

"Sosiologi, ya? Ah, itu sih gampang menurutnya. Oh, ya, pak Al. Ingatkan ke pihak sekolah untuk mengirim ke surel nilainya, ya. Saya tunggu, lho."

"Iya, Bu."

"Thanks. ngomong-ngomong hasil tes TOEFL Heyrin udah keluar?"

"Sudah Bu. Mereka akan mengirimnya lewat fax."

"Ah, saya jadi cemas. Kali ini skor nya bakalan naik atau enggak, ya? Menurut Pak Al bagaimana?"

"Selama ini Heyrin selalu melakukan yang terbaik, kan?"

Ny. Hera setuju. "Yah... Dia memang enggak pernah mengecewakan. Oh, iya. CCTV SMA Awan bagaimana? Semuanya aman, kan?"

Manajer Al memastikan. "Aman Bu. Jangan khawatir."

Ny. Hera mengangguk, melambaikan tangan pada Manajer Al yang akan pulang. Dia berjalan menuju pintu utama dengan gaya anggunnya. Begitu masuk, dia disambut sang putri tunggal yang duduk di sofa sedang belajar lewat tab. Ny. Hera berinisiatif untuk menegurnya. "Heyrin sayang. Mama punya hadiah buat kamu."

Hadiah yang dimaksud ada di dalam paper bag yang di bawa Ny. Hera. Ternyata isinya adalah setumpuk buku-buku pelajaran dan pengayaan. "Belajar yang rajin yah, nak. Auh, jerawatmu timbul lagi, tuh. Kamu harus rajin skincare an, Rin. Harus multitalenta. Kayak mama, nih. Smart and beautiful." Ny. Hera mengusap kepala anaknya, dan berlalu menaiki tangga.

"Ma, skor ujiannya?" Heyrin menunggu jawaban tanpa membalas nasihat ibunya.

"Belum dikirim sama Pak Al. Tapi berdoa lah semoga hasilnya tinggi."

"Iya, ma."

"Tadi mama juga udah lihat foto kamu sama kepala sekolah. Bangga banget mama lho... Tapi, kamu gak senyum tuh di foto. Kayak enggak bahagia gitu. Kamu punya masalah apa, nak?" tanya Ny. Hera.

Heyrin diam sejenak. "Enggak ada, ma. Itu, aku agak capek aja."

"Hum? Capek, ya? Memang sih, kalau kedepannya mau hidup enak itu, ya, harus capek sekarang. Percayalah, usaha tidak akan mengkhianati hasil." Ny. Hera mengusap-usap kepala Heyrin.

Heyrin tak berkomentar akan apapun.

"Kamu tenang aja, Rin. Apapun yang menghalau jalan mu untuk menuju kesuksesan akan mama selesaikan.. APAPUN ITU. Tugas kamu hanya fokus ke tujuan kamu. Oke?" Ny. Hera sangat yakin.

'Kesuksesan, ya?' Heyrin membatin sambil mengangkat sebelah sudut bibirnya.

Ny. Hera dengan gaya elegan dan kacamata hitam nya naik menuju lantai atas. Ia sangat angkuh saat berpapasan dengan suaminya di tangga. Tak ada sapaan atau sedikit basa-basi layaknya pasangan pada umumnya.

Sebagai seorang suami, Tn. Raiden merasa tersinggung akan hal itu. "Hei, Ibu-ibu sosialita!" tegurnya, sarkas.

Ny. Hera berbalik badan lalu menurunkan sedikit kacamatanya dengan alis yang naik sebelah. "Apa? Si master sibuk?"

"Yang sopan sama suami kamu. Pulang malam-malam gini, bukannya minta maaf. Mana kamu gak ada izin sama aku."

"What? Minta maaf? Aku ga salah dengar?" Ny. Hera tertawa sinis. "You know that I'm a model. Hari ini, aku punya jadwal pemotretan yang lumayan banyak. Jadi, wajar aja dong kalo orang  yang masih anda akui sebagai istri anda ini pulang agak telat. Mau bagaimana lagi, ya," lanjutnya, bangga sambil menaik turunkan bahunya.

BULAN DI ATAS KOTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang