Bukan pertama kalinya Tn. Raiden tampil di sebuah acara TV. Malam ini pun, dia diundang sebagai tamu di sebuah acara talk show bertema kewirausahaan. Mengingat dia adalah seorang pengusaha yang sukses dan berasal dari kota kecil seperti Griya, sepertinya orang-orang mulai tertarik dengan kehidupannya.
“Yang terpenting adalah keberanian, niat, usaha dan menyerahkan semuanya pada Tuhan." Begitu kata Tn. Raiden dengan wibawanya.
MC bertanya sesuai dengan arahan. “Berdasarkan pengetahuan kami, anda dulunya adalah pemilik sebuah toko yang menjual ponsel. Lalu, bagaimana caranya anda bisa mendistribusikan ponsel bahkan menjadi perusahaan yang go internasional?”
Tn. Raiden tersenyum sembari menyusun kata. Dia tidak boleh salah karena acara ini
disaksikan oleh banyak orang.Termasuk Bu Mawar yang fokus menatap ke layar TV. Untuk orang sepertinya, dia tidak
mengikuti acara dengan baik atau memahami apa yang mereka katakan, dia hanya...Terfokus pada wajah Tn. Raiden.
Dokter Dean masuk namun tak langsung berbicara. Tak ingin mengganggu kegiatan pasiennya. “Dia Menonton acara ayah?" Hanya bisa bergumam dalam bingung.
“Eh? Pak Dokter?” Bu Mawar mengalihkan pandangannya. “Saya sudah boleh pulang,
ya?”“Iya. Pihak rumah sakit akan menjemput anda.”
Bu Mawar mendesah, malas. “Ish, rumah sakit lagi. Saya ini, kan, WARAS. Kenapa
harus dibawa ketempat semacam itu terus, sih?”Dokter Dean membujuknya. “Di sana ibu tidak sendirian. Kalau di rumah ibu, kan,
sendirian.”“Orang itu juga sendirian!” Bu Mawar menunjuk wajah Tn. Raiden yang disorot kamera.
“Kalau kita sendirian, itu artinya kita banyak menyimpan rahasia, kan?”
Dean ingin tahu.
“Orang itu juga sendirian. Dia punya rahasia yang tidak terduga. Satu dunia akan
mengejek dia kalau rahasia nya itu terbongkar. Dokter pasti tau itu!”Terkejut? Jelas! Tapi, Dean tidak ambil pusing akan ucapan Bu Mawar. Hanya saja—sebuah Rahasia? Dean tentu tahu itu. Bahwa sebenarnya ayahnya telah meninggalkan ibunya demi selingkuhannya. Pria yang dikagumi karena jiwa bisnisnya itu ternyata hanyalah lelaki yang doyan mendua.
Saat itu usianya masih 10 tahun dan dengan terekam jelas di ingatannya, Ayahnya memukul ibunya demi membela perempuan yang bukan istrinya. Perempuan itu—
Dean menatap lekat wajah Bu Mawar.
“Pak Dokter?” panggil Bu Mawar, mengguncang seragam putih kebanggaan Dean.
“Jangan beri saya obat lagi, hmm?” Bu Mawar membuat gestur agar Dean mendekat padanya. Di telinga anak itu wanita ini membisikkan sesuatu.
“Dokter orang yang baik. Senang berbicara dengan anda. Jadi, aku beri tau rahasia. Ada kamera kecil di rumahku. Cari di setiap sudut, ya. Karena disitu, ada seseorang harus ditemukan. Waktu itu, polisi gagal menemukannya dan memutuskan untuk membuat berita bahwa seseorang itu sudah tiada. Aku merasa bersalah, lho pak Dokter.”
Dean terkejut. Seseorang harus ditemukan dalam video itu? Itu artinya, ada seseorang
yang dinyatakan hilang dalam tempat kejadian namun dibuat seolah-olah ia meninggal? Lantas, kemana orang itu sekarang?"Tolong, identifikasi orang itu, terus serahkan ke polisi. Saya yakin, kok, orang itu masih
hidup. Dia seorang anak kecil. Saya kasihan. Karena... saya dulu juga punya seorang anak
kecil,” kata Bu Mawar lagi, serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
BULAN DI ATAS KOTA
Novela JuvenilAihara adalah murid akselerasi dari sebuah sekolah Internasional ke sebuah sekolah yang berada di kota kecil. Dia tidak sengaja berurusan dengan Heyrin, si murid terpintar namun misterius di saat yang bersamaan hingga gadis itu dijuluki si 'murid ha...