24. Perpisahan Sekolah

24 5 0
                                    


Seminggu setelah ujian kelulusan, suasana sekolah menjadi lebih santai namun penuh dengan berbagai persiapan. Acara perpisahan kelas 9 sudah di depan mata, dan Bumi bersama teman-temannya, Fello, Acel, dan Jinan pacar Acel sedang merencanakan kegiatan yang akan mereka lakukan sebelum perpisahan.

Di rumah Bumi, mereka berkumpul di ruang tamu untuk membuat buket bunga untuk wali kelas mereka. Bumi sedang mengatur bunga dengan teliti, sementara Acel dan Jinan sibuk dengan pita dan hiasan.

"Jadi, kita akan memberikan buket ini ke wali kelas sebelum acara perpisahan, ya?" tanya Fello sambil merapikan bunga yang sudah terangkai.

"Benar, Fel. Ini bentuk terima kasih kita untuk semua yang sudah dilakukan wali kelas selama tiga tahun ini," jawab Bumi sambil tersenyum.

Selesai membuat buket, Fello menoleh ke arah Bumi dengan ekspresi penasaran. "Eh, Bumi, kak Aksa bakal datang nggak ke acara perpisahan kita?"

Bumi terdiam sejenak, bingung untuk menjawab. "Gue belum tahu, Fel. Gue belum tanya soal itu ke Kak Aksa."

Jinan yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya, berpamitan untuk pulang. "Gue balik dulu, ya. Nanti kita ketemu lagi di acara perpisahan."

"Ya, Jinan. Hati-hati di jalan," kata Acel sambil mencium pipi Jinan dengan lembut. Mereka berpelukan sebentar sebelum Jinan pergi.

Setelah Jinan pergi, mereka melanjutkan perbincangan tentang rencana mereka setelah lulus SMP. Fello, dengan semangatnya, memulai pembicaraan.

"Gue mau lanjut ke SMAN 1 di kota ini. Sekolahnya keren dan fasilitasnya lengkap," kata Fello dengan antusias.

Acel menyambung, "Gue mau ke SMKN 3. Gue tertarik dengan jurusan Farmasi di sana."

Mereka kemudian menoleh ke arah Bumi, yang tampak masih bingung. "Lo sendiri gimana, Bumi? Mau lanjut kemana?" tanya Fello.

Bumi menghela napas. "Gue masih bingung, Fel. Banyak pilihan, tapi gue belum yakin mau ambil yang mana."

"Yang penting, pilih yang sesuai dengan passion lo, Bumi. Jangan terburu-buru," kata Acel dengan bijak.

Malam harinya, Bumi berbaring di tempat tidurnya sambil memikirkan perbincangan mereka. Ia kemudian memutuskan untuk menelepon Aksa dan menanyakan apakah Aksa bisa datang ke acara perpisahannya.

"Kak, aku mau tanya sesuatu," kata Bumi setelah mereka berbincang sejenak.

"Ada apa, sayang?" jawab Aksa dengan lembut.

"Kak Aksa apa bisa datang ke acara perpisahanku minggu depan?" tanya Bumi dengan harap-harap cemas.

Aksa yang sudah melaksanakan perpisahan sekolahnya otomatis ia tidak ada kesibukan karena tinggal menunggu hari dimana ia awal masuk kuliah. Aksa terdiam sejenak, berpikir. Ia kemudian memutuskan untuk membuat kejutan untuk Bumi. "Aku nggak bisa, sayang. Aku sibuk persiapan masuk kuliah dan juga ada acara balapan motor yang nggak bisa gue tinggalin."

Bumi merasa kecewa, tapi mencoba memahami. "Oh, oke, Kak. Nggak apa-apa kalau kamu memang sibuk."

"Aku minta maaf, Bumi. Tapi aku yakin kamu akan bersenang-senang di acara itu," kata Aksa dengan suara yang hangat.

Bumi mencoba tersenyum meskipun kecewa. "Iya, Kak. Terima kasih. Aku akan menikmatinya."

Tanpa sepengetahuan Bumi, Aksa sudah berencana untuk datang ke acara perpisahan itu dengan membawa kejutan besar. Aksa sudah mempersiapkan buket uang dan berbagai souvenir lainnya untuk Bumi. Ia ingin memberikan kejutan yang tak terlupakan untuk Bumi, menunjukkan betapa ia peduli dan mendukung kelulusan kekasihnya.

My cousin, My boyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang