Pagi itu, Bumi kembali bersiap untuk hari keduanya di sekolah baru. Di meja makan, suasana sarapan seperti biasa, hangat dan penuh canda.
"Apa rencana hari ini, Bumi?" tanya Ny. Sinta sambil menyajikan roti bakar dan telur.
"Seperti biasa, Tante. Belajar dan mencoba beradaptasi dengan lingkungan baru," jawab Bumi sambil tersenyum.
Aksa menatap Bumi dengan bangga. "Kamu pasti bisa, Bumi. Jangan lupa untuk selalu jadi diri sendiri."
Setelah sarapan, Aksa mengantar Bumi ke sekolah dengan motor gede kesayangannya. Di sepanjang perjalanan, Aksa terus memberikan semangat.
"Kamu siap untuk hari kedua?" tanya Aksa sambil mengendarai motor.
"Siap, Kak. Terima kasih sudah selalu ada untukku," jawab Bumi dengan penuh keyakinan.
Sesampainya di sekolah, Bumi segera masuk ke kelas. Hari ini, dia merasa lebih percaya diri karena dukungan dari Aksa. Saat jam pelajaran pertama dimulai, guru matematika masuk dan memberikan soal yang cukup sulit di papan tulis.
"Siapa yang bisa menjawab soal ini?" tanya guru dengan tegas.
Bumi merasa tertantang. Ia mengangkat tangan dan maju ke depan kelas. Dengan tenang, Bumi menyelesaikan soal matematika yang rumit itu di papan tulis. Semua teman sekelasnya melihat dengan kagum, termasuk Farel yang duduk di barisan depan.
"Bagus sekali, Bumi. Kamu sangat cerdas," puji guru matematika sambil tersenyum.
Teman-teman sekelas Bumi mulai berbisik-bisik, mengagumi kemampuan dan ketampanannya. Beberapa dari mereka memberikan tepuk tangan sebagai apresiasi.
Saat jam istirahat tiba, Bumi duduk di kantin bersama teman-teman barunya. Mereka mulai mengobrol dan saling bertukar cerita.
"Jadi, Bumi, kenapa lo bisa sekolah di sini?" tanya Farel penasaran.
Bumi tersenyum dan menjelaskan. "Gue pindah ke sini karena ingin lebih dekat dengan Kak Aksa. Itu loh yang tadi mengatarkan gue ke sekolah. Kami udah lama berpisah."
"Wow, keren banget! Kakaklo pasti bangga punya adik seperti lo," kata salah satu teman baru.
Percakapan terus berlanjut dengan suasana yang akrab. Bumi merasa diterima dengan baik oleh teman-teman barunya, dan ini membuatnya semakin nyaman di sekolah baru.
Bel pulang berbunyi, menandakan akhir dari jam sekolah. Bumi berjalan keluar menuju gerbang depan sekolah, dan di sana, seperti yang dijanjikan, Aksa sudah menunggunya. Momen manis terjadi saat Aksa memasangkan helm pada Bumi dengan penuh kasih sayang.
"Biar aku yang pasang helmnya, Bumi," kata Aksa sambil tersenyum.
Bumi merasa bahagia dan aman. "Terima kasih, Kak."
Orang-orang di sekitar mereka melihat momen itu dengan perasaan campur aduk, ada yang kagum dan ada yang sedikit iri. Momen sweet mereka memang menarik perhatian banyak orang.
Di perjalanan pulang, Aksa dan Bumi menikmati kebersamaan mereka, berbicara tentang hari yang telah berlalu.
"Bagaimana hari ini, Bumi?" tanya Aksa sambil mengendarai motor.
"Hari ini menyenangkan, Kak. Aku merasa lebih diterima dan aku suka teman-teman baruku," jawab Bumi dengan senyum lebar.
Aksa merasa lega mendengar itu. "Aku senang mendengarnya. Kamu memang hebat, Bumi."
Setelah sampai di rumah, mereka berdua masuk dan langsung disambut oleh Ny. Sinta.
"Bagaimana hari ini, Nak Bumi?" tanya Ny. Sinta dengan ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My cousin, My boyfriend
Teen Fiction{Follow dulu sebelum baca} Jeno as Aksa Mahendra Bimantara Jaemin as Bumi Anshula Calief "Aku ga mau kehilangan kak Aksa, sekarang aku udah jatuh cinta sama kakak. Jangan tinggalin aku ya?" "Akhirnya, ini yang kakak mau denger dari kamu, Bumi. Kakak...