26. Keputusan

36 6 0
                                    


Dua hari setelah kedatangan mereka di kota asal Aksa, tiba waktunya bagi Bumi untuk mendaftar di sekolah baru, SMA Negeri 1, yang terkenal di kota tersebut. Pagi itu, Aksa bersiap-siap dengan motor gede kesayangannya, sementara Bumi mengenakan pakaian rapi dan membawa semua dokumen yang diperlukan.

"Siap, sayang?" Aksa bertanya sambil memasang helm.

Bumi mengangguk dengan semangat, meski ada sedikit kekhawatiran di matanya. "Siap, Kak."

Mereka berdua berangkat, Aksa mengendarai motor gede dengan percaya diri, sementara Bumi duduk di belakangnya, memegang erat pinggang Aksa. Sepanjang perjalanan, Bumi merasa campuran antara semangat dan gugup.

"Jadi, apa yang kamu khawatirkan, Bumi?" tanya Aksa, suaranya terdengar jelas meski tertutup helm.

Bumi menghela napas, merasa lebih tenang karena Aksa selalu bisa membuatnya nyaman. "Aku khawatir tidak bisa beradaptasi dengan cepat di sekolah baru, Kak. Dan bagaimana kalau teman-teman di sana tidak menerima aku?"

Aksa tersenyum di balik helmnya. "Jangan khawatir, Bumi. Kamu anak yang pintar dan baik. Mereka pasti akan menyukaimu. Dan kalau ada masalah, kamu selalu bisa bicara sama aku."

Bumi mengangguk, meski kekhawatirannya belum sepenuhnya hilang. "Terima kasih, Kak. Kamu selalu tahu cara bikin aku merasa lebih baik."

Aksa tertawa kecil. "Itu tugas Kakak, sayang."

Mereka melanjutkan perjalanan, dan beberapa saat kemudian, Aksa tiba-tiba berhenti di sebuah kedai es krim. "Yuk, kita beli es krim dulu. Biar kamu lebih rileks."

Bumi tersenyum lebar. "Oke, Kak. Ide bagus."

Mereka masuk ke kedai dan membeli es krim favorit Bumi. Sambil menikmati es krim di luar kedai, mereka berbicara tentang hal-hal ringan, yang membantu Bumi merasa lebih santai.

Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan ke SMA Negeri 1. Sesampainya di sana, Bumi merasa sedikit gugup lagi, tapi Aksa menggenggam tangannya sebentar sebelum mereka masuk ke gedung sekolah.

"Tenang saja, sayang. Aku di sini bersamamu," kata Aksa dengan suara menenangkan.

Mereka menuju ruang pendaftaran, di mana seorang petugas menyambut mereka dengan ramah. Setelah menyerahkan semua dokumen, petugas tersebut memeriksa nilai raport Bumi dengan seksama.

"Nilai kamu bagus sekali, Bumi. Kamu diterima dengan mudah di sini," kata petugas itu sambil tersenyum.

Bumi merasa lega dan tersenyum lebar. "Terima kasih, Bu."

Petugas kemudian menyerahkan seragam sekolah dan perlengkapan lainnya kepada Bumi. "Ini seragam dan perlengkapan sekolah kamu. Hari pertama masuk sekolah adalah Senin depan. Selamat bergabung di SMA Negeri 1."

Bumi menerima semua perlengkapan itu dengan hati yang senang. "Terima kasih banyak, Bu."

Aksa yang berdiri di samping Bumi merasa bangga dan menepuk bahu Bumi dengan lembut. "Lihat, kamu berhasil, Bumi."

Setelah selesai dengan semua proses pendaftaran, mereka berjalan keluar sekolah dengan perasaan lega dan bahagia. Di perjalanan pulang, Bumi merasa lebih percaya diri tentang masa depannya di sekolah baru.

"Terima kasih, Kak. Kamu selalu ada untukku," kata Bumi sambil tersenyum pada Aksa.

"Selalu, Bumi. Kita akan menghadapi semuanya bersama-sama," jawab Aksa dengan penuh kasih.

Mereka kembali ke rumah dengan hati yang ringan, siap untuk memulai babak baru dalam hidup mereka dengan semangat dan dukungan yang tak tergoyahkan satu sama lain.

-

Pagi hari, suasana di rumah Aksa terasa hangat dan penuh keakraban. Di meja makan, Bumi, Aksa, Ny. Sinta, dan Tuan Mahendra sedang menikmati sarapan bersama. Aroma nasi goreng dan telur mata sapi memenuhi ruangan, menambah kehangatan pagi itu.

"Jadi, bagaimana persiapan sekolah kamu, Bumi?" tanya Tuan Mahendra sambil menyendok nasi goreng ke piringnya.

Bumi, yang sedang menikmati sarapannya, menatap Tuan Mahendra dengan senyum. "Sudah sebagian besar siap, Pak. Tinggal beli beberapa peralatan saja."

Aksa, yang duduk di samping Bumi, menambahkan, "Nanti siang kami akan pergi membeli peralatan sekolah seperti buku tulis, tas, pensil, pulpen, dan lain-lain."

Ny. Sinta tersenyum hangat. "Bagus sekali. Senang melihat kalian begitu kompak."

Setelah sarapan selesai, Bumi dan Aksa bersiap-siap untuk pergi ke toko peralatan sekolah. Mereka mengenakan pakaian kasual dan terlihat bersemangat. Sebelum berangkat, Ny. Sinta memberi beberapa nasihat praktis kepada mereka.

"Jangan lupa beli yang berkualitas, ya. Biar awet," kata Ny. Sinta sambil tersenyum.

"Iya, Bu. Kami akan hati-hati memilihnya," jawab Bumi dengan semangat.

Di perjalanan menuju toko peralatan sekolah, Aksa mengendarai motor gede kesayangannya. Bumi duduk di belakang, merasakan angin pagi yang sejuk.

"Santai aja, Bumi. Ini bakal menyenangkan," kata Aksa dengan nada menggoda.

Bumi tertawa kecil. "Iya, Kak. Aku percaya."

Setelah tiba di toko, mereka mulai mencari peralatan yang dibutuhkan. Aksa tak henti-hentinya menggoda Bumi, membuat suasana menjadi lebih riang.

"Eh, gimana kalau kita beli tas yang ini? Biar kamu makin ganteng waktu sekolah," goda Aksa sambil memegang sebuah tas dengan desain modern.

Bumi tersenyum dan menggeleng. "Kak, yang penting fungsional, bukan cuma gaya."

Aksa tertawa. "Iya deh, yang penting kamu nyaman."

Mereka terus berkeliling, memilih buku tulis, pensil, pulpen, dan peralatan lainnya. Di setiap kesempatan, Aksa selalu mencoba membuat Bumi tersenyum atau tertawa dengan candaan dan godaannya.

"Bumi, kamu tahu nggak kalau pensil ini bisa bikin kamu lebih pintar?" tanya Aksa sambil memegang sebuah pensil mekanik dengan ekspresi serius.

Bumi terkekeh. "Kak, yang bikin pintar itu belajar, bukan pensilnya."

Setelah selesai memilih semua peralatan, Aksa membawa semua barang ke kasir dan membayar. "Tenang aja, ini semua traktiran Kakak," kata Aksa dengan senyum lebar.

"Terima kasih, Kak. Kamu baik banget," jawab Bumi dengan tulus.

Sebelum pulang ke rumah, mereka memutuskan untuk makan siang di pedagang bakso pinggir jalan yang terkenal enak di kota itu. Mereka duduk di bangku panjang di bawah tenda sederhana, menikmati semangkuk bakso yang panas dan lezat.

"Aku suka momen-momen kayak gini, Bumi. Sederhana tapi penuh makna," kata Aksa sambil menikmati baksonya.

"Aku juga, Kak. Terima kasih sudah selalu ada untukku," jawab Bumi dengan senyum hangat.

Mereka makan dengan romantis, sesekali saling menyuapi dan tertawa bersama. Kebahagiaan terpancar jelas di wajah mereka.

Setelah makan siang, mereka kembali ke rumah dengan hati yang penuh kebahagiaan. Persiapan sekolah sudah selesai, dan mereka siap menghadapi hari pertama sekolah Bumi dengan semangat.

Di rumah, Ny. Sinta dan Tuan Mahendra menyambut mereka dengan senyum. "Bagaimana, sudah lengkap semua?" tanya Tuan Mahendra.

"Sudah, Yah. Kami sudah beli semua yang dibutuhkan," jawab Aksa.

"Bagus sekali. Semoga hari pertama sekolahmu berjalan lancar, Bumi," kata Ny. Sinta dengan penuh kasih.

"Terima kasih. Aku akan berusaha yang terbaik," jawab Bumi.

Malam itu, Bumi tidur dengan perasaan tenang, siap menghadapi babak baru dalam hidupnya di SMA Negeri 1. Dengan dukungan Aksa dan keluarganya, Bumi merasa lebih kuat dan siap untuk meraih masa depan yang cerah

My cousin, My boyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang