Pagi itu, setelah percakapan singkat di tepi ranjang, Aksa dan Bumi memutuskan untuk mandi bersama. Meski masih merasa canggung, mereka berdua tahu bahwa momen seperti ini bisa mempererat hubungan mereka."Let's go, sayang. Kita mandi bersama," kata Aksa sambil menggandeng tangan Bumi.
Bumi mengikuti Aksa ke kamar mandi, meskipun ada rasa ragu yang menyelinap di hatinya. Saat mereka berdiri di depan cermin, Aksa mulai melepas pakaiannya dengan santai, memperlihatkan tubuhnya yang atletis dan terawat. Bumi, di sisi lain, masih berdiri dengan pakaian lengkap, merasa canggung.
“Wow pen*s kak Aksa besar sekali padahal masih tidur apalagi nanti kalau udah bangun” Batin Bumi
"Ayo, Bumi, kitakan sepasang kekasih. Tidak usah malu," kata Aksa dengan senyum lembut karena melihat Bumi melamun.
Bumi tersenyum malu-malu. "Aku... aku merasa aneh, Kak."
Aksa mendekati Bumi, lalu dengan lembut mulai membuka kancing baju Bumi. "Kamu tidak perlu merasa aneh. Ini hanya kita berdua," bisik Aksa sambil menatap mata Bumi.
Perlahan-lahan, Aksa membuka pakaian Bumi satu per satu. Mula-mula kemeja, lalu kaus dalam, dan akhirnya celana. Bumi merasa pipinya memerah, namun ia membiarkan Aksa melakukannya. Saat mereka berdua sudah telanjang, Aksa meraih tangan Bumi dan membimbingnya ke dalam pancuran air hangat.
Air mengalir deras, menutupi keheningan yang sempat ada. Aksa mengambil sabun dan mulai menggosok tubuh Bumi dengan lembut. Sentuhannya penuh kasih sayang dan perhatian. Bumi, yang awalnya merasa canggung, perlahan mulai rileks dan menikmati momen itu.
"Kamu tahu, Bumi, tubuhmu sangat indah," kata Aksa dengan suara lembut, sambil mengusap sabun di punggung Bumi.
Bumi tersenyum malu. "Kamu juga, Kak. Kamu selalu terlihat sempurna."
Mereka saling menyabuni dengan penuh perhatian, menikmati kehangatan air dan keintiman yang ada di antara mereka. Setiap sentuhan terasa seperti ungkapan cinta yang dalam, membuat mereka merasa lebih dekat satu sama lain.
"Ini terasa sangat nyaman," ujar Bumi sambil menatap mata Aksa.
Aksa mengangguk. "Iya, aku juga merasakannya."
Mereka saling tertawa dan bercanda, air yang mengalir membuat momen itu semakin menyenangkan. Setelah beberapa saat, mereka membilas tubuh masing-masing dari busa sabun yang tersisa. Namun, Aksa tiba-tiba mendapat ide jahil yang membuat senyum nakal muncul di wajahnya.
Dengan gerakan cepat, Aksa menarik tangan Bumi dan menempatkannya di atas pen*snya. Bumi terkejut dan spontan berteriak, "Akh Kak Aksa, apa yang kamu lakukan."
Aksa tertawa kecil. "Maaf, Bumi. Aku hanya ingin melihat reaksimu."
Bumi menarik tangannya kembali, wajahnya merah padam. "Kamu jahat, Kak."
"Maafkan aku. Aku hanya bercanda," kata Aksa sambil memeluk Bumi. "Aku tidak bermaksud membuatmu tidak nyaman."
Bumi tersenyum, meski masih merasa malu. "Lain kali, jangan begitu lagi, ya."
Aksa mengangguk. "Janji. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum."
Setelah selesai mandi, mereka mengeringkan tubuh masing-masing dengan handuk yang lembut. Meski ada momen canggung, keintiman yang mereka rasakan membuat hubungan mereka semakin kuat.
Setelah mandi, mereka kembali ke kamar. Aksa melihat ke dalam mata Bumi, penuh cinta dan perhatian. "Aku merasa sangat beruntung memiliki kamu, Bumi."
Bumi tersenyum. "Aku juga merasa begitu, Kak. Meskipun kadang kamu suka iseng."
KAMU SEDANG MEMBACA
My cousin, My boyfriend
Teen Fiction{Follow dulu sebelum baca} Jeno as Aksa Mahendra Bimantara Jaemin as Bumi Anshula Calief "Aku ga mau kehilangan kak Aksa, sekarang aku udah jatuh cinta sama kakak. Jangan tinggalin aku ya?" "Akhirnya, ini yang kakak mau denger dari kamu, Bumi. Kakak...