Matahari masih belum sepenuhnya terbit ketika Bumi bangun dari tidurnya. Ia menguap pelan, merasa hangat di bawah selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Bumi melihat Aksa yang masih terlelap di sampingnya. Wajah Aksa terlihat damai, bibirnya sedikit tersenyum seolah masih terjebak dalam mimpi indah. Bumi mengusap rambut Aksa dengan lembut, tidak ingin mengganggunya.
Namun, waktu terus berjalan. Bumi harus segera berkemas dan bersiap untuk pulang ke kota asalnya. Ia menghela napas pelan, merasa berat meninggalkan Aksa. Ia bangkit perlahan, berusaha tidak membangunkan Aksa, dan mulai merapikan barang-barangnya. Ketika ia selesai, Bumi kembali ke ranjang, membelai pipi Aksa dengan sayang.
"kak Aksa, bangun. Kita harus siap-siap," bisik Bumi dengan suara lembut.
Aksa membuka matanya perlahan, tersenyum saat melihat Bumi di hadapannya. "Pagi, sayang," katanya dengan suara serak karena baru bangun.
"Pagi, Kak. Maaf, aku harus segera bersiap. Stasiun menunggu," jawab Bumi sambil tersenyum.
Setelah mandi dan berpakaian, Aksa dan Bumi turun ke ruang makan. Ibu Aksa sudah menyiapkan sarapan sederhana berupa roti bakar dan teh hangat. Ibu Aksa menyambut mereka dengan senyum ramah.
"Pagi, Nak Bumi. Sudah siap untuk pulang?" tanya Ibu Aksa dengan lembut.
"Pagi, tan. Iya, sudah siap. Terima kasih banyak sudah mengizinkan saya menginap di sini,” jawab Bumi sambil tersenyum.
"Oh, tidak perlu sungkan, Nak. Kamu selalu diterima di sini. Semoga perjalananmu lancar," balas Ibu Aksa dengan tulus.
Setelah sarapan, mereka berpamitan dengan Ibu Aksa. Ibu Aksa memeluk Bumi dengan hangat sebelum mereka berangkat. Aksa dan Bumi menuju stasiun dengan taksi yang sudah dipesan. Sepanjang perjalanan, mereka lebih banyak terdiam, menikmati momen kebersamaan yang tersisa.
Sesampainya di stasiun, Aksa membantu Bumi membawa barang-barangnya. Mereka berdiri di depan pintu masuk peron, saling berpandangan dengan berat hati.
"Aku akan sangat merindukanmu, Bumi," kata Aksa dengan suara serak.
"Aku juga, Kak. Tapi aku akan selalu menghubungimu," jawab Bumi dengan mata berkaca-kaca.
Mereka berpelukan erat sebelum akhirnya Bumi harus masuk ke peron. Dengan berat hati, mereka melepaskan pelukan dan Bumi melangkah menuju kereta. Aksa mengantar Bumi dengan pandangan hingga kereta perlahan mulai bergerak meninggalkan stasiun.
Perjalanan kereta terasa panjang bagi Bumi, namun akhirnya ia tiba di kota asalnya. Sesampainya di rumah, Bumi segera mengirim pesan kepada Aksa.
"Aku sudah sampai, Kak. Terima kasih untuk semuanya," tulis Bumi.
Tak lama, balasan dari Aksa datang. "Syukurlah. Jaga diri baik-baik, ya. Aku selalu di sini untukmu."
Bumi tersenyum membaca pesan itu. Ia merasa hangat meski sudah jauh dari Aksa.
-
Hari pertama masuk sekolah setelah kunjungannya ke rumah Aksa tiba. Bumi merasa sedikit gugup namun juga bersemangat. Ia merapikan seragam sekolahnya dan bergegas berangkat.
Di sekolah, ia bertemu dengan teman-temannya, Fello dan Acel. Fello menyambutnya dengan hangat, sementara Acel terlihat penasaran.
"Hey, Bumi! Gimana kunjungan lo ke rumah kak Aksa?” tanya Fello sambil tersenyum lebar.
Bumi tersenyum canggung. "Baik, Fel. Seru juga. Gue merasa lebih dekat dengan kak Aksa."
Acel yang mendengar percakapan itu menatap Bumi dengan rasa ingin tahu. “Bumi, lo pacaran sama Aksa?” tanyanya langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
My cousin, My boyfriend
Teen Fiction{Follow dulu sebelum baca} Jeno as Aksa Mahendra Bimantara Jaemin as Bumi Anshula Calief "Aku ga mau kehilangan kak Aksa, sekarang aku udah jatuh cinta sama kakak. Jangan tinggalin aku ya?" "Akhirnya, ini yang kakak mau denger dari kamu, Bumi. Kakak...