16. kesalahan 🙏

98 26 4
                                    


-

Aksa menghembuskan napas panjang saat keretanya mendarat di kota asalnya. Seminggu bersama Bumi telah memberi energi positif yang luar biasa, namun kepulangan selalu membawa perasaan hampa yang sulit dijelaskan. Dia menuruni kereta dengan ransel di punggung dan pikirannya masih terbayang-bayang senyuman Bumi saat mereka berpisah di Stasiun.

Sesampainya di rumahnya, Aksa disambut oleh keheningan yang khas. Dia melemparkan diri ke sofa, mencoba untuk rileks sejenak. Namun, pikirannya terus melayang kembali ke Bumi. Dia merindukan kekasihnya dengan sangat. Ponselnya berbunyi, notifikasi dari grup pertemanan balap motornya yang jarang dibuka.

"Balapan malam ini? Siapa aja yang ikut?" tulis salah satu anggota grup.

Aksa mendesah. Sudah lama dia tidak ikut balapan. Sebelum bertemu Bumi, balapan adalah pelarian baginya dari rutinitas dan tekanan pekerjaan. Ia memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan itu, dan mulai membuka aplikasi pesan untuk mengirim pesan kepada Bumi.

Namun, sebelum sempat mengetik, panggilan masuk dari Gavin, sahabat lamanya, muncul di layar.

"Aksa! Akhirnya lo balik juga. Ada acara malam ini? Balapan di tempat biasa, ayo ikut!" ajak Gavin dengan semangat.

Aksa berpikir sejenak. Dia merasa sangat rindu dengan Bumi, namun mungkin balapan bisa menjadi cara untuk melepaskan rasa lelah dan rindu yang menumpuk.

"Oke, Vin. Gue ikut. Ketemu di sana jam berapa?" jawab Aksa.

"Jam 9 malam. Jangan terlambat!" kata Gavin sebelum menutup telepon.

Aksa meletakkan ponselnya dan mempersiapkan diri. Malam itu, dia mengenakan jaket kulit favoritnya, mengambil helm, dan mengendarai motor sportnya menuju lokasi balapan. Di sana, Gavin dan beberapa teman lama sudah menunggu.

"Aksa! Lama gak lihat lo. Apa kabar?" sapa Gavin sambil menepuk bahunya.

"Baik, Vin. Cuma rindu balapan aja," jawab Aksa dengan senyum.

"Yuk, kita mulai. Udah gak sabar liat lo ngebut di jalan," kata Gavin sambil tertawa.

Mereka memulai balapan, adrenalin mengalir deras dalam tubuh Aksa. Dia merasa bebas, seolah semua beban dan kerinduan menguap seiring kecepatan motor yang melaju. Balapan berlangsung sengit, dan Aksa berhasil menang. Sorak sorai teman-temannya membuatnya merasa diterima dan hidup.

Setelah balapan, Gavin mengajak mereka ke bar yang biasa mereka kunjungi. Di sana, mereka mulai minum untuk merayakan kemenangan Aksa.

"Cheers untuk Aksa, sang juara malam ini!" seru Gavin, mengangkat gelasnya.

Aksa tersenyum, menenggak minumannya. Satu gelas menjadi dua, dan tanpa terasa mereka sudah mabuk. Dalam keadaan setengah sadar, Aksa mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi WhatsApp. Ia mengetik pesan status dengan tangan yang gemetar.

"Balapan dan mabuk. Malam yang seru!"

Tanpa berpikir panjang, dia mengunggah status itu. Dia tidak menyadari bahwa Bumi selalu memantau status WhatsApp-nya. Bumi, yang sedang mengerjakan tugas kuliahnya di kamar, merasa penasaran ketika ponselnya bergetar dengan notifikasi status dari Aksa.

Bumi membuka ponsel dan melihat status terbaru Aksa. "Balapan dan mabuk. Malam yang seru!"

Hatinya mencelos. Dia tidak pernah tahu bahwa Kak Aksa suka balapan, apalagi mabuk setelahnya. Rasa khawatir dan marah bercampur aduk di dalam dirinya. Dia memutuskan untuk menghubungi Aksa.

-

Di bar, ponsel Aksa bergetar. Dia mengeluarkan ponselnya dan melihat nama kekasihnya muncul di layar. Dia mencoba mengangkat panggilan dengan tangan yang gemetar.

My cousin, My boyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang