12. Pergi?

123 29 10
                                    


"Agh" lenguh Bumi

"M-maaf" Bumi mendorong Aksa yang ada diatasnya.

"Tidur kak, udah malem"

"Tanggung yang" kata Aksa sambil tersenyum

"Tidur kak, jangan macem-macem deh"

Cupp

"Kakak tidur disini ya?"

Bukan ini maksud Bumi. Bumi hanya mengingatkan hari sudah malam, bukan mengajak tidur bersama.

dan..

Belum ada persetujuan dari Bumi, Aksa sudah terlebih dahulu memeluk tubuhnya dari belakang, melingkarkan tangannya di pinggang ramping milik Bumi.

"Selamat tidur Bumiku sayang"

-

Sejak malam itu, Aksa selalu menghabiskan waktu bersama dengan Bumi, bahkan untuk sekedar tidur.

Tapi yang harus kalian ingat kembali adalah, Bumi hanya sekedar pulang ke kampung halaman, dia masih ada tugas di kota tempat tinggalnya.

Tugas sekolah yang dimaksud Bumi.

Malam terakhir sebelum Bumi pulang, mereka duduk di tepi danau kecil yang sering menjadi tempat persembunyian mereka waktu kecil. Suara jangkrik dan gemercik air menjadi latar belakang percakapan mereka yang serius.

"Bumi, kamu tahu aku mencintaimu, kan?" ucap Aksa dengan suara rendah, matanya tidak lepas dari wajah Bumi yang tegang.

Bumi menelan ludah, mencoba untuk menahan air mata yang ingin menetes. "Aku juga mencintaimu, kak Aksa."

Aksa tersenyum lembut, tetapi matanya bersinar dengan sedih. "Jadi mari kita lakukan ini. Kita akan menghadapi jarak ini bersama-sama. Aku janji akan tetap setia padamu Bumi."

Bumi mengangguk dengan mantap. "Dan aku juga akan setia padamu, kak Aksa. Kita bisa melaluinya bersama-sama."

Mereka berdua berpelukan erat, mencoba merasakan setiap detik kebersamaan mereka sebelum kenyataan memisahkan mereka.

-

Pagi ini, Bumi harus kembali. Tapi anehnya dia tak melihat Aksa sejak pagi tadi.

Pemuda itu menghilangkan begitu saja disaat-saat yang penting. Cukup lama Bumi menunggu Aksa. Tak ada tanda-tanda pemuda itu akan datang.

"Bumi, ayo masuk" Setelah berpamitan, Bumi memasuki mobil. Tapi sebelum pintu tertutup, Bumi sudah keluar dari mobilnya lagi.

"BUMI"

bughh

Aksa menubruk tubuh Bumi, membawanya kedalam pelukan hangat.

"Apa ga bisa lebih lama lagi?"

"kita baru kemarin ketemu loh"

"kakak masih kangen" ucap pemuda itu tanpa henti. Wajahnya masih berada di bahu yang lebih pendek.

"Aku harus sekolah, kak" Bumi mencoba menenangkan Aksa kala mendengar isakan dari pemuda itu.

Entah kenapa, Bumi juga merasakan sesak di dadanya. Bumi mencoba menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Kak, udah ya? kakak jelek kalo nangis"

"ck, iya. Hati-hati ya" Bumi hanya mengangguk sebagai jawabannya.

" Bumi," desis Aksa dengan suara bergetar, mencoba menahan air mata yang ingin mengalir.

Bumi hanya bisa mengangguk, terlalu sedih untuk mengucapkan kata-kata apapun.

Apa kalian sadar?

Disana banyak kerabat yang melihat mereka. Apa Aksa dan Bumi perduli? Oh jelas Tidak. Terutama Aksa. Pemuda itu membiarkan air matanya dilihat oleh keluarganya dan keluarga Bumi.

dan tanpa disadari juga, Bubu memotret momen tersebut.

dan tanpa disadari juga, Bubu memotret momen tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak ada yang tau apa yang dipikirkan bubu. Selain bubu, orang-orang yang ada di sana hanya melihat momen Aksa yang menangis di bahu Bumi.

Tak pernah terpikirkan bahwa Aksa akan menangis.

Mereka mengenal Aksa dengan sosok yang suka bercanda, berhati lembut, dan penurut, walau terkadang keras kepala, Aksa adalah sosok kuat di mata keluarnya.

Tak pernah sekalipun menangis, yang terlihat hanyalah mata bulan sabitnya kala dia tersenyum.

Huft, siapa sangka? Seseorang jika sudah bertemu dengan pujaan hati memang sedikit berbeda. atau bahkan akan mengeluarkan sifat yang biasanya tak pernah dilihatkan kepada orang-orang.

Begitu pula dengan Aksa. Si bucin nya Bumi.

TBC

Makasih yang udah mau baca dan votmen 💙

Tunggu chapter berikutnya yaa pasti lebih seru, bay 👋🏻

Silent readers belajar vote yuk 🤩

My cousin, My boyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang