Setelah menikmati malam yang tenang di pantai, Bumi dan Aksa kembali ke penginapan dengan perasaan bahagia. Liburan ini sudah lebih dari yang Bumi bayangkan. Keesokan harinya, mereka merencanakan untuk mendaki pegunungan di sekitar kota. Aksa, yang sudah berpengalaman dalam mendaki, sangat antusias mengajak Bumi untuk menikmati keindahan alam dari ketinggian.
Pagi-pagi sekali, mereka sudah bersiap dengan perlengkapan mendaki. Bumi mengenakan sepatu hiking yang baru dibelikan Aksa, sementara Aksa memeriksa ransel mereka untuk memastikan semua kebutuhan sudah terkemas dengan baik.
"Apa kamu siap, sayang?" tanya Aksa dengan senyum lebar.
"Siap, Kak! Aku udah ga sabar buat lihat pemandangan dari atas sana," jawab Bumi dengan semangat.
Mereka memulai perjalanan menuju kaki gunung dengan mobil Aksa. Perjalanan itu penuh dengan canda tawa, dan Bumi merasa semakin dekat dengan Aksa setiap detiknya. Setibanya di kaki gunung, mereka segera memulai pendakian. Jalur yang mereka pilih cukup menantang, namun pemandangan yang menakjubkan membuat semua usaha terasa sepadan.
"Wow, Kak. Pemandangannya indah banget," kata Bumi kagum sambil mengamati sekeliling.
"Aku tahu kamu bakal suka, Bumi. Ini salah satu tempat favoritku," jawab Aksa sambil tersenyum.
Mereka terus mendaki, berbicara tentang berbagai hal, mulai dari mimpi masa depan hingga kenangan masa kecil. Di tengah-tengah perjalanan, mereka berhenti sejenak untuk beristirahat dan menikmati bekal yang mereka bawa.
"Aku senang bisa menghabiskan waktu dengan kamu di sini, Kak," kata Bumi sambil memandang Aksa dengan penuh cinta.
"Aku juga, sayang. Setiap momen bersama kamu sangat berharga," jawab Aksa lembut.
Setelah beristirahat sejenak, mereka melanjutkan pendakian. Namun, di salah satu titik yang cukup curam, Bumi terpeleset dan jatuh. Kaki kanannya terpelintir dan dia mengerang kesakitan.
"Aduh!" teriak Bumi sambil memegangi kakinya.
Aksa yang berada di depan segera berbalik dan berlari ke arah Bumi. Wajahnya langsung berubah panik melihat Bumi kesakitan.
"Bumi! Kamu gak apa-apa?" tanya Aksa dengan cemas, berlutut di samping Bumi.
"Kak, kaki aku sakit banget," jawab Bumi dengan wajah meringis.
Aksa segera memeriksa kaki Bumi dan mencoba mengobatinya semampunya. Dia membuka ranselnya dan mengeluarkan perban serta salep luka.
"Sabar ya, Bumi. Aku bakal obati dulu," kata Aksa dengan suara tenang, meskipun jelas terlihat bahwa dia sangat khawatir.
Dengan hati-hati, Aksa membersihkan luka dan membalut kaki Bumi dengan perban. Dia memastikan bahwa Bumi merasa sedikit lebih nyaman sebelum membantu Bumi duduk lebih tegak.
"Bagaimana rasanya sekarang?" tanya Aksa dengan nada lembut.
"Sedikit lebih baik, Kak. Tapi masih sakit," jawab Bumi pelan.
Aksa mengangguk. "Kalau begitu kita istirahat dulu di sini. Aku gak mau ambil risiko."
Mereka duduk di sana selama beberapa waktu, menunggu Bumi merasa cukup kuat untuk melanjutkan perjalanan. Meskipun kaki Bumi masih terasa sakit, semangatnya tidak pudar. Dia bertekad untuk menyelesaikan pendakian ini bersama Aksa.
"Kak, aku masih pengen lanjut," kata Bumi dengan tegas.
Aksa menatap Bumi dengan ragu, namun melihat tekad di mata Bumi, dia akhirnya mengangguk. "Oke, tapi kita jalan pelan-pelan. Kalau ada apa-apa, langsung bilang ke aku."
Bumi tersenyum. "Siap, Kak."
Dengan bantuan Aksa, Bumi berdiri dan mereka melanjutkan pendakian dengan langkah yang lebih hati-hati. Sepanjang perjalanan, Aksa selalu berada di samping Bumi, siap membantu kapan saja diperlukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My cousin, My boyfriend
Teen Fiction{Follow dulu sebelum baca} Jeno as Aksa Mahendra Bimantara Jaemin as Bumi Anshula Calief "Aku ga mau kehilangan kak Aksa, sekarang aku udah jatuh cinta sama kakak. Jangan tinggalin aku ya?" "Akhirnya, ini yang kakak mau denger dari kamu, Bumi. Kakak...