Part 17

1.6K 60 0
                                    

ceklek!

suara pintu terbuka membuat atensi sepasang kekasih itu mengalihkan pandangannya, disana terlihat seorang wanita paruh baya yang berjalan dengan derai air mata disusul dengan gadis cantik dengan pakaian syar'i juga pria paruh baya dibelakangnya.

mereka orang tua hanna juga adik kembar hanna.

"shefa.. hanna kenapa?" ucap refalina, mamah hanna.

shefa beranjak dari tempat duduknya dan berjalan mendekati wanita paruh baya yang sudah ia anggap seperti orang tuanya sendiri.

"tante yang sabar ya, hanna sekarang aman kok." ujar shefa dengan memberikan pelukan hangat untuk menenangkannya.

"hiks.. maafin tante shefa, tante gagal menjadi seorang ibu untuk hanna.." ucap refalina dengan isak tangis yang semakin menjadi.

shefa tidak membalas ucapan itu, tangannya terulur mengusap usap lembut punggung wanita itu.

sementara seorang gadis cantik dengan pakaian syar'i nya berjalan mendekati brankar milik hanna disana, wajah cantik yang terlihat damai jika mata cantiknya tertutup membuat hatinya terasa tercabik-cabik.

"hanna.." lirih salma, adik kembar hanna.

refalina yang sudah sedikit merasa lebih baik kini melepaskan dekapannya dengan shefa, matanya menatap nanar seorang gadis cantik yang sedang terbaring lemah diatas brankarnya.

diusapnya dengan lembut puncak kepala sang anak, mata yang selalu menatapnya dengan tatapan kagum kini terus tertutup dengan begitu damai seakan tidak ingin lagi membukanya. bibir yang selalu mengoceh tidak jelas kini tertutup rapat dan sangat pucat.

"sayang, maafin mamah.." lirih refalina.

disisi lain, seorang pria paruh baya mengusap wajahnya dengan kasar. ia melirik ke arah pemuda yang berdiri tak jauh darinya, pemuda dengan pakaian kaos hitam polos dan sarung putihnya.

ia berjalan menghampiri pemuda itu, menepuk pundaknya dengan pelan.

"kamu yang membawa anak saya ke rumah sakit bersama shefa?" tanya tama, papah hanna dan salma.

abiyan tersentak kemudian mengangguk pelan, aura laki-laki dewasa itu terlihat sedikit menyeramkan. sepertinya beliau tipe seorang ayah yang tegas, pikir abiyan.

pria paruh baya itu menghela nafasnya panjang, ia tersenyum tipis pada abiyan.

"apa kamu tau kejadian yang sebenarnya?" abiyan menggeleng cepat.

"saya tidak terlalu paham apa yang terjadi sama putri anda pak, saat kami datang putri anda sudah dalam keadaan sangat lemah tanpa busana." jelas abiyan dengan pelan.

mendengar penuturan abiyan, tama seketika melemas. ia duduk disofa yang ada disana dengan menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangan.

bahunya bergetar, abiyan dapat merasakan jika pria paruh baya itu sedang menangis meskipun tanpa suara.

shefa mengalihkan perhatiannya ketika mendengar isak tangis seorang laki-laki, ia menatap pria paruh baya yang sedang duduk di sofa dengan menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangan.

ia berjalan mendekati abiyan yang masih berdiri didekat sana, matanya menatap abiyan sebentar lalu kembali menatap tama yang masih menangis.

"om.." panggil shefa dengan pelan.

tama mendengar suara kecil shefa pun menghentikan tangisnya, ia mengusap wajahnya dengan kasar untuk menghapus sisa air matanya disana.

"shefa.." lirih tama yang sedang menatap gadis itu dengan tatapan sendunya.

PERANTARA SURGAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang