23. Ujian dan Ketegangan

39 5 0
                                    

Esoknya, Bumi menjalani rutinitasnya seperti biasa sebagai pelajar kelas 9 di SMP. Mata pelajaran bergantian di sekolah, dan di antara istirahat dan pulang, ia selalu menyempatkan waktu untuk menghubungi Aksa.

Saat mata pelajaran berlangsung, Bumi duduk dengan santai di kelas, kadang menulis catatan dan kadang memikirkan Aksa. Ponselnya tersembunyi di bawah meja, dan di saat-saat istirahat, ia sering mengirim pesan singkat kepada Aksa atau meneleponnya untuk berbagi cerita tentang hari itu.

Ketika bel pulang berbunyi, Bumi cepat-cepat keluar dari kelas dan berjalan ke tempat yang sepi agar bisa menelepon Aksa tanpa gangguan. Sesaat setelah telepon terhubung, suara hangat Aksa memenuhi telinganya.

"Hei, Kak. Gimana hari ini?" sapanya sambil tersenyum.

"Hari ini lumayan, sayang. Kamu gimana?" Aksa menjawab dengan lembut.

Bumi menghela napas. "Besok minggu ujian kelulusan, Kak. Aku agak deg-degan juga."

"Aku yakin kamu bisa, sayang. Kamu pintar kok, aku juga minggu besok ujian kelulusan" kata Aksa dengan penuh keyakinan. "Tetap semangat dan percaya diri."

"Iya, Kak. Terima kasih atas dukungannya, semangat juga yaa" ujar Bumi dengan senyum di wajahnya.

"Iya Bumi. Aku selalu di sini untukmu," kata Aksa dengan suara yang hangat.

Mereka melanjutkan percakapan, saling berbagi pengalaman hari ini dan rencana untuk hari-hari mendatang. Namun, ketika Bumi menyebutkan bahwa ia mungkin akan lebih sibuk selama masa ujian kelulusan, ekspresi Aksa langsung berubah.

"Jadi, minggu depan kamu bakal jarang menghubungi aku?" tanya Aksa dengan suara sedikit cemberut.

Bumi merasakan perubahan nada suara Aksa. "Iya, Kak. Aku harus fokus pada ujian. Kamu nggak marah kan?"

"Aku nggak marah," kata Aksa dengan suara yang agak tertahan. "Tapi... aku hanya khawatir, sayang."

Bumi merasa sedikit bersalah. "Aku juga khawatir, Kak. Tapi ini ujian penting."

"Aku tahu, Bumi," ujar Aksa dengan suara lembut. "Maafkan aku jika terlalu posesif atau... budak cinta."

Bumi tersenyum mendengar istilah yang digunakan Aksa. "Kamu nggak budak cinta, Kak. Kamu cuma sayang sama aku."

"Aku memang sayang sama kamu," kata Aksa dengan lembut. "Tapi aku juga ingin memberimu ruang dan waktu untuk fokus pada ujian. Aku harus belajar untuk lebih bersabar."

Bumi merasa hangat di hatinya mendengar kata-kata Aksa. "Terima kasih, Kak. Aku akan tetap menghubungimu sebisa mungkin."

Mereka berdua kemudian berbicara tentang cara untuk tetap terhubung selama masa ujian kelulusan, berbagi jadwal masing-masing, dan menetapkan waktu khusus untuk berkomunikasi. Percakapan mereka berakhir dengan janji untuk saling mendukung dan menjaga hubungan mereka tetap kuat.

Setelah menutup telepon, Bumi merasa lega dan sedikit lega. Meskipun ada sedikit ketegangan, mereka berhasil menyelesaikan masalah dengan baik. Bumi memilih untuk tidak terlalu khawatir, tahu bahwa cinta mereka akan terus menguat meskipun ada jarak dan tantangan di antara mereka.

Di malam itu, Bumi tidur dengan tenang. Ia bermimpi tentang masa depan bersama Aksa, di mana mereka berdua berhasil meraih impian mereka dan tetap bersama dalam cinta yang tumbuh lebih dalam setiap hari.

-

Minggu ujian kelulusan akhirnya tiba. Bumi bangun pagi-pagi, rasanya detak jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya. Ia segera bersiap-siap dan berangkat ke sekolah dengan hati yang campur aduk antara gugup dan siap menghadapi tantangan.

Di sekolah, suasana juga terasa tegang. Bumi bertemu dengan teman-temannya, Fello, Acel, dan Lintang di halaman sekolah. Mereka saling memberi semangat satu sama lain, namun ketegangan tetap terasa di udara.

"Bumi, kamu yakin bisa ini?" tanya Acel dengan wajah cemas.

Bumi mengangguk mantap. "Aku harus bisa, Acel. Ini ujian terakhir kita di SMP."

Fello menambahkan dengan semangat, "Tentu kita bisa, guys! Kita sudah siapkan diri sebaik mungkin."

Mereka menuju ruang ujian bersama-sama. Sebelum masuk, Bumi mengambil waktu sebentar untuk membuka ponselnya. Ada pesan dari Aksa yang membuatnya tersenyum hangat. Pesan itu berisi semangat dan doa untuk kesuksesan Bumi dalam ujian. Bumi merasa di atas angin setelah membacanya, terinspirasi untuk memberikan yang terbaik.

Namun, hari-hari menjelang ujian ini tidak mudah bagi Bumi. Ia sibuk belajar dan menghafal materi pelajaran. Sebagai langganan menjadi juara umum setiap tahunnya, Bumi merasa tanggung jawab besar untuk mempertahankan prestasinya. Hari-harinya dihabiskan di perpustakaan atau di rumah dengan buku-buku dan catatan di depannya.

Kesibukan itu membuatnya lupa untuk mengabari Aksa. Mereka biasanya berkomunikasi setiap hari, tetapi kali ini Bumi terlalu terfokus pada ujiannya. Ketika akhirnya Bumi ingat untuk mengirim pesan, ia merasa khawatir karena sudah beberapa hari tidak ada kabar dari dirinya.

Ketika Bumi akhirnya menghubungi Aksa setelah beberapa hari, Aksa terdengar agak emosional. "Bumi, aku khawatir sama kamu. Sudah beberapa hari nggak ada kabar. Apa kamu sibuk banget?"

Bumi merasa bersalah. "Maafkan aku, Kak. Aku benar-benar sibuk belajar untuk ujian kelulusan ini. Aku nggak bermaksud mengabaikan kamu."

Aksa diam sejenak di ujung telepon. "Aku tahu kamu sibuk, sayang. Tapi aku juga merindukan kabarmu."

"Maaf, Kak. Aku janji akan lebih perhatian lagi," ucap Bumi dengan suara yang penuh penyesalan.

"Aku mengerti, Bumi. Semoga ujianmu berjalan lancar," kata Aksa dengan suara lembut.

"Terima kasih, Kak. Aku akan berusaha yang terbaik," balas Bumi dengan rasa lega.

Mereka akhirnya berbicara lebih lama, saling berbagi perasaan dan mendukung satu sama lain. Meskipun ada sedikit ketegangan karena kesibukan Bumi, mereka berhasil melewatinya dengan baik.

Setelah percakapan itu, Bumi merasa lega dan lebih fokus untuk menyelesaikan ujian kelulusannya. Ia tahu bahwa cinta mereka dengan Aksa adalah sumber kekuatannya, memberinya semangat untuk melangkah maju.

Minggu berlalu dengan cepat, dan pada akhirnya saat ujian kelulusan selesai, Bumi merasa lega. Bersama dengan teman-temannya, mereka melalui ujian dengan baik meskipun tantangan dan gugup yang melanda.

Setelah ujian selesai, mereka berkumpul di luar ruang ujian dengan wajah lega dan tersenyum. Mereka merayakan kelulusan mereka dengan canda tawa dan pelukan.

Bumi mengirim pesan singkat kepada Aksa, "Ujian selesai, Kak! Terima kasih atas doa dan dukungannya."

Balasan Aksa datang dengan cepat, "Selamat, sayang! Aku bangga padamu. Istirahatlah yang cukup sekarang."

Bumi tersenyum membaca pesan itu, merasa lega dan bahagia. Di hatinya, ia tahu bahwa tak ada jarak atau waktu yang bisa memisahkan mereka. Cinta mereka tetap kuat dan tumbuh di setiap ujian kehidupan yang mereka hadapi bersama

My cousin, My boyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang