Lampu-lampu menyorot sebuah ruangan yang di dominasi warna putih, dari salah satu sudutnya Ny. Hera dengan gaun putih selutut muncul dengan wajah serius. Mengambil sebuah parfum yang terletak di atas meja kecil, kemudian menyemprotkannya ke baju yang Ia kenakan. Menghirup dalam-dalam aroma parfum yang melekat di gaunnya, berjalan dengan cantik ke arah kamera dan tersenyum menawan.
“Bibi Ju, bagaimana penampilan saya tadi?” tanya nya usai Syuting iklan. Dia duduk di
kursi untuk merapikan penampilan.“Bagus, Bu. Anda sangat cantik.”
“Sudah saya duga. Hah... Pasti akan banyak tawaran iklan lagi.” Ny. Hera memperhatikan cover majalah yang ia baca. Tertera potret nya di sana.
“Ah, parfum ini wangi. Aku harus beri satu ke Heyrin,” gumamnya dan langsung teringat
dengan anaknya. Dia mengecek CCTV dari ponselnya. “Astaga! Heyrin bawa cowok ke rumah?” bingungnya, melihat layar: menampilkan Aihara dan Heyrin yang duduk di kursi taman berdua.Sedikit mengintip, di layar Heyrin dan Aihara tampak membaca buku dengan laptop
yang terbuka. Bibi Ju juga berkomentar. “Bu, sepertinya mereka belajar bersama.”“Iya, kan? Tapi ini gak benar. Gimana kalau anak itu mau minta ajari Heyrin? Kepalanya
bisa pusing nanti.” Ny. Hera iba pada anaknya."Ini pertama kalinya ada yang datang ke rumah untuk belajar." Bibi Ju menanggapi.
"Saya juga heran."
Seorang staf masuk dan mencari Ny. Hera. “Bu, ada paket untuk anda.” Membawa bungkusan paket, Ny. Hera sumringah. “Ini baru benar,” katanya, pada setumpuk buku pelajaran.
“Sepertinya Anda lah yang menumpuk buku di perpustakaan mbak Erin.” Bibi Ju
menggelengkan kepalanya, prihatin.“Iya. Saya sangat peduli sama dia. Dia gak boleh gagal. Dia harus jadi produk yang
berkualitas.”Bibi Ju menyayangkan ini. “Apa sedikit pun anda tidak pernah bertanya bagaimana
perasaannya?” Tanyanya, meminta pendapat Ny. Hera dari sisi seorang ibu. Tapi—“Untuk apa? Dia gak pernah membantah, itu artinya dia senang. Saya juga sudah
menyetujui kalau dia ikut Study tour kali ini. Bukannya saya ibu yang baik? Saya mengerti
perasaan anak saya.” Ny. Hera pergi meninggalkan ruang tata rias.
Ia menuju mobil nya untuk menyimpan buku-buku tadi. Ketika hendak kembali, seorang pria berjaket hitam tak sengaja menyenggol lengannya saat berlari.“Oy! Dasar mesum!” Teriak Ny. Hera, menghentikan pria berjaket.
“Maaf? Anda berbicara dengan saya?”
“Iya! Anda sengaja kan menyenggol lengan saya?”
Pria berjaket menolak tudingan itu mentah-mentah. “Saya bahkan tidak berniat. Maaf jika itu membuat anda tidak nyaman.”
“Ya, saya gak nyaman,” sungut Ny. Hera, angkuh. “Saya sudah sering melihat ini DI
MANA-MANA!” dan suara tingginya berhasil menarik perhatian staf yang langsung berkerumun.“Bu Hera, ini ada apa?” tanya sutradara.
“Orang ini!” tunjuk Ny. Hera pada pria berjaket. “Dia melakukan tindakan asusila. Dia SENGAJA menyenggol lengan saya.”
Pak Sutradara meminta penjelasan pada pria berjaket. “Itu benar, pak?”
“Bukan pak, bukan. Bukan seperti itu—“ pria berjaket membela diri dan CEKREK,
CEKREK. Suara kamera ponsel mengalihkannya. Beberapa orang memandang ponsel mereka.“Aish, sial..” umpat pria berjaket.
“Pak? Anda sengaja melakukannya??” Pak Sutradara bertanya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BULAN DI ATAS KOTA
Teen FictionAihara adalah murid akselerasi dari sebuah sekolah Internasional ke sebuah sekolah yang berada di kota kecil. Dia tidak sengaja berurusan dengan Heyrin, si murid terpintar namun misterius di saat yang bersamaan hingga gadis itu dijuluki si 'murid ha...